Padang (ANTARA) - Beri aku seribu orang tua, maka akan ku cabut Semeru dari akarnya, dan beri aku sepuluh orang pemuda maka akan ku guncangkan dunia. Sang proklamator pernah bertitah di masa sulitnya hidup sebagai bangsa yang masih tertatih pada awal kemerdekaan.
Pepatah ini seakan mampu bercerita kepada generasi muda, bahwa jangan sesekali terlena dengan perkembangan zaman yang ada, sehingga lalai berupaya meningkatkan kapasitas diri. Terbuai oleh fatamorgana semu kehidupan bercampur aduk dengan proses asimilasi (perpaduan kebudayaan menghilangkan kebudayaan lain).
Perjuanganku lebih mudah karena melawan penjajah. Namun, perjuangan kalian akan lebih sulit karena melawan bangsa sendiri. Memasuki usia negeri yang semakin matang, Bung Karno lagi-lagi bertitah, dengan menerawang kondisi bangsa ke depan yang semakin hiruk pikuknya sesama anak bangsa.
Pada dimensi lain, pepatah ini dinilai cocok untuk mengobarkan semangat generasi muda agar bisa menjadi lokomitif pembangunan bangsa. Uniknya, dimasa tahun politik saat ini para generasi muda mulai menunjukkan eksistensinya dengan meramaikan bursa pencalonan kepala daerah maupun jalur seleksi terbuka dipemerintahan.
Terkait peringatan hari pahlawan, sudah menjadi hal lumrah tiap tahunnya. Pada 10 November sejak pemerintah mengeluarkan Keputusan Presiden Nomor 316 Tahun 1959 tentang hari -hari nasional. Pahlawan, sangat layak dijadikan sosok idola. Seorang sosok idola tentu akan dikagumi orang banyak, termasuk dalam bertingkah laku.
Berbicara sosok idola yang dikagumi, Michael H. Hart asal Amerika sekaligus seorang astrofisikawan pernah menerbitkan buku "seratus tokoh yang paling berpengaruh dalam sejarah" yang terbit tahun 1978 lalu, menginformasikan bahwa sosok yang dianggap paling berpengaruh dan diidolakan dalam sejarah yaitu Nabi Muhammad SAW. Beliau dikenal dengan sebutan gelar "al-amin" yang diartikan sebagai orang yang dapat dipercaya.
Nabi Muhammad SAW telah diakui sebagai orang yang paling berpengaruh dan sangat layak diberikan penghargaan sebagai seorang sosok dan pahlawan umat manusia sesungguhnya. Bicara sosok pahlawan dalam negeri, para pendiri bangsa seperti Bapak Soekarno, Mohammad Hatta, Mohammad Yamin, Jenderal Soedirman dan banyak tokoh nasional lainnya dikira tidak perlu diragukan lagi nilai ketokohannya. Pahlawan nasional telah banyak mengorbankan tenaga, pikiran, harta bahkan nyawa sekalipun untuk kepentingan bangsa dan orang banyak.
Pertanyaannya sekarang adalah, apakah kita sebagai anak bangsa, khususnya para remaja sudah berupaya meneladani sosok para pahlawan guna memberikan manfaat bagi orang banyak?
BKKBN saat ini begitu gencar menyiapkan program pembangunan keluarga melalui remaja sebagai agen pembangunan. Remaja menurut BKKBN individu dengan kelompok usia pada rentang 10 sampai 24 tahun. Saat ini, populasi remaja cukup menjanjikan manfaat bonus demografi bagi pembangunan.
Menurut Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 dari Bappenas tahun 2013 memberitahukan bahwa jumlah remaja sebanyak 66, 3 juta jiwa atau 25, 63 persen dari total populasi yang mencapai 258, 7 juta jiwa. Artinya, satu dari empat penduduk Indonesia adalah remaja. Pada momentum peringatan hari pahlawan nasional inilah diharapkan, mayoritas dan seluruh remaja Indonesia tersentak untuk mempunyai visi dalam menatap masa depan.
Untuk menjadi remaja yang ideal dan bermanfaat bagi orang banyak, setidaknya ada beberapa hal yang harus dihindari guna menjadi remaja yang baik, seperti :
Pertama, menghindari pernikahan di bawah umur. BKKBN mengamanatkan program pendewasaan usia perkawinan, dengan perempuan diatas 21 tahun dan laki-laki di atas 25 tahun, dan telah menamatkan pendidikan tinggi.
Pernikahan di bawah umur dinilai sebagai suatu hal yang menjadi penyebab utama terjadinya perceraian. Hal ini dikarenakan belum matangnya fisik, mental, maupun spritual guna mengemban amanah dalam rumah tangga.
Pernikahan di bawah umur berdampak buruk pada kualitas sumberdaya manusia Indonesia. Tidak jarang menikah pada usia di bawah umur akan mengganggu proses pendidikan si anak. Pernikahan di bawah umur memperbesar potensi terjadinya kekerasan dalam rumah tangga dan masalah kesehatan keluarga. Kedua, menghindari perilaku pergaulan bebas.
Pergaulan bebas merupakan cara bergaul maupun bertingkahlaku yang sudah keluar dari kaidah norma yang ada. Cara bergaul seperti ini biasanya seperti mabuk-mabukan, perilaku seks menyimpang ( lesbi, gay, dan trans gender).
Memasuki periode usia remaja (10 - 24 tahun) disarankan agar hati-hati dalam mencoba hal baru sekaligus mencari jati diri. Jangan dampai, dalam proses mencati jati diri membuat kita terjebak dalam perilaku yang sudah melanggar norma dan aturan, sehingga merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Ketiga, menghindari perilaku mengonsumsi narkoba guna mencegah penularan HIV dan Aids. Human Immunodefeciency Virus (HIV) dan Acquired Imuno Deficiency Syndrome (Aids) masih menjadi masalah kesehatan yang cukup serius di Indonesia. Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi (KBKR) BKKBN, Dwi Listyawardani mengemukakan, kelompok yang rentan tertular virus ini adalah remaja.
Berdasarkan Sensus Penduduk 2010 penduduk usia muda Indonesia berjumlah 25 persen dari total penduduk dan juga sangat rentan terhadap bahaya narkoba. Menyalahgunakan narkoba bisa berbahaya bagi kesehatan, berpotensi terhadap penularan HIV-Aids yang dapat berujung pada kematian dan juga bisa merusak mental keseharian.
Pahlawanku sepanjang masa. Inilah tema yang diangkat pada peringatan hari pahlawan tahun ini pada 10 November lalu. Sebagai generasi muda bangsa, kita bisa berkontribusi untuk mengenang jasa para pahlawan dengan menjadi remaja yang baik, dan terhindar dari kenakalan remaja. Apa yang telah diwariskan para pahlawan dan leluhur bangsa berupa kemerdekaan dan keamanan dalam negeri, hendaknya kita syukuri sebagai sebuah nikmat oleh Allah SWT.
Untuk itu, dalam fokus membina sumber daya manusia Indonesia khususnya para remaja sebagai generasi muda Indonesia, BKKBN telah merumuskan lima tahapan fase dan siklus kehidupan seorang remaja dengan : Pertama, seorang remaja hendaknya melanjutkan pendidikan hingga ke pendidikan tinggi.
Data dari United Nations Development Programme yang merilis Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia masih diperingkat 6 di Asia Tenggara, sedangkan peringkat Indonesia di dunia pada 111 dari 189 negara. Walaupun capaian IPM Indonesia diklaim naik oleh sejumlah pihak menjadi 71,92 ( Data BPS 2019), namun dalam kompetisi antar negara, kualitas Indonesia masih menjadi pekerjaan rumah kita bersama. Dalam mengukur IPM tersebut, indikator lama menempuh pendidikan juga menjadi tolok ukurnya.
Dari hasil di atas, rata-rata lama sekolah orang Indonesia masih 8,34 tahun. Hal inilah yang diklaim sebagai salah satu faktor masih rendahnya posisi daya saing Indonesia dimata global. Dengan melanjutkan pendidikan hingga pendidikan tinggi, setidaknya kita sudah berusaha menerapkan arti perjuangan sebagai pewaris kemerdekaan.
Kedua, bekerja atau berkarya setelah tamat pendidikan. Diharapkan para remaja mampu mengaktualisasikan ilmu pengetahuan mereka ke dalam dunia kerja. Baik pekerjaan di sektor formal seperti pemerintahan maupun swasta, maupun informal dengan berwirausaha.
Saat ini telah banyak ide dan kreativitas generasi milenial yang dijadikan sebuah ladang profesi. Profesi master of ceremony, penulis, penyanyi, fotografer, koki, pebisnis dan masih banyak profesi yang menjanjikan lainnya tanpa harus menunggu menjadi pegawai negeri sipil.
Ketiga, membekali diri dengan kecakapan hidup ( fisik, mental dan spritual). Menjadi remaja panutan memang punya tantangan tersendiri. Namun, ketika tantangan bisa dilalui dengan kesabaran, ketekunan dan untaian doa yang tanpa henti, mudah-mudahan kita dapat meraih cita-cita yang diinginkan.
Memanfaatkan waktu luang dengan berolahraga, tidak merokok, menjauhi narkoba, pergaulan bebas, terus bersosialisasi dengan masyarakat, dan menjadi umat beragama yang baik dinilai sebagai sebuah contoh yang tidak rumit, bila ada niat untuk melaksanakannya. Suka berbagi walaupun dikala sempit, dan Jangan lupa menabung untuk kehidupan hari esok.
Keempat, mengamalkan nilai-nilai generasi berencana (GenRe) "Saatnya yang muda yang berencana". Saatnya yang muda belajar mengambil peran dan tampil menyampaikan aspirasi secara terukur dan sesuai aturan yang berlaku.
Merencanakan kehidupan berkeluarga secara matang dengan berupaya menunda pernikahan untuk memberikan kesempatan tubuh berkembang dan tumbuh secara ideal. Hal ini bertujuan agar mereka bisa fokus melanjutkan pendidikan, berkarir dalam pekerjaan, menikah dengan penuh perencanaan dengan siklus kesehatan reproduksi yang sehat (perempuan di atas 21 tahun dan laki-laki di atas 25 tahun.
Intinya, pada momentum Peringatan Hari Pahlawan dapat direnung-renungkan bahwa meneladani jiwa pengorbanan dan sumbangsih pahlawan adalah setiap hari dalam kehidupan. Apalagi tahun 2020 ini merupakan tahun yang sulit bagi anak bangsa sejak pandemi corona melanda.
Dibutuhkan figur yang dimulai dari diri sendiri untuk menjadi contoh bagi lingkungan. Jangan mudah termakan hoaks dan isu permusuhan sesama kita. Oleh karenanya, remaja sebagai generasi muda bangsa saat ini juga bisa disebut sebagai pahlawan modern saat ini
Teruslah berkarya dengan hal-hal positif yang bermanfaat dan menjadi kebanggaan banyak orang.