Kondisi asrama yang belum memadai penyebab maraknya pergaulan bebas remaja di Sioban Mentawai

id berita padang, berita sumbar, pergaulan bebas, kesehatan reproduksi, mentawai

Kondisi asrama yang belum memadai penyebab maraknya pergaulan bebas remaja di Sioban Mentawai

Tim Pengabdian masyarakat FK Unand saat memberikan penyuluhan tentang kekerasan seksual dan kesehatan reproduksi (Antara/istimewa)

Berdasarkan refleksi yang dilakukan kepada pelajar kelas XI di SMP 1 Sioban sebagian besar dari mereka mengaku pacaran, sering berpegangan tangan dan ciuman, bahkan tiga  orang diantaranya sudah pernah melakukan hubungan seksual

Padang, (ANTARA) - Fakultas Kedokteran Universitas Andalas (Unand) menemukan maraknya pergaulan bebas di kalangan remaja di Desa Sioban, Kabupaten Kepulauan Mentawai saat memberikan penyuluhan tentang kekerasan seksual dan kesehatan reproduksi di daerah itu sebagai bentuk kegiatan pengabdian masyarakat pada 15-17 November 2019

Menurut staf pengajar Fakultas Kedokteran Unand Yulizawati M,Keb di Padang, Selasa maraknya pergaulan bebas pada remaja dipicu oleh kondisi mereka yang melanjutkan pendidikan di tingkat SMP dan SMA tinggal di asrama yang kondisinya belum memadai dan masih perlu mendapatkan perbaikan dari pemerintah desa.

Kondisi asrama yang tidak disertai dengan kehadiran pembina yang mendampingi di asrama serta tidak adanya akses terhadap aliran listrik sehingga memberikan peluang dan kesempatan pada remaja untuk terjadinya hal-hal yang bersifat amoral, ujar

Ini berdampak pada peningkatan jumlah remaja putri yang hamil di luar nikah, putus sekolah dan kembali ke kampungnya sebelum menyelesaikan pendidikan, kata dia.

Selain itu pihaknya juga menemukan masih minimnya pengetahuan remaja putri terhadap kesehatan reproduksinya yang diketahui dari kebiasaan buruk remaja yang tidak membersihkan pembalut yang telah digunakan serta membuangnya sembarangan.

Berdasarkan refleksi yang dilakukan kepada pelajar kelas XI di SMP 1 Sioban sebagian besar dari mereka mengaku pacaran, sering berpegangan tangan dan ciuman, bahkan tiga orang diantaranya sudah pernah melakukan hubungan seksual.

Dari informasi yang diperoleh dari kepala sekolah dan majelis guru, hal ini dipicu oleh minimnya perhatian, pengawasan dan keterlibataan orang tua serta masyarakat sekitar terhadap perilaku menyimpang.

Solusi yang ditawarkan yaitu dengan pemberian Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) tentang kekerasan seksual dan kesehatan reproduksi pada remaja putri, serta memfasilitasi konseling pada remaja putri.

Untuk mencegah semua itu perlu adanya peran orang tua, pendidikan formal dan lingkungan tempat bersosialisasi yang diharapkan dapat berpengaruh bagi remaja.

Keluarga yang merupakan lembaga pertama dan yang paling utama untuk mensosialisasikan nilai pada anak-anak, katanya.

Penyuluhan dihadiri Tim dari Fakultas Kedokteran Universitas Andalas terdiri atas Yulizawati,M.Keb dr Taufik Hidayat, Yantri Maputra, PhD , Afriandi Putra dari tenaga kependidikan, Siti Dzakiyyah Masyar dan Taufik Saputra dari mahasiswa.