Jakarta, (ANTARA) - Tim Riset Terpadu Mandiri Gunung Padang batal melaksanakan kegiatan ekskavasi massal yang rencananya dilaksanakan pada 11 hingga 12 Mei 2013. Ketua Tim Riset Terpadu Mandiri Gunung Padang Ali Akbar saat dikonfirmasi di Jakarta, Rabu, mengatakan, akan diadakan kunjungan situs Gunung Padang pada 11 Mei 2013. Ia tidak menyebutkan rencana ekskavasi massal. Ia mengatakan, beberapa peneliti dari Tim Riset Terpadu Mandiri Gunung Padang akan hadir dan rencananya akan melakukan paparan di lokasi. Kegiatan akan dilanjutkan dengan jalan santai dengan rute ramah pelestarian situs. Kegiatan, menurut dia, akan dilanjutkan dengan acara jalan-jalan di sekitar situs untuk menunjukkan struktur batu dari luar pagar situs Gunung Padang. Sebelumnya Ali Akbar mengatakan Tim Riset Terpadu Mandiri Gunung Padang memang telah membuka lowongan 100 orang sukarelawan arkeolog untuk eksakavasi. Dan tercatat sekitar 400 sukarelawan dari berbagai profesi siap membantu sukarela. "Ada akuntan, ada arsitek, ada geolog, mereka tentu dapat membantu sesuai dengan keilmuannya masing-masing, dan tidak mungkin juga tim akan membiarkan ekskavasi di bagian situsnya dilakukan oleh yang bukan arkeolog. Kecuali arkeolog, relawan hanya akan diperbolehkan membantu membuka semak-semak," ujar dia. Kegiatan yang bernama Ekskavasi Kemuliaan Merah Putih tersebut rencananya menyingkirkan semak yang menutupi Gunung Padang sehingga struktur bangunan berbentuk trapesium yang diduga berumur lebih dari 10.000 tahun sebelum masehi menjadi terlihat. "Ekskavasi dilakukan di beberapa titik dengan jarak beragam dari situs, ada yang 100 meter jauhnya dari situs yang sudah dilindungi, ada yang 200 m, ada yang 700 m. Radius luas bangunan itu sendiri besar sekali bisa sampai 15 hektare," ujar Ali. Namun sejumlah aktivis dari Forum Pelestari Gunung Padang melancarkan petisi terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono atas rencana ekskavasi massal situs megalitikum Gunung Padang di Desa Campaka, Cianjur, Jawa Barat. Mereka menyebutkan situs di Gunung Padang sangat berharga karena merupakan bangunan megalitik terbesar di Asia Tenggara sekaligus bukti peradaban manusia, sehingga harus dilindungi dari kemungkinan terjadinya kerusakan permanen. Rencana ekskavasi massal yang, menurut mereka menggunakan tenaga tidak terlatih dikhawatirkan berpotensi menghilangkan data arkeologi yang tidak dapat dipulihkan kembali. (*/sun)
Berita Terkait
10 jenazah korban banjir bandang di Agam dimakamkan secara massal (Video)
Kamis, 11 Desember 2025 16:52 Wib
Pemakaman massal korban banjir bandang Sumatera Barat
Kamis, 11 Desember 2025 9:33 Wib
Pemprov Sumbar makamkan massal korban bencana yang tak teridentifikasi
Rabu, 10 Desember 2025 10:15 Wib
Tekan sirene, Prabowo resmikan akad massal 26 ribu rumah subsidi
Senin, 29 September 2025 18:27 Wib
Dengan semangat menyambut Hari Kesaktian Pancasila, PLN UID Sumbar Gelar Gerakan Gotong Royong Massal Sukseskan World Cleanup Day 2025
Senin, 22 September 2025 15:33 Wib
Peringati World Clean Up Day 2025, Pemko Padang gelar Gerakan Gotong Royong Massal
Sabtu, 20 September 2025 15:30 Wib
Polres Garut selidiki penyebab keracunan massal siswa di Kadungora
Kamis, 18 September 2025 16:10 Wib
Menaker buka suara soal isu PHK massal PT Gudang Garam
Selasa, 9 September 2025 11:15 Wib
