Mentawai, (Antara Sumbar) - Sejumlah sekolah dasar dan menengah pertama yang ada di Kecamatan Siberut Selatan Kabupaten Kepulauan Mentawai Sumatera Barat membutuhkan tambahan ruangan belajar untuk menunjang proses belajar mengajar yang ada di daerah tersebut.
Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Pendidikan Kecamatan Siberut Selatan, Hijon di Siberut, Rabu (29/11), mengatakan di daerah kecamatan tersebut terdapat delapan sekolah yang terdiri dari enam SD dan dua SMP yang benar-benar membutuhkan tambahan ruangan.
"Selain ruangan ruangan belajar, sekolah-sekolah yang ada di daerah ini juga membutuhkan tambahan ruangan untuk kantor serta rumah dinas guru," katanya.
Lebih lanjut ia menjelaskan beberapa sekolah yang ada di daerah pedalaman ialah SDN 21 Butui yang membutuhkan tiga ruangan kelas, satu kantor serta tiga rumah dinas.
SDN 07 Madobag membutuhkan tiga ruang kelas ditambah dengan satu kantor serta SDN 06 Madobag membutuhkan dua ruang kelas ditambah dengan satu ruang kantor.
Pada daerah sekitar pusat kecamatan seperti SDN 09 Muara dibutuhkan tambahan satu ruang kelas serta satu ruang pustaka dan SDN 15 Simailepet membutuhkan tiga ruang kelas ditambah satu kantor.
Untuk SDN 12 Muntei dibutuhkan tiga ruang kelas serta satu kantor dan untuk SDN 21 Muntei yang ada di daerah Salappak dibutuhkan dua kelas, satu kantor serta ditambah dengan tiga rumah dinas.
Ia menambahkan untuk SMPN 1 Siberut Selatan dibutuhkan tambahan enam ruangan kelas dan ditambah dengan satu kantor, sedangkan SMPN 2 membutuhkan tambahan satu ruangan kelas, satu kantor serta dua rumah dinas.
"Selain tambahan ruangan kami juga membutuhkan tambahan prasarana berupa bangku, meja, lemari, papan tulis dan lain sebagainya," tambahnya.
Sementara itu salah seorang anggota komisi VI DPR-RI, Rieke Diah Pitaloka mengatakan hingga saat ini masyarakat Mentawai belum merasakan kemerdekaan sepenuhnya, sebab mereka masih mengalami kesulitan di bidang pendidikan, kesehatan serta kemiskinan.
"Sekalipun Indonesia sudah merdeka selama 72 tahun, tapi bagi saya Mentawai belum merasakan itu sepenuhnya, sebab mereka masih kesulitan mengakses pendidikan," katanya. (*)