Buku Syafii Maarif dibedah di UNP

id Buku Syafii Maarif

Buku Syafii Maarif dibedah di UNP

Prof Ahmad Syafii Maarif (kiri) memberikan buku karangannya berjudul “Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan” kepada Rektor Universitas Negeri Padang Ganefri (memegang bungkusan)di Auditorium UNP di Padang, Kamis (1/3). (ANTARA SUMBAR/Mario S Nasution)

Padang, (Antaranews Sumbar) - Buku karangan Ahmad Syafii Maarif berjudul "Islam Dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan" dibedah di Universitas Negeri Padang pada Kamis (3/1).

"Buku ini merupakan pemikiran Buya Syafii Maarif yang ditelaah secara akademis oleh pakar dari berbagai bidang," kata Rektor Universitas Negeri Padang, Ganefri saat membuka bedah buku di Padang, Kamis.

Ia mengatakan buku karangan Buya Syafii dibedah langsung oleh Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Komisaris Jenderal Pol Suhardi Alius, Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pembinaan Ideologi Pancasila Yudi Latief.

Selain itu Dosen Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Dr Muhammad Qorib, Guru Besar UNP Prof Suryafma Masidin dan Sejarawan UNP Dr Siti Fatimah.

Menurutnya buku ini cukup fenomenal dan menjadi perbincangan publik karena mengangkat Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Ditambah sosok Buya Syafii seorang guru bangsa yang memiliki kehidupan sederhana.

Kepala BNPT Komjen Pol Suhardi Alius mengakui banyak belajar dari pemikiran Syafii Maarif terutama setelah menjabat sebagai kepala BNPT. Dalam memperlakukan korban teroris dan mantan pelaku teroris harus menggunakan hati sebagai seorang manusia.

"Mereka itu tidak boleh dimarjinalkan akan tetapi mereka berhak hidup layaknya warga biasa," kata dia.

Kepala Unit Kerja Presiden bidang Pembinaan Ideologi Pancasila Yudi Latief menilai buku yang dibuat oleh Syafii Maarif merupakan gambaran dirinya yang memiliki prinsip yang teguh namun mengakui keberagaman dan toleransi.

"Syafii mempelajari ini dari tokoh Minang lainnya yaitu Mohammad Hatta, meskipun mencicipi ilmu ke Amerika dirinya tetap bersahaja dan memegang kuat nilai-nilai adat dan islamnya," katanya.

Sejarawan UNP Siti Fatimah mengatakan dalam menelaah buku Syafii Maarif dirinya menggunakan tiga dimensi yakni terhadap orangnya, kulturnya dan karya itu sendiri. Ia menilai Syafii Maarif merupakan seorang tokoh yang memiliki keunikan tersendiri.

"Diantara sekian banyak manusia hanya ada beberapa orang yang seperti Buya ini," katanya.

Menurut dia karya ini lahir pada tahun 2008 disaat Indonesia menikmati era kebebasan setelah terkungkung puluhan tahun, namun dalam kebebesan itu ia menilai kebebasan menjadi sebuah kebablasan.

"Kerisauan ini dituangkan Buya Syafii Maarif dalam sebuah buku tersebut. Apabila ingin tahu seperti apa islam itu maka bacalah buku ini," katanya.

Ahmad Syafii Maarif mengatakan kemerdekaan yang dinikmati saat ini merupakan anugerah meskipun hingga saat ini kemerdekaan belum dinikmati secara merata. Terutama amanat sila kelima "Keadilan Sosial Bagi Seluruh Indonesia" yang masih terbengkalai sejak merdeka.

"Terjadi ketimpangan sosial terjadi dimana-mana, ini yang harus menjadi perhatian bersama," kata dia.

Sebagai dasar negara, Pancasila telah diterima oleh seluruh rakyat Indonesia menjadi sebuah ideologi bangsa sehingga nilai-nilai yang ada di dalamnya harus diamalkan.

"Jangan sampai ada pihak-pihak yang ingin mengganti ideologi pancasila dengan ideologi lain," tegas dia.