Kisah Andri tetap tegar di tengah musibah bertubi gempa Pasaman Barat

id gempa pasaman barat,Andri korban gempa,Berita padang, berita sumbar

Kisah Andri tetap tegar di tengah musibah bertubi gempa Pasaman Barat

Andri warga Kampuang Pasia, Kecamatan Kajai, Kabupaten Pasaman Barat di pengungsian. ANTARA/Fathul Abdi

Simpang Empat (ANTARA) - Meski raganya berada di lokasi pengungsian gempa, tapi ingatannya akan rumah serta deretan pilu yang baru saja dilalui belum hilang dari pikiran pria itu.

Dialah Andri, warga Kampuang Pasia, Kecamatan Kajai, Kabupaten Pasaman Barat, Sumatera Barat yang kini berusia 51 tahun.

Bapak empat anak itu adalah satu dari ribuan warga yang menjadi korban gempa bumi di Pasaman Barat pada Jumat (25/2) dengan magnitudo 6,1.

Meski di lokasi pengungsian ia terlihat baik-baik saja dan murah melemparkan senyum, namun sebenarnya ada pilu yang bersemayam di dalam hatinya.

Waktu itu sehari sebelum gempa terjadi, Andri yang merupakan suami dari Ismar (40) masih sibuk dengan khitanan putera bungsunya Wahyu yang kini duduk di bangku kelas 1 SMP.

Kesibukan berlangsung hingga larut malam karena di lokasi setempat ada tradisi, jika anaknya berkhitan maka orang tuanya akan menggelar syukuran dengan mengundang warga kampung untuk makan bersama.

Setelah acara selesai dan tamu pulang seluruhnya, Andri beserta keluarga beranjak tidur karena didera oleh rasa kantuk bercampur lelah.

Kabar duka

Selang beberapa jam setelah itu pada keesokan harinya Jumat (25/2) sekitar pukul 06.30 WIB, kabar duka membangunkan Andri dari tidur.

Kakak kandungnya yang bernama Joni berpulang menghadap sang khalik di usia 58 tahun sehingga harus segera diselenggarakan jenazahnya.

Sejak sang kakak lumpuh karena menderita stroke Joni memang tinggal dan dirawat oleh keluarga Andri.

Ia segera bangkit dari tempat tidur, bersiap untuk melangsungkan prosesi jenazah. Warga kampung pun langsung diberitahu tentang kabar duka tersebut.

Setelah jenazah dimandikan, Andri beserta keluarga kemudian berembuk untuk menentukan dimana kakaknya akan dimakamkan.

Namun di tengah perembukan, suara gemuruh tiba-tiba datang mengagetkan semua orang. Tanah bergetar dan rumah berguncang hebat akibat gempa pertama pada Jumat (25/2) sekitar 08.35 WIB bermagnitudo 5,2.

Warga Panik


Warga yang hadir ke rumah duka langsung dilanda kepanikan. Mereka berlarian keluar rumah untuk menyelamatkan diri, termasuk Andri dan keluarganya.

"Waktu itu gempa berlangsung lama hingga menimbulkan rasa panik dan ketakutan. Saya juga tidak tahu apa yang harus dilakukan," kata Andri menghela napas panjang saat bercerita di lokasi pengungsian.

Laki-laki asal Kota Bukittinggi itu langsung dilanda kalut, pikirannya berantakan dan gemuruh muncul di dalam dada.

Entah apa yang harus ia lakukan saat itu karena di satu sisi gempa kuat sedang terjadi, sedangkan di sisi lain jenazah kakaknya sedang terbaring di dalam rumah.

Dunia serasa berputar kencang di dalam kepalanya dan matanya kelam, sementara keputusan harus diambil dalam waktu yang cepat.

Tanpa membuang waktu Andri akhirnya memutuskan keluar rumah untuk menyelamatkan diri bersama anak dan isteri menuju ke tempat terbuka. Dengan berat ia tinggalkan jenazah kakaknya yang masih terbaring di tengah rumah.

Gempa Kedua

Empat menit berselang setelah keluar rumah, gempa kedua datang mengguncang sekitar pukul 08.39 WIB dengan magnitudo 6,1, gempa inilah yang mengakibatkan rumah-rumah warga di Pasaman Barat rusak.

"Saat itu kondisinya benar-benar panik. Dalam pikiran saat itu adalah lari dan selamatkan diri dan keluarga, kami terus berlari sampai ke area persawahan," katanya mengenang.

Ia beserta isteri dan anak bertahan cukup lama di area persawahan tersebut karena karena takut dengan gempa susulan. Di lokasi yang sama juga ada warga lain yang ikut menyelamatkan diri.

"Kami bertahan di sana cukup lama karena isteri dan anak takut. Gempa susulan juga terus terjadi," katanya.

Tanpa terasa waktu sudah sore dan situasi mulai agak tenang, Andri langsung membawa keluarganya pulang ke rumah untuk melanjutkan prosesi jenazah kakaknya.

Namun apa yang ia dapat saat kembali?, banyak rumah warga di sepanjang jalan yang ia lalui mengalami kerusakan hingga ada yang roboh tanpa terkecuali rumah tetangganya.

Ia tidak menyangka kalau gempa yang baru saja terjadi akan berdampak separah itu di Kampung Pasia, Kenagarian Kajai.

Andri kembali dilanda bingung karena memikirkan cara melanjutkan prosesi pemakanan terhadap jasad kakaknya. Karena otomatis warga ataupun orang kampung sedang sibuk mengurusi rumahnya masing-masing.

Enam Warga Antar Jenazah

Singkat cerita akhirnya jenazah sang kakak hanya dishalatkan di rumah saja, kemudian diantar ke tempat pemakaman bersama enam orang warga.

"Hanya enam orang yang pergi untuk mengantar dan menguburkan saat itu, selesai sekitar pukul 18.30 WIB," ceritanya sambil mengurut kepala.

Walaupun demikian Andri tidak ingin menyalahkan siapapun saat itu karena ia sadar warga juga sedang tertimpa musibah akibat gempa.

Setelah prosesi pemakanan selesai, Andri berjalan pulang ke rumah bersama enam warga yang ikut membantu. Sesampainya di rumah ia langsung mengecek seluruh bagian rumah untuk melihat kerusakan.

"Setelah dicek ternyata rumah saya rusak di beberapa bagian seperti dinding dan kamar mandi mengalami retak, kondisi rumah juga miring," katanya getir.

Lagi dan lagi, ujian belum berhenti menghinggapi kepala pria itu. Awalnya ia berniat untuk tinggal di rumah saja, tapi karena mempertimbangkan keamanan dan keselamatan keluarga akhirnya ia putuskan mengungsi.

"Anak dan isteri saya masih cemas dan takut, gempa susulan terus terjadi hingga malam hari. Saya sampai di lokasi pengungsian Kantor Bupati Pasaman Barat menjelang tengah malam," katanya.

Laki-laki yang memiliki perawakan tegas itu mengakui hampir saja menyerah dan putus asa menghadapi kenyataan. Karena bencana datang kepadanya secara tiba-tiba dan berentetan.

Namun berkat ketabahan, kesabaran, dan fokusnya menjaga keluarga tercinta, situasi yang genting itu bisa dilalui sekalipun berat.

Kerusakan

Berdasarkan data yang dihimpun pemerintah setempat sebanyak 1.366 unit rumah masyarakat di Kabupaten Pasaman Barat mengalami kerusakan akibat gempa yang bermagnitudo 6,1 Jumat (25/2).

"Ini data sementara kerusakan rumah masyarakat yang berhasil dihimpun di lapangan selain kerusakan fasilitas umum lainnya," kata Koordinator posko data gempa Pemkab Pasaman Barat Afrizal Azhar.

Ia merinci di Kecamatan Talamau rumah warga yang mengalami rusak berat sebanyak 150 unit, rusak sedang dan rusak ringan sebanyak 350 unit.

Di Kecamatan Kinali rusak berat 30 unit, rusak sedang 51 unit dan rusak ringan 229 unit.

Kemudian di Nagari Kapa Kecamatan Luhak Nan Duo rusak ringan sebanyak dua unit, Kecamatan Gunung Tuleh rusak ringan dua unit, Nagari Aua Kuniang Kecamatan Pasaman rusak berat sebanyak 217, rusak sedang 249 unit dan rusak ringan 63 unit rumah.

Di Nagari Koto Baru Kecamatan Luhak Nan Duo rusak sedang 17 unit dan rusak ringan lima unit serta di Kecamatan Sungai Aur Pondok rusak ringan sebanyak satu unit.

"Ini data sementara kerusakan rumah masyarakat akibat gempa. Data ini bisa berubah karena petugas masih terus melakukan verifikasi dan validasi di lapangan," sebutnya.

Untuk korban meninggal dunia sebanyak enam orang, luka berat 22 orang, luka sedang dan luka ringan 42 orang, kerusakan enam fasilitas sekolah, empat fasilitas kesehatan dan kerusakan jalan di Kecamatan Talamau.

Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, telah menetapkan masa tanggap darurat gempa 14 hari ke depan sejak 25 Februari sampai 10 Maret 2022.

Bupati Pasaman Barat Hamsuardi mengatakan selama masa tanggap darurat itu pihaknya akan melakukan langkah-langkah penanganan dampak gempa bumi itu.

Diantara melakukan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi dan sumber daya, membuat langkah-langkah perencanaan dan penanggulangan bencana.