Painan (ANTARA) - Bupati Pesisir Selatan, Sumatera Barat Rusma Yul Anwar meluncurkan program 'Bergerak Bersama' guna mencapai indeks literasi numerasi siswa menjadi 2,5 dari skala 3 pada 2024.
Berdasarkan data assesment nasional pada 2021, indeks literasi numerasi daerah masih sebesar 1,67, sehingga perlu terobosan dan langkah konkrit mengurai persoalan yang membelit untuk mencapai target yang telah ditetapkan.
"Hasil 2022 belum keluar. Meski demikian, harus upaya lebih dini untuk memacunya," ungkap bupati di Painan.
Pemerintah Kabupaten Pesisir Selatan melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan kini resmi meluncurkan program Bergerak Bersama pada 3 Juni. Peluncuran dihadiri sedikitnya 150 orang guru penggerak.
Bupati melanjutkan ada beberapa faktor pemicu rendahnya indeks literasi numerasi di Pesisir Selatan seperti belum meratanya standar pendidikan tiap wilayah. Kian maju wilayahnya, maka makin tinggi pula standar pendidikannya.
Karena itu ketimpangan standar pendidikan mesti diminimalisir sejak dini. Dengan begitu upaya percepatan dan peningkatan literasi numerasi berjalan optimal, apalagi program Bergerak Bersama bakal digawangi sekitar 150 orang guru penggerak.
Selain perbedaan standar pendidikan antar wilayah kata faktor lain yang mempengaruhi adalah masalah kesehatan. Masih banyak peserta didik yang kekurangan asupan gizi yang berdampak pada rendahnya daya saing dan semangat juang mereka.
"Syarat utama untuk mampu bersaing itu adalah sehat. Gimana mau pintar kalau nggak sehat. Tak mungkin sejahtera kalau tidak pintar," terang bupati.
Karena itu kata bupati fokus utama dalam visi-misi yang ia usung berama wakil bupati adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia daerah melalui sektor pendidikan dan kesehatan.
Pada intinya pembangunan yang hakiki adalah adalah membangun sumber daya manusia, bukan monumental yang bersifat prestrisius. Masyarakat tidak hanya sebagai subjek, tapi sekaligus objek pembangunan.
Kemajuan suatu daerah tidak dilihat dari seberapa bagus gedung atau bangunan pemerintahnya, tapi dilihat dari standar pendidikan, kesehatan dan daya belinya melalui Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Investasi terbesar pemerintah hendaknya ada pada pembangunan kualitas sumber daya manusia, sehingga generasi penerus berdaulat atas kelimpahan kekayaan alam yang dimiliki daerah dan menjadi tuan di rumahnya sendiri.
"Saya komitmen soal itu. Memang hasilnya bukan dilihat sekarang, tapi nanti. Sekarang siapkan dulu pondasinya. Generasi emas yang akan mengelola daerah ini kelak," tutur bupati.
Bupati menegaskan agar semua perangkat daerah bersinergi mewujudkan cita-cita itu, yakni menyiapkan para generasi pelanjut pembangunan Pesisir Selatan yang sesuai dengan zamannya kelak.
Jika tidak dirinya khawatir putera-puteri Pesisir Selatan bakal jadi penonton di daerahnya sendiri. Tidak berdaya dengan segala kelimpahan dan potensi alam yang dimiliki daerah.
"Alhamdulillah, upaya itu secara perlahan mulai membuahkan hasil. IPM tumbuh dua tahun terakhir. Berbagai indikator makro menunjukkan trend membaik," jelas bupati.
Pada kesempatan itu Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Salim Muhaimin menyampaikan peningkatan literasi murid ditandai dengan terjadinya perubahan karakter yang menjadi kebiasaan dan membudaya pada siswa.
Perubahan itu tidak saja terjadi di sekolah, tapi juga di lingkungannya. Untuk itu para guru perlu mengubah cara mengajar di kelas yang disesuaikan dengan kontek dan tuntutan zaman.
"Harapannya dengan adanya kegiatan ini akan ada perubahan cara mengajar guru di dalam kelas sehingga berdampak kepada peningkatan hasil belajar murid, terutama kemampuan literasi dan numerasinya," ujarnya.
Sementara Rahmiyati salah seorang Penggerak Komunitas Belajar mengatakan kompetensi literasi dan numerasi sangat diperlukan dalam kehidupan. Literasi memungkinkan manusia untuk memahami dan mengkomunikasikan informasi dengan lebih baik.
"Sedangkan kemampuan numerasi melatih seseorang dalam memecahkan masalah. Memungkinkan manusia dalam menganalisa informasi berbasis angka dan data untuk menemukan solusi yang efektif," paparnya.