Padang (ANTARA) - Perputaran uang dari "Alek" (kenduri) Buru Babi Nagari Bungus Teluk Kabung, Padang, diperkirakan mencapai Rp500 juta dari pecandu olahraga tradisional yang datang dari berbagai daerah di Sumbar, Riau, Jambi dan Jakarta.
"Ada sekitar 5000 orang yang menghadiri Alek Buru Babi Nagari Bungus ini. Dengan asumsi masing-masing menghabiskan Rp100 ribu, maka perputaran uang bisa mencapai Rp 500 juta bahkan mungkin lebih," kata anggota DPR RI asal Sumbar, Andre Rosiade saat membuka "Alek" di Padang, Minggu.
Ia mengatakan uang itu hampir 100 persen berputar di Nagari Bungus sehingga masyarakat setempat mendapatkan dampak positif langsung dari kegiatan itu.
Andre mengatakan potensi itu seharusnya dilihat sebagai peluang yang bisa dimaksimalkan guna mendongkrak perekonomian masyarakat.
Ke depan, ia menyarankan agar pelaksanaan "Alek" buru babi tidak terburu-buru. Minimal dua bulan sebelum acara, persiapan sudah dilakukan agar lebih banyak sponsor untuk mendukung suksesnya acara.
Ketua Perkumpulan Olahraga Buru Babi (PORBI) Sumbar, Verry Mulyadi mengatakan penghobi buru babi yang datang pada "Alek" tersebut tidak hanya datang dari Sumbar, tetapi juga dari Riau, Jambi bahkan Jakarta.
Sehari sebelum acara, sebagian penghobi olahraga ini, terutama yang berasal dari luar provinsi, sudah datang dan menginap di lokasi memanfaatkan penginapan yang banyak di daerah itu.
"Karena itu asumsi Rp100 ribu yang dihabiskan oleh satu orang yang datang sangat masuk akal," ujarnya.
Ketua Bidang Hukum PORBI Sumbar, Jayat SH mengatakan buru babi yang digelar adalah permintaan dari masyarakat Bungus karena hama babi sudah sangat mengganggu lahan pertanian warga.
"Proses untuk menggelar Alek Buru Babi ini dimulai dari permintaan masyarakat setempat melalui perangkat nagari. Pemilihan lokasi juga tidak sembarangan, harus di hamparan persawahan yang telah selesai di panen agar tidak merugikan masyarakat," ujarnya.
Setiap kegiatan juga berkoordinasi dan mendapatkan izin dari kepolisian setempat sehingga keamanan acara baik untuk penghobi yang datang maupun masyarakat bisa terjamin.
Tuo Buru Babi Sumbar, Edi menuturkan "Alek" yang digelar di Bungus Teluk Kabung itu termasuk salah satu kegiatan yang ramai dihadiri para penghobi.
Ia menyebut kegiatan buru babi hampir setiap hari ada di berbagai daerah di Sumbar. Namun untuk kegiatan besar (Alek) hanya satu atau dua kali setahun. Hal itu karena "Alek" melibatkan orang yang sangat banyak sehingga perlu persiapan yang lebih matang.
Setiap kali "Alek" digelar, panitia juga akan mengumpulkan dana dari para penghobi buru babi yang datang melalui kegiatan hiburan dan lelang "singgang" ayam. Dana yang terkumpul diserahkan kepada pihak nagari.*