Abbas: Jika Israel caplok wilayah pendudukan, semua kesepakatan yang ditandatangani mati

id Presiden Mahmoud Abbas,Pencaplokan Tepi Barat,Kesepakatan Mati

Abbas: Jika Israel caplok wilayah pendudukan, semua kesepakatan yang ditandatangani mati

Presiden Mahmoud Abbas berpidato di Sindang Majelis Umum PBB . (WAFA Images / Thayer Ghanayem) (WAFA)

New York, (ANTARA) - Presiden Palestina Mahmoud Abbas pekan ini kembali menyatakan jika Israel mencaplok wilayah pendudukan Tepi Barat Sungai Jordan, termasuk Lembah Jordan dan Laut Mati, maka semua kesepakatan yang ditandatangani akan mati.

Ketika berbicara pada Sidang Ke-74 Majelis Umum PBB, Presiden Abbas mendesak masyarakat internasional agar memikul tanggung-jawab mereka guna mengakhiri kecongkakan dan agresi Israel.

"Satu pekan sebelum pemilihan umum baru-baru ini di Israel, Perdana Menteri Israel (Benjamin) Netanyahu dengan congkak mengumumkan bahwa kalau ia menang dalam pemilihan umum, ia akan mencaplok dan menerapkan kedaulatan Israel atas Lembah Jordan, Laut Mati di utara, dan permukiman pendudukan Israel kendati ada kenyataan bahwa semua daerah ini adalah wilayah Palestina, yang diduduki," kata Abbas.

"Kami menolak seluruhnya dan sepenuhnya rencana tidak sah ini. Tanggapan kami, jika Pemerintah Israel melanjutkan rencananya ini, semua kesepakatan yang ditandatangani dengan pemerintah pendudukan dan setiap kewajiban di dalamnya akan mati."

Ia mengatakan ia berharap bisa kembali dari Sidang Majelis Umum untuk mengumumkan berakhirnya pendudukan Israel, demikian Kantor Berita Palestina, WAFA --yang dipantau Antara di Jakarta.

"Tapi, sayangnya, saya berdiri di hadapan anda semua dengan memikul penderitaan dan rasa sakit yang telah dipikul sangat lama oleh rakyat saya, yang, meskipun semua yang telah mereka derita berupa ketidak-adilan, penindasan dan pendudukan-- masih berpegang pada harapan untuk mewujudkan kemerdekaan dan kebebasan mereka, serta negara lain di dunia."

Presiden Abbas juga mengeritik Amerika Serikat karena memihak kaum pendudukan Israel sementara menolak hak rakyat Palestina, dan menegaskan bahwa ia takkan menerima setiap penengahan Amerika lagi karena kebijakan biasnya. Ia menyerukan diselenggarakannya konferensi perdamaian internasional, dan berkeras berakhirnya satu negara, AS, sebagai penengah tunggal dalam proses perdamaian Timur Tengah. (*)