Arosuka (ANTARA) - Dengan perkembangan Iptek dan usaha dibidang peternakan saat ini ternak itik sudah mulai menjadi primadona dalam usaha peternakan di Indonesia.
Hal dipicu karena meningkatnya jumlah konsumen dan permintaan telur itik yang cukup tinggi, sehingga semakin banyak olahan telur itik yang mulai digemari oleh masyarakat seperti telur asin, telur pindang, telur aneka rasa dan lainnya.
Menurut data BPS tahun 2020 Provinsi Sumatera Barat memiliki populasi itik sebesar 1.178.014 ekor.
Angka populasi ini masih tergolong rendah di bandingkan dari jumlah populasi itik di provinsi tetangga seperti Sumatera Utara dan Sumatera Selatan yang mencapai 3.153.170 ekor dan 2.126.310 ekor ditahun yang sama.
Padahal daerah Sumatera Barat sangat memiliki potensi sebagai daerah pemasok telur itik.
Mengingat ada 4 jenis itik yang merupakan plasma nutfah yang telah adaktif terhadap topografi daerah Sumatera Barat.
Rendahnya jumlah populasi itik di Sumbar diduga karena peternakan itik yang dikelola oleh peternak masih secara tradisional dengan skala usaha kecil hingga menengah dengan jumlah populasi 100-500 ekor.
Nagari Surian merupakan merupakan salah satu nagari yang memiliki potensi dalam pengembangan itik, akan tetapi manajemen pemeliharaan yang dilakukan juga masih secara tradisional.
Mulai dari kandang yang seadanya, hingga itik digembalakan di sawah yang berpindah-pindah untuk mencari makan sendiri pada siang hari dan dikandangkan pada malam hari, tanpa memperdulikan nutrisi pakan dan standarisasi dalam pembuatan kandang.
Hal ini pula lah yang menjadi faktor usaha peternakan itik menjadi jalan ditempat.
Dari hal diatas Tim PKM Faterna UNAND yang diketuai oleh Linda Suhartati, S.Pt., M.Si dengan anggota yaitu Dr. Ir. Tertia Delia Nova, M.Si, Tevina Edwin, S.Pt., MP dan Qurrata Aini, S.Pt., M.Pt serta Rizqan, S.Pt., M.Pt mempersiapkan peternak itik yang mandiri dan dapat berkembang, tim PKM Faterna Unand yang didukung oleh LPPM Unand, memberikan pelatihan dan penyuluhan mengenai manajemen pemeliharaan itik yang baik.
Pada pelaksanaan November 2021, dari hasil pemaparan yang di sampaikan oleh Dr. Ir. Tertia Delia Nova, M.Si menegaskan perlu diketahui bahwa penampilan atau produksi yang dihasilkan oleh seekor ternak dipengaruhi hingga 70% oleh lingkungan yang meliputi manajemen pemeliharaannya seperti nutrisi pakan, perkandangan, manajemen sanitasi, dan manajemen penyakit, sedangkan 30% lagi dipengaruhi oleh genetik yaitu dari jenis itik yang kita budidayakan.
Hal itu menandakan adanya manajemen pemeliharaan yang baik akan memberikan hasil yang baik pula bagi peternak itik di nagari Surian.
Adapun aspek pemeliharaan ternak itik yang baik menurut PERMENTAN No.35/permentan/OT.140/3/2007 antara lain aspek lokasi peternakan yang tidak dekat dengan daerah permukiman penduduk dan memiliki sumber air yang cukup.
Kemudian aspek perkandangan seperti luas kandang yang sesuai dengan kapasitas populasi itik, ventilasi yang mengatur sirkulasi udara di dalam kandang, serta pencahayaan yang masuk kedalam kandang, aspek pakan itik yang diberikan harus cukup dan memenuhi kebutuhan itik setiap harinya.
Kemudian aspek jenis bibit itik yang dibudidayakan (pedaging/petelur), aspek sanitasi yaitu mencegah timbulnya penyakit yang berujung pada kematian ternak itik dan manajemen penyakit guna untuk menghindari penyebaran penyakit pada ternak itik.
Diharapkan dengan adanya kegiatan ini peternak dapat menerapkan hal tersebut demi meningkatkan populasi, pendapatan, serta mempertahankan plasma nutfah itik lokal Sumbar.
Penulis,
Linda Suhartati, S.Pt., M.Si
Tim PKM Faterna UNAND, 2021