PainanĀ (ANTARA) - Salah seorang perantau Minang dari Nagari Lakitan Selatan, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat, Yusi Osmaneli (28), bertindak nekat dengan menodongkan pistol polisi ke kepalanya demi memastikan keselamatan suaminya saat kerusuhan di Wamena, Papua, Senin (23/9).
"Sebenarnya saya takut melakukan hal itu, tapi bagaimana lagi hanya itu yang bisa saya lakukan agar bisa memastikan suami saya selamat atau tidak," kata Yusi Osmaneli (28) di rumahnya di Nagari Lakitan Selatan, Rabu.
Ia menjelaskan waktu kerusuhan terjadi dari pagi hingga sore ia tidak juga kunjung bertemu dengan suaminya, padahal pagi harinya ia masih bersama dan suaminya lebih dulu berangkat ke pasar yang menjadi lokasi kerusuhan dibanding dirinya.
Ia semakin was-was karena setiap bertanya ke para pengungsi di Polres Wamena tidak ada seorangpun yang tahu perihal suaminya.
Baca juga: Turuti anak, Yusi terhindar kerusuhan Wamena
Tidak mau berlama-lama dengan situasi tersebut, ia akhirnya nekat menghampiri beberapa personel polisi yang berjaga dan bermohon agar mereka berkenan mendampingi dirinya untuk mencari sang suami.
"Polisi awalnya menolak dengan berbagai alasan, salah satunya ialah karena situasi yang belum stabil. Akhirnya saya memberanikan diri memegang senjata pak polisi dan mengarahkan ke kepala sambil berkata lebih baik saya ditembak dari pada saya tidak bertemu dengan suami saya," katanya lagi.
Melihat dirinya terus bermohon dan menangis, akhirnya lima personel polisi bersenjata lengkap berkenan mendampinginya.
"Waktu itu bapak-bapak polisi membawa saya dengan mengendarai sebuah truk dan kami menyusuri puing-puing bekas kerusuhan," sebutnya.
Sesampainya di lokasi berdagangnya yang pertama ia tidak menemukan suaminya dan bangunan di sekitar terlihat rusak dan berantakan.
Baca juga: 800 perantau Minang di Wamena Papua menunggu dipulangkan
Dirinya kembali bermohon ke personel kepolisian untuk ke lokasi berdagang yang kedua, awalnya polisi menolak dengan alasan yang sama namun ia tetap bermohon.
"Saya sadar situasi saat itu memang cukup berisiko dan saya apresiasi bapak-bapak polisi yang mau bertaruh nyawa demi memenuhi keinginan saya," ungkapnya.
Di lokasi kedua suasana tidak jauh berbeda dengan lokasi yang pertama, ia terus memanggil suaminya dari atas truk dan setelah beberapa kali dipanggil suaminya menyahut dari dalam ruko.
"Suami saya nekat mengunci seluruh pintu ruko dan bersembunyi di sana ketika kerusuhan pecah, saya bersyukur suami saya dalam keadaan baik, meski ia mengalami beberapa luka kecil, dan kami akhirnya di bawa ke Polres Wamena oleh bapak-bapak polisi," katanya lagi.
Semenjak kejadian tersebut menjadi konsumsi publik, Bupati Pesisir Selatan, Hendrajoni mengaku terus menjalin komunikasi dengan beberapa pihak untuk memastikan warganya di Wamena dalam keadaan aman dan mengupayakan agar mereka bisa pulang ke kampung halaman.
Baca juga: 300 perantau Minang tetap ingin bertahan di Wamena Papua