Miliki pasar yang luas, Kabupaten Solok fokus kembangkan Kopi Arabika

id Kopi Arabika Solok,Pengembangan Kopi Arabika Solok,Kopi Rajo Solok

Miliki pasar yang luas, Kabupaten Solok fokus kembangkan Kopi Arabika

Proses penjemuran buah kopi yang dilakukan Koperasi Kopi Solok Radjo di Nagari Aia Dingin. (Antara Sumbar/Tri Asmaini)

Arosuka, (Antaranews Sumbar) - Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Solok, Sumatera Barat, selain mengembangkan beras dan bawang merah juga fokus untuk pengembangan kopi arabika guna memenuhi permintaan pasar pada 2019.

"Produksi kopi arabika di Kabupaten Solok pada 2018 sebesar 657,77 ton dengan luas area tanam seluas 6.630 hektare, dan robusta sebesar 1.388 ton dengan luas area tanam 16.396 hektare," kata Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Solok, Admaizon di Arosuka, Senin.

Ia menyebutkan selain kopi robusta, arabika juga masuk dalam komoditas unggulan di Kabupaten Solok yang terus diperluas area tanamnya di daerah-daerah dataran tinggi.

"Kenapa arabika, karena kopi ini memiliki pasar yang sangat luas untuk di ekspor. Selain itu nilai jualnya juga lebih tinggi dibandingkan robusta. Arabika dan robusta sama-sama menjadi komoditi unggulan di Kabupaten Solok," ujarnya.

Kopi arabika dikembangkan di daerah-daerah tinggi dengan ketinggian 1.200-1.600 Meter Diatas Permukaan Laut (MDPL), diantaranya di Kecamatan Lembah Gumanti, Lembang Jaya, dan sedikit di Kecamatan Gunung Talang.

Untuk peningkatan jumlah produksi guna memenuhi permintaan pasar, Kabupaten Solok bekerja sama dengan Bank Indonesia untuk pengembangan kopi arabika.

Selain itu, pemerintah daerah setempat mengajukan pinjam pakai lahan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk penanaman kopi arabika untuk penambahan jumlah area tanam.

"KemenLHK menyetujui pinjam pakai kawasan hutan lindung seluas 7.000 Hektar di Kecamatan Lembah Gumanti, Pantai Cermin, dan Hiliran Gumanti untuk kopi arabika dengan sistem agroforestri," sebut dia.

Tahun ini sudah mulai aktivitas pembibitan dan penanaman, namun belum secara keseluruhan.

Budidaya kopi arabika di kawasan hutan lindung tersebut didampingi dinas pertanian Sumatera Barat dan koperasi. Salah satunya Koperasi Solok Radjo (KSR) yang dipelopori anak muda setempat.

Petani diberi pendampingan, mulai dari cara pembibitan, merawat tanaman kopi agar menghasilkan buah yang berkualitas hingga cara memanen biji kopi.

"Di Kabupaten Solok, pengembangan kopi arabika memang dipelopori oleh anak muda setempat. Kini, Kabupaten Solok menjadi kiblatnya kopi arabika di Sumatera Barat karena memiliki cita rasa yang lebih enak," imbuhnya.

Admaizon menyebutkan, Kabupaten Solok belum mampu memenuhi permintaan pasar, karena luas pengembangan arabika yang belum mencukupi.

Sedangkan untuk pangsa pasarnya, permintaan arabika Solok tidak hanya datang dari perusahaan di Jawa, Kalimantan, Bali tetapi juga dari Singapura, Taiwan, Australia dan Amerika.

"Luas lahan kita belum mampu memenuhi permintaan pasar. Namun kita patut berbangga dengan cita rasa kopi arabika yang dimiliki Solok," ujarnya. (*)