Kemenkes adopsi strategi kendali COVID-19 dalam mencegah penyakit tak menular

id Penyakit tidak menular, pandemi, COVID-19, strategi, Kemenkes

Kemenkes adopsi strategi kendali COVID-19 dalam mencegah penyakit tak menular

Tangkapan layar - Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI diikuti dalam jaringan di Jakarta, Selasa (24/1/2023). (ANTARA/Andi Firdaus).

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan RI mengadopsi strategi pengendalian COVID-19 dalam upaya mencegah laju kasus sejumlah penyakit tidak menular yang kini mendominasi di kalangan pasien.

"Strategi penyakit tidak menular sama seperti COVID-19, promosi, surveilans, terapi tetap akan kami lakukan," kata Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin dalam Rapat Kerja bersama Komisi IX DPR RI diikuti dalam jaringan di Jakarta, Selasa.

Menurut Budi, jumlah pasien yang dirawat saat ini mulai bergeser pada penyakit tidak menular, seiring transisi pandemi menuju endemi COVID-19 di Indonesia.

Strategi yang diterapkan dengan cara menguatkan peran promosi kesehatan di tingkat layanan primer, seperti Puskesmas.

Kegiatan tersebut dilakukan beriringan dengan skrining kesehatan menggunakan alat berteknologi terbaru yang lebih agresif pada 14 penyakit, di antaranya stroke, diabetes, hipertensi, kanker, jantung, TBC, dan lainnya.

"Program 14 skrining di Puskesmas dan Posyandu sudah kami jalankan. Beberapa teknologi baru seperti kanker serviks, dulu pakai pap smear atau IVA test, sekarang kami coba pakai HPV DNA yang jauh lebih baik memanfaatkan laboratorium yang ada di Indonesia," katanya.

Budi mengatakan skrining HPV DNA dalam rangka mendeteksi dini penyakit kanker rahim, merupakan salah satu teknologi terbaru yang sedang diperluas pemanfaatannya secara nasional pada tahun ini.

Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia Prof Tjandra Yoga Aditama mengemukakan angka kematian akibat penyakit tidak menular (PTM) di dunia, lebih banyak dari penyakit menular.

"Sekitar 74 persen kematian di dunia terjadi akibat berbagai penyakit tidak menular, dan ini ekuivalen dengan 41 juta orang meninggal di dunia setiap tahunnya akibat penyakit tidak menular," katanya.

Dari semua kematian akibat penyakit tidak menular di dunia, kata Tjandra, sebanyak 77 persen atau sekitar 31,4 juta terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah, termasuk Indonesia.

Tjandra yang juga mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara mengatakan setiap tahun di dunia ada 17 juta orang di bawah usia 70 tahun meninggal, karena penyakit tidak menular, 86 persen diantaranya juga terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah.

"Di sisi lain, 67 persen penyakit tidak menular mulai menyerang manusia pada usia di bawah 40 tahun, dan tentu mengganggu produktivitas kerjanya, serta pada skala besar juga produktivitas bangsa," ujarnya.

Penyakit tidak menular yang utama di dunia, di antaranya penyakit kardiovaskuler, seperti serangan jantung dan stroke, berbagai jenis kanker, penyakit paru atau respirasi kronik, seperti penyakit paru obstruktif kronik dan asma bronkial, serta diabetes.

Tjandra mengatakan penyakit kardiovaskuler menyebabkan 17,9 juta kematian dalam setahun di dunia, kanker 9,3 juta kematian, penyakit paru kronik 4,1 juta kematian, serta diabetes menyebabkan 2 juta kematian, termasuk juga penyakit ginjal yang berhubungan dengan diabetes.

Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Kemenkes cegah penyakit tak menular dengan strategi kendali COVID-19