Tak bisa ekspor ke India, ribuan ton gambir di Limapuluh Kota menumpuk di gudang

id gambir,gambir limapuluh kota,berita limapuluh kota,limapuluh kota terkini,berita sumbar,sumbar terkini,pandemiCOVID-19

Tak bisa ekspor ke India, ribuan ton gambir di Limapuluh Kota menumpuk di gudang

Gambir yang sedang dijemur. (ANTARA/Ist)

Sarilamak, (ANTARA) - Ribuan ton gambir produksi petani di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat masih menumpuk di gudang milik para toke komoditi tersebut akibat terhambatnya ekspor ke India karena pandemi COVID-19.

Salah seorang toke gambir di Kabupaten Limapuluh Kota Sepdi Tito di Sarilamak, Selasa, menyebutkan saat ini ada 1.000 ton gambir menumpuk di gudang miliknya.

"Meskipun gambir sudah menumpuk di gudang, saya masih membeli ke petani karena kasihan petani jika tidak memiliki penghasilan," kata dia.

Dengan kondisi sekarang, ia dengan para toke lainnya hampir sama kondisinya yakni menumpuk gambir di gudang.

Karena itu gambir yang dibeli pihaknya hanya mengkhususkan untuk anggota tetap saja, karena mempertimbangkan kehidupan petani gambir, terlebih di situasi pandemi COVID-19 ini.

"Sebenarnya lebih aman kalau tidak dibeli lagi dari petani untuk sementara waktu ini. Sebab kondisi ini belum jelas sampai kapan, tapi kalau tidak dibeli kasihan petaninya," ujarnya.

Namun jika kondisi ini masih berlanjut dengan waktu yang lama tentunya belum dapat dipastikan bahwa pihaknya masih dapat membeli hasil dari petani gambir.

"Keuangan para toke juga hampir menipis. Siapa yang masih ada uang masih membeli, kalau yang sudah tidak ada kemungkinan tidak membeli," kata dia.

Apalagi tidak ada kepastian jika lockdown di India selesai, ekspor gambir bisa kembali normal.

"Ekonomi dari India tentu tidak dapat dipastikan setelah lockdown. Apa masih mengimpor gambir atau tidak," sebutnya.

Dengan tidak jelasnya pemasaran gambir ke India, para toke terpaksa membeli gambir dengan harga yang cukup rendah dari petani. Bahkan ada yang harus membeli dengan harga Rp13 ribu atau Rp14 ribu per kilogramnya.

"Kalau kering bisa dibeli Rp18 ribu. Tapi kalau yang basah paling rendah Rp13 ribu. Dengan harga ini tentu hanya bisa untuk penghidupan sehari-hari mereka," ujarnya.

Dihubungi terpisah, salah seorang petani gambir asal Simpang Kapuak, Kecamatan Mungka, Kabupaten Limapuluh Kota Ide (44) mengatakan dengan rendahnya harga gambir saat ini membuat pendapatannya berkurang dan tidak mencukupi kebutuhan sehari-hari.

"Karena dengan harga gambir seperti sekarang, penghasilan satu minggu itu hanya Rp280 ribu sampai Rp300 ribu. Sebab rata-rata saya hanya menghasilkan 20 kg setiap minggunya," sebutnya.

Terlebih di saat Ramadhan ini kebutuhan meningkat, belum lagi kebutuhan lebaran akan datang. "Kalau seperti ini, kami petani gambir tidak dapat ikut lebaran sepertinya," kata dia. (*)