Tebing Tinggi (ANTARA) - Di tengah perjuangan Pemkot Tebing Tinggi, Sumatera Utara, menangulangi wabah virus corona penyebab pandemi COVID-19, ada sosok "Kartini" yang begitu aktif sejak awal, dan uniknya sosok ini tidak hanya bekerja di belakang meja tetapi kerap langsung turun ke lapangan.
Adalah sosok dr Henny Sri Hartati (52 tahun) yang sehari-hari bertugas di Dinas Kesehatan Tebing Tinggi sebagai Kepala Bidang Penanggulangan, Pencegahan Penyakit (P2P).
Sebagai seorang kepala bidang biasanya lebih banyak mengurus masalah administrasi sesuai bidangnya, namun dokter yang satu ini berbeda, dia tidak segan-segan turun langsung ke lapangan selama COVID-19 ini.
Tubuhnya yang sedikit tambun tak menghalanginya untuk melakukan sesuatu di lapangan, kadang ia turun bersama anggotanya melakukan penyemprotan disinfektan di wilayah Tebing Tinggi.
Kadang ia melakukan rapid test kepada orang-orang tertentu, bahkan melakukan wawancara kepada yang berstatus ODP.
Selain mampu di lapangan, juga mumpuni menjaga hubungan dengan bawahannya, dan terbukti Kepala UPTD Puskesmas se Tebing Tinggi mampu dia kendalikan dengan baik dalam melanjutkan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan tugas bidangnya.
dr.Henny Sri Hastuti, Selasa, mengatakan apa yang dilakukannya tersebut adalah suatu pengabdian, apalagi ia memang berlatar belakang sebagai seorang dokter.
"Saya dokter di bidang kesehatan, itu ilmu yang saya miliki, bisa dimanfaatkan selama COVID-19 ini," katanya.
Apalagi, kata dia, pimpinannya Kadiskes Tebing Tinggi dr. Nanang Fitra Aulia juga cukup aktif di lapangan. Tentunya sebagai anggota, ia juga harus mampu mengikutinya meski ia sendiri pernah ditegur Wali Kota Umar Zunaidi karena keaktifannya tersebut.
Ia mengakui selama COVID-19 mewabah, tidak ada istilah hari libur. Sabtu dan Minggu ia tetap berkantor melayani berbagai permintaan bantuan kelengkapan berbagai instansi maupun masyarakat umum guna pencegahan COVID-19.
Kondisi bantuan kelengkapan APD yang terbatas, ia harus mampu memilahnya agar semua bisa dapat dengan sama sekali tidak mengabaikan administrasinya sebagai pertanggungjawaban.
Ia juga mengaku pernah diprotes putri semata wayangnya karena terlalu aktif diluar, sehingga terkesan mengabaikan keluarga.
"Kapankah mama bisa peluk awak lagi, pergi kerjanya pagi, pulangnya tiap hari malam. Kapan kita kumpul bareng lagi," katanya menirukan ucapan putrinya.
"Sedih juga mendengarnya. Tapi ini adalah suatu pengabdian tidak sekadar untuk bangsa dan negara tetapi yang hakiki adalah untuk kemanusiaan," sebutnya.