Lubukbasung (ANTARA) - Pada Rabu (16/3) sekitar pukul 06.30 WIB, Aditiawarman (52) warga Dusun Surau Kubangan, Jorong Sidang Tangah, Nagari Matua Mudiak, Kecamatan Matur, Kabupaten Agam, Sumatera Barat turun dari rumah untuk mencari rumput ternak di lahan perkebunan tebu milik warga setempat.
Sedang asyik berjalan menuju lokasi padang rumput, ia mendengar suara satwa liar berupa beruang madu (Helarctos malayanus) di sekitar kandang jebak milik Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Maninjau.
Sesampai lokasi, ia melihat ada satu ekor beruang di dalam kandang jebak yang dipasang di dalam lahan kebun tebu milik Saparudin (65) semenjak Rabu (7/3), namun kondisi pintu kandang belum tertutup, sehingga Aditiawarman bergegas untuk pulang memberitahukan ke warga yang lain.
"Sesampai di rumah, saya langsung menghubungi Wali Jorong Sidang Tangah Agusmar terkait beruang sudah masuk kandang, namun pintu belum tertutup rapat," katanya.
Mendapat informasi, wali jorong langsung bergegas ke lokasi kandang jebak yang berada sekitar 200 meter dari permukiman warga untuk memastikan apakah pintu belum tertutup.
Ternyata, pintu sudah tertutup dengan rapat, namun satwa dilindungi Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya itu mencoba untuk membuka pintu dan ia langsung melaporkan ke Resor KSDA Maninjau.
"Melihat kondisi itu, saya bersama masyarakat langsung mengikat pintu dengan tali dan memberi kayu di atas pintu tersebut," katanya.
Beberapa menit setelah itu, warga berdatangan ke lokasi untuk melihat beruang madu secara dekat sembari mengabadikan menggunakan telpon genggam milik mereka.
Akibat warga cukup ramai, beruang tersebut meronta-ronta dan mengeluarkan suara yang cukup keras melihat puluhan warga mendekatinya.
Dengan kondisi itu, Agusmar kewalahan untuk meminta warga agar tidak ke lokasi sebelum petugas Resor KSDA Maninjau sampai lokasi, namun permintaan itu tidak diindahkan warga.
"Saya kesulitan melarang warga agar tidak mendekat ke lokasi kandang jebak. Lokasi kandang jebak dikunjungi warga sudah seperti kebun binatang," katanya.
Evakuasi beruang madu
Petugas Resor KSDA Maninjau datang ke lokasi untuk mengevakuasi beruang madu dari kandang jebak ke kandang transport membutuhkan waktu sekitar dua jam. Evakuasi itu dibantu oleh Patroli Anak Nagari (Pagari) Baringin, anggota Polsek Matur, warga sekitar dan lainnya.
Kandang transport itu diangkat secara bersama-sama menggunakan bambu dan evakuasi cukup sulit karena lokasi jalan cukup kecil dan kiri kanan jalan banyak tanaman tebu milik petani.
Sesampai di luar, kandang transport langsung dinaikan ke atas mobil dan warga cukup ramai di lokasi.
"Warga dan siswa SD diberikan kesempatan untuk melihat beruang madu sejenak dan ini permintaan warga dan majelis guru," katanya.
Setelah itu, beruang langsung dilepasliar ke kawasan konservasi oleh petugas Resor KSDA Maninjau, agar bisa berkembang di lokasi itu.
Ade mengakui, penanganan konflik manusia dengan satwa liar jenis beruang madu di Jorong Sidang Tangah, Nagari Matua Mudiak, Kecamatan Matur itu semenjak Januari 2022.
Resor KSDA Maninjau telah melakukan penanganan konflik manusia dengan beruang madu tersebut dengan menurunkan tim.
Penanganan konflik berupa wawancara dengan saksi mata yang melihat beruang madu, identifikasi lapangan, memantau keberadaan satwa dari kotoran, jejak cakaran dan sisa makanan.
Bahkan Resor KSDA Maninjau juga memasang dua kamera jebak, kandang jebak dan melakukan patroli.
"Kandang jebak sudah dua kali dipasang dan lokasi sebelumnya belum berhasil masuk ke dalam perangkap, sehingga dipindahkan ke lokasi masuknya beruang ke pernagkap itu," katanya.
Keberadaan beruang itu sangat meresahkan warga sekitar, karena sering muncul di permukiman warga yang banyak anak-anak.
Setelah itu, merusak kebun tebu warga dengan cara dipatah batangnya dan memakan nangka milik warga yang berada di halaman rumah.
"Sudah tiga kali lahan tebu saya rusak dan dimakan beruang dengan total sekitar seperempat hektar," kata salah seorang petani tebu, Saparudin (65).
Beruang itu, memakan tebu dan mematahkan batang, sehingga ia mengalami kerugian, karena tebu yang dirusak sudah siap panen.
Dengan kondisi itu, produksi gula merah berkurang sekitar 20 persen dari kondisi sebelumnya bisa memproduksi 80 kilogram setiap minggu.
"Saya rugi, karena menjelang Ramadhan 1443 Hijriah harga gula merah naik dari Rp10 ribu menjadi Rp12 ribu per kilogram tingkat petani," katanya.
Kemunculan beruang madu di Kelok 44 sempat viral di media sosial
Beruang madu itu pertama kali muncul di kawasan objek wisata Kelok 44 dengan cara melintas di ruas jalan Kelok 35 pada Oktober 2020.
Kemunculan beruang itu sempat diabadikan oleh warga sekitar di telpon genggam miliknya dan video itu diunggah di facebook miliknya. Setelah itu, video tersebut sempat viral dan video diambil oleh media televisi nasional.
"Beruang yang melintas di Kelok 35 individu yang sama dengan beruang yang masuk kandang jebak milik kita," kata Kepala Resor KSDA Maninjau, Ade Putra.
Selain di Kelok 35, tambahnya, beruang madu itu juga muncul di Kelok 42, Kelok 44, Matua Mudiak dan Bayua Kecamatan Tanjungraya.
Kemunculan beruang madu tersebut sekitar beberapa bulan dari lokasi pertama dan sampai lokasi terakhir. Untuk mengevakuasi beruang, petugas Resor KSDA Maninjau memasang kandang jebak, kamera jebak dan mencari keberadaan beruang itu.
Kandang jebak pertama kali dipasang di Kelok 42 beberapa bulan, namun beruang tidak ada di lokasi ini. Setelah itu, kembali muncul di Kelok 44 dan kandang jebak dipasng di Kelok 44, namun tidak masuk perangkap.
Pada 2021, beruang madu muncul di Bayua, Kecamatan Tanjungraya, sehingga Resor KSDA Maninjau memasang perangkap jebak di lokasi tersebut.
"Kita sudah berulang kali memasang kandang jebak, namun yang berhasil masuk hanya di Sidang Tangah, Kecamatan Matua," katanya.
Ia mengakui, beruang madu itu muncul ke permukiman warga untuk mencari makan, karena di lokasi itu sedang musim buah berupa durian.
Sementara di kawasan hutan sekitar lokasi tersebut tidak ada persediaan pakan dari satwa liar dan dilindungi.
Selain itu, habitat dari satwa itu juga berkurang akibat dari pembukaan lahan di sekitar kawasan hutan lindung.
"Ini penyebab dari konflik manusia dengan satwa berupa beruang madu di Kecamatan Matur dan Kecamatan Tanjungraya," katanya.
Jumlah konflik manusia dengan satwa liar di Agam pada 2022 sebanyak empat kejadian berupa beruang madu, buaya muara, harimau Sumatera dan macan dahan mengakibatkan dua ekor kambing warga dimangsa satwa diduga macan dahan dan satu warga meninggal dunia diduga dimangsa buaya muara.
Untuk 2021, Resor KSDA Maninjau mencatat konflik antara manusia dengan satwa liar meningkat dari 10 kejadian pada 2020 menjadi 19 kejadian selama 2021 atau meningkat hampir 100 persen
Konflik antara manusia dengan satwa liar itu berupa harimau, macan dahan, beruang madu dan lainnya meningkat sembilan kejadian.
"Konflik itu meningkat akibat musim buah, alih fungsi lahan, persediaan pakan berkurang dan lainnya," katanya.
Ia mengatakan, 19 kejadian konflik antara manusia dengan satwa liar berupa beruang madu sebanyak enam kejadian, buaya lima kejadian, harimau sumatera empat kejadian, tapir satu kejadian, beruk dua kejadian dan macan dahan satu kejadian.
Satwa liar itu memangsa ternak warga berupa sapi sembilan ekor, kambing satu ekor, anjing tiga ekor.
"Satu warga Tiku Lima Jorong meninggal dunia akibat dimangsa buaya muara," katanya.
Ia menambahkan, pada 2020 jumlah ternak yang dimangsa satwa liar jenis sapi enam ekor, kambing sembilan ekor. Sedangkan korban meninggal dunia satu orang dan luka-luka satu orang.
"Pada 2019 konflik antara manusia dengan satwa 11 kejadian," katanya.
Dengan kejadian itu, Ade mengimbau warga untuk meningkatkan kewaspadaan dengan cara tidak ke kebun pada malam hari, mengembalakan ternak tidak di dekat kawasan dan lainnya.
Ini untuk meminimalkan konflik antara manusia dengan satwa liar, sehingga tidak ada korban jiwa dan korban harta berupa ternak.
"Kita menyosialisasikan ini ke warga setiap ada pertemuan dengan masyarakat," katanya.