Awalnya tak percaya, Gian telan pil pahit ibu-adiknya meninggal mengenaskan di Wamena

id korban Wamena,kerusuhan wamena,perantau minang,ACT Sumbar,berita sumbar

Awalnya tak percaya, Gian telan pil pahit ibu-adiknya meninggal mengenaskan di Wamena

James Lugian Rizal yang akrab disapa Gian (13) sebelah kiri , anak korban perantau Minang yang ibu dan adiknya menjadi korban kerusuhan di Wamena, Provinsi Papua, memberikan testimoni di Padang, Rabu (2/10/2019). Gian tak percaya ibu dan adiknya menjadi korban dengan cara mengenaskan. (FOTO ANTARA/Laila Syafarud)

Padang (ANTARA) - Salah seorang anak perantau Minang korban kerusuhan di Wamena, Kabupaten Jayawijaya, Provinsi Papua, yang berasal dari Sungai Rampan, Koto Nan Tigo IV Koto Hilie, Batang Kapas, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat bernama Gian (13) hingga kini tidak percaya akan kabar bahwa ibu dan adiknya meninggal dunia dengan cara mengenaskan

"Awalnya sempat tidak percaya, apalagi mendengar kabar kalau ibu dan adik saya sudah meninggal karena dibakar," katanya dalam kesaksian di Padang, Rabu.

Akan tetapi, ia terpaksa harus bersabar menerima kenyataan pahit itu dan bersyukur karena ibu dan adiknya bisa dibawa pulang dan Gian bisa melihat mereka untuk yang terakhir kalinya.

"Alhamdulillah, Allah SWT masih menyelamatkan ayah dan bisa pulang bertemu dengan Gian," ujarnya.

James Lugian Rizal (13) atau sering disapa Gian itu merupakan anak pertama salah seorang korban perantau Minang Erizal (42) yang berhasil menyelamatkan diri dari kerusuhan di Wamena dengan berpura-pura mati.

Gian merupakan anak pertama dari dua orang bersaudara, namun sekarang tinggal sendiri dan terpaksa mengikhlaskan kepergian adiknya yang baru berumur delapan tahun akibat kerusuhan di Wamena.

Ia memang tidak ikut merantau bersama ayah, ibu dan adiknya ke Wamena karena Gian tengah bersekolah di SMP Serambi Mekkah di Padang Panjang.

Ia mendapat kabar duka yang menimpa keluarganya itu dari tantenya di Kabupaten Pesisir Selatan.

Selain itu, Gian memiliki cita-cita yang mulia yakni ingin menjadi seorang ustadz.

Ia berharap semoga musibah yang menimpa keluarganya tidak menjadi penghalang untuk melanjutkan sekolah dan mewujudkan impiannya.

"Untuk saat ini sampai tamat SMP dulu, nantinya jika ada niat mau melanjutkan sekolah, Insya Allah ada jalan dan akan Allah SWT memudahkan nantinya," demikian Zeng Wellf.