Yenny Wahid sebut Muslimat NU kukuhkan manhaj ahlus sunnah wal jamaah
Jakarta (Antaranews Sumbar) - Ketua Panitia Pelaksanaan Maulidurrasul dan Harlah Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) ke-73 Yenny Wahid menyebut peran Muslimat NU dalam mengukuhkan manhaj Ahlus Sunnah Wal Jamaah (Aswaja) An-Nahdliyyah amatlah penting.
“Dengan begitu akan terwujud Islam yang rahmatan lil alamin. Menguatkan Aswaja adalah menguatkan bangsa bahkan dunia,” kata Yenny saat membacakan sambutannya di acara Harlah Muslimat ke-73 di Studio Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu.
Sebagai madrasah pertama bagi keluarganya, ibu-ibu Muslimat menjadi pendidik yang hendaknya mengajarkan anak-anaknya dengan nilai Islam yang tasamuh (toleran), tawasuth (moderat), tawazun (seimbang) dan itidal, ujar dia.
Dalam keluarga, perempuan juga identik dengan doa. Putri Presiden ke-4 Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid ini menyebut hari-hari perempuan diisi oleh doa untuk suami dan anak-anaknya.
Maka melalui Harlah Muslimat ke-73 yang diisi oleh pembacaan doa bersama atau Istighosah Kubro ini pun merupakan energi besar bagi Indonesia.
“Hari ini Indonesia beruntung Muslimat berdoa bagi keselamatan bangsa dan negara. Bermunajat mengetuk pintu langit, baik yang di GBK atau di pondok pesantren masing-masing,” kata dia.
Dia pun mengaku salut atas keikhlasan dan perjuangan para ibu-ibu Muslimat untuk bisa sampai di GBK.
Menurut Yenny, mereka datang tanpa kenal lelah, membawa keinginan sederhana berkhidmat bagi negara nusa dan bangsa.
“Hadir dengan kesederhanaan dan gembolan masing-masing. Semalam diguyur hujan enggak goyah. seperti lagu dangdut, baju satu kering di badan, jangan lupa cintaku Muslimat. Hari ini Jakarta jadi Ijo Royo-Royo,” kata Yenny menyitir warna hijau yang merupakan warna kebanggaan warga NU.
“Dengan begitu akan terwujud Islam yang rahmatan lil alamin. Menguatkan Aswaja adalah menguatkan bangsa bahkan dunia,” kata Yenny saat membacakan sambutannya di acara Harlah Muslimat ke-73 di Studio Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu.
Sebagai madrasah pertama bagi keluarganya, ibu-ibu Muslimat menjadi pendidik yang hendaknya mengajarkan anak-anaknya dengan nilai Islam yang tasamuh (toleran), tawasuth (moderat), tawazun (seimbang) dan itidal, ujar dia.
Dalam keluarga, perempuan juga identik dengan doa. Putri Presiden ke-4 Republik Indonesia KH Abdurrahman Wahid ini menyebut hari-hari perempuan diisi oleh doa untuk suami dan anak-anaknya.
Maka melalui Harlah Muslimat ke-73 yang diisi oleh pembacaan doa bersama atau Istighosah Kubro ini pun merupakan energi besar bagi Indonesia.
“Hari ini Indonesia beruntung Muslimat berdoa bagi keselamatan bangsa dan negara. Bermunajat mengetuk pintu langit, baik yang di GBK atau di pondok pesantren masing-masing,” kata dia.
Dia pun mengaku salut atas keikhlasan dan perjuangan para ibu-ibu Muslimat untuk bisa sampai di GBK.
Menurut Yenny, mereka datang tanpa kenal lelah, membawa keinginan sederhana berkhidmat bagi negara nusa dan bangsa.
“Hadir dengan kesederhanaan dan gembolan masing-masing. Semalam diguyur hujan enggak goyah. seperti lagu dangdut, baju satu kering di badan, jangan lupa cintaku Muslimat. Hari ini Jakarta jadi Ijo Royo-Royo,” kata Yenny menyitir warna hijau yang merupakan warna kebanggaan warga NU.