Pemuda ini raih puluhan juta rupiah perbulan dari hasil budidaya ikan

id Wedi Radian Dasril

Pemuda ini raih puluhan juta rupiah perbulan dari hasil budidaya ikan

Ketua Kelompok Budidaya Farm Biofloc Ar-Razzaaq, Wedi Radian Dasril memperlihatkan lele asap yang diproduksi kelompoknya. (Antara Sumbar / Didi Someldi Putra)

Saya lulusan Sarjana Politik UNAND tapi alhamdulillah dengan mencoba, yakin dan berserah diri pada Allah hasil manisnya telah saya rasakan
Berkat usaha pembibitan, pembudidayaan hingga pemasaran ikan air tawar seperti lele, nila dan juga betok, omzet kisaran Rp70 sampai Rp80 juta bisa kami raih dalam satu bulan, kata Ketua Kelompok Budidaya Farm Biofloc Ar-Razzaaq, Wedi Radian Dasril (28) memulai pembicaraan seputar usaha yang dilakoninya, Kamis siang.

Kelompok budidaya ini berlokasi di Koto Panai Air Haji, Kecamatan Linggo Sari Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat dan aktif membudidayakan ikan air tawar semenjak pertengahan 2015 dengan sistem bioflok.

Awalnya usaha tersebut hanya sebatas pembudidayaan, namun karena harga ikan lebih ditentukan oleh pedagang maka muncul ide untuk membuat produk olahan ikan seperti ikan asap, abon ikan dan lainnya.

Saat ini, Kelompok Budidaya Farm Biofloc Ar-Razzaaq memiliki 18 kolam bioflok, 10 dimanfaatkan untuk budidaya lele, lima untuk nila dan tiga untuk betok, dan juga terdapat 29 kolam lainnya yang digunakan untuk pembibitan.

Pemilihan sistem bioflok karena pihaknya menilai sistem ini memiliki beberapa keunggulan diantaranya menghemat pakan, dan juga tidak memerlukan banyak ruang.

Untuk menghasilkan beberapa ekor lele seberat satu kilogram, khususnya pada kolam konvensional dibutuhkan pelet sebanyak 1,2 kilogram namun di kolam bioflok hanya dibutuhkan pelet 0,8 kilogram.

Pakan tersebut lebih hemat karena peran bakteri pribiotik yang sengaja dikembangbiakkan, bakteri itu mampu mengelola pakan yang tersisa serta kotoran ikan menjadi pakan cadangan.

Begitu juga dengan tempat, pada kolam konvensional yang berisikan air satu kubik hanya mampu menampung 100 ekor lele, sementara di kolam bioflok dengan air yang sama mampu menampung satu sampai dua ribu ekor lele.

Selain itu, kata dia, setelah lele dari kolam bioflok di panen airnya juga bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dan tentu juga menguntungkan bagi para pembudidaya.

Bahkan lanjutnya, air kolam bioflok juga tidak berbau seperti kolam konvensional pada umumnya, sehingga ikan yang dihasilkan juga tidak amis dan lebih gurih serta tidak mengganggu masyarakat sekitar.

Khusus budidaya kelompok Ar-Razzaaq menghasilkan satu sampai dua ton ikan dari ketiga jenis ikan itu per bulannya, sementara khusus bibit kelompok ini tidak hanya mencukupi kebutuhan bibit di kabupaten setempat namun juga Kabupaten Muko-Muko, Bengkulu.

Sementara olahan ikan berupa lele asap dipasarkan tidak hanya di dalam kabupaten namun juga Bukittinggi, Pekanbaru, Jambi dan juga Jakarta.

Permintaan masing-masing daerah bervariasi ada yang 50 kilogram per bulan bahkan ada yang 100 kilogram, dan untuk memenuhi permintaan rata-rata kelompok ini mesti memproduksi 360 kilogram lele asap setiap bulannya.

Bahkan pada pertengahan 2016 lele asap yang diproduksi juga dikenalkan ke Qatar serta Belanda, hanya saja tidak berlanjut sampai ke kerjasama karena kelompok Ar-Razzaaq belum bisa memenuhi permintaan pasar di dua negara.

Khusus pengusaha di Qatar, mereka meminta menyediakan lele asap sebanyak 16 ton setiap bulannya dan untuk memenuhinya minimal harus ada sekitar 100 kolom bioflok berdiameter tiga meter yang dioperasikan.

Sementara pihaknya baru hanya memiliki 10 kolom bioflok dan masing-masingnya mampu memproduksi sekitar 900 kilogram lele per masa panen.

Untuk memenuhi 16 ton lele asap itu dibutuhkan 64 ton lele basah setiap bulannya, kendati demikian, pihaknya mengaku cukup berambisi untuk memenuhi permintaan tersebut dengan harapan agar usaha pembudidayaan lele semakin menggeliat.

"Kami telah merancang untuk membina kemitraan dengan masyarakat dan cara ini akan cukup efektif dalam membantu pemenuhan kebutuhan pasar tidak hanya dalam daerah bahkan nasional dan juga luar negeri," ucap ketua kelompok Ar-Razzaaq yang merupakan lulusan Sarjana Politik UNAND itu.

Ia menyebutkan situasi saat ini memang tidak seindah situasi ketika ia baru merintis, ikan mati, kolam bioflok tidak berfungsi merupakan hal lumrah yang terjadi setiap saat.

Namun, berkat kegigihan dengan terus menggali informasi seputar kolam bioflok tak heran ia saat ini kerap menjadi pembicara dalam beberapa kegiatan seputar pembudidayaan ikan menggunakan kolam bioflok.

Bahkan, kolam bioflok miliknya juga telah beberapa kali dikunjungi baik oleh pejabat kabupaten setempat hingga daerah lain, seperti Bengkulu.

Dan pihaknya juga membuka pelatihan bagi mereka yang berminat untuk membuka usaha budidaya bioflok dan direspon cukup baik.

Wedi Radian Dasril memiliki konsep bahwa keberhasilan tidak datang begitu saja namun mencoba dengan serius serta yakin dan berserah diri pada Allah merupakan kuncinya.

"Saya lulusan Sarjana Politik UNAND tapi alhamdulillah dengan mencoba, yakin dan berserah diri pada Allah hasil manisnya telah saya rasakan," katanya lagi.

Guna mengembangkan usahanya, kedepan pihaknya berencana membuat rumah makan dengan menu utama ikan air tawar agar lebih menarik, pengunjung juga bisa mengunjungi kolam bioflok sebagai sarana edukasi.

Konsep tersebut sengaja ditawarkan guna memberikan wisatawan pilihan berlibur selain objek wisata bahari yang menjadi andalan kabupaten setempat.

Kendati demikian, wisata kuliner dan edukasi itu baru akan diluncurkan pada pertengahan Ramadhan 1439 Hijriah karena saat ini masih dalam tahap persiapan.

Pelbagai menu akan disajikan mulai dari ikan bakar, goreng dan juga masakan berkuah di rumah makan yang sesuai rencana diberi nama Ar-Razzaaq Kafe dan Resto.

"Lokasi budidaya ikan air tawar berada persis bersebelahan dengan rumah makan sehingga memudahkan wisatawan mendatangi secara langsung," kata dia.

Namun, tambahnya dengan situasi itu wisatawan tidak perlu merasa geli atau perasaan lain karena kolam dengan sistem bioflok tidak menimbulkan bau amis dan bau menyengat lainnya.

Sementara bagi wisatawan yang mengikutsertakan anak-anak, pihaknya juga menyiapkan kolam renang lengkap dengan seluncurannya.

Selain itu, Ar-Razzaaq Kafe dan Resto juga dilengkapi dengan musala serta juga terdapat ruangan VIV khusus bagi wisatawan yang ingin merasakan sensasi bersantap di lokasi yang berbeda.

Bahkan pihaknya juga menyiapkan taman khusus sayur-sayuran dan bisa dipetik oleh wisatawan jika tertarik membuat hidangan secara langsung tanpa campur tangan para juru masak.

Agar keberadaan rumah makan semakin populer pihaknya berencana untuk mengundang bupati setempat beserta pejabat terkait sewaktu peluncurannya.

Terpisah, Plt. Kepala Dinas Perikanan Pesisir Selatan, Arlindawati didampingi Kepala Bidang Budidaya setempat, Firdaus menyebutkan Kelompok Budidaya Farm Biofloc Ar-Razzaaq merupakan satu dari beberapa kelompok budidaya ikan air tawar yang paling cepat perkembangannya di daerah itu.

"Kami terus menjalin komunikasi yang intensif dengan pengelola sehingga selain tetap mendapat informasi seputar perkembangannya kami juga mengetahui kendala-kendala yang dihadapi untuk pengembangan usaha budidaya yang mereka jalankan," ucapnya. ***