Padang (ANTARA) - Gubernur Sumatera Barat Mahyeldi menilai tradisi Badoncek menjadi modal sosial warga mengatasi berbagai persoalan di "Ranah Minang" itu.
"Badoncek merupakan wujud kepedulian masyarakat dan perantau yang dilakukan untuk membangun masjid, mushalla, fasilitas pendidikan, santunan anak yatim, hingga penanggulangan bencana alam," katanya di Padang, Rabu.
Ia melihat semangat Badoncek lebih kuat di tingkat nagari karena tingginya solidaritas dan kekompakan masyarakat.
Ia mengemukakan pentingnya pengembangan semangat Badoncek karena secara merata dilaksanakan masyarakat sebagai budaya di daerah itu.
Ia menceritakan tentang program pemprov setempat saat Ramadhan 1443 Hijriah, seperti program singgah sahur dan membantu warga kurang mampu untuk membangun rumah mereka sehingga menjadi layak huni.
Pemprov melalui Baznas setempat memberikan stimulan, kemudian masyarakat setempat bersama-sama menambah bantuan itu sehingga rumah yang direnovasi menjadi lebih bagus.
"Ada rumah yang diberikan bantuan stimulan dari provinsi cuma Rp25 juta namun saat dibangun nilainya menjadi Rp100 juta berkat tradisi Badoncek," katanya.
Oleh sebab itu, katanya, semangat Badoncek telah terbukti menjadi solusi dalam meringankan beban warga.
Ia menyebut tradisi ini sudah hadir sejak puluhan tahun lalu, saat membeli pesawat Avro Anson RI003 yang merupakan pesawat ketiga milik pemerintah Indonesia hasil sumbangan dari masyarakat Minang.
Ia mengatakan Badoncek merupakan upaya memberikan bantuan kepada pihak lain, berupa uang atau harta, sebagai wujud kebersamaan dan kegotongroyongan yang populer di kalangan masyarakat, terutama di Kabupaten Padang Pariaman dan daerah lainnya.
Prinsip yang dipakai dalam Badoncek, kata dia, falsafah adat Minang "Barek samo dipikua, ringan samo dijinjiang" yang artinya berat sama-sama dipikul dan ringan sama-sama dijinjing.
Bupati Padang Pariaman Suhatri Bur mengatakan Badoncek merupakan budaya yang sudah mengakar di daerah itu sehingga apapun yang hendak dibangun, sebagai wujud kebersamaan warga dalam tradisi budaya lokal itu.
Ia menyebut prinsip Badoncek adalah "sato sakaki" yang artinya berpartisipasi walau sedikit.
"Oleh sebab itu apapun hajatan dan kegiatan warga memiliki satu rasa sehingga turut serta merogoh kantong untuk ikut andil membantu dengan cara menyumbang," katanya.
Ia menilai peran Badoncek cukup besar bagi pemerintah daerah karena warga bisa secara swadaya membangun berbagai infrastruktur di tingkat nagari, termasuk ketika pada 2009 terjadi gempa bumi di daerah setempat.
Ia menceritakan saat gempa 2009, masyarakat Padang Pariaman yang tidak terkena dampak bencana itu turut andil dalam semangat Badoncek, membantu warga lainnya yang terdampak musibah tersebut.
"Termasuk pada Idul Fitri kali ini, ditemukan perantau yang Badoncek, menyediakan ambulans bagi warga kampungnya hingga pembangunan jalan di nagari," kata dia.