Banyuwangi, (Antara Sumbar) - Ribuan wisatawan lokal dan mancanegara menyaksikan pergelaran tari kolosal dalam Festival Gandrung Sewu menjadi atraksi wisata di Banyuwangi, Jawa Timur, Minggu.
Pertunjukan Festival Gandrung Sewu kali ini dibumbui teatrikal perjuangan pahlawan asal Kabupaten Banyuwangi dalam melawan penjajah, yang kisahnya tersirat dalam gending "Kembang Pepe" sekaligus menjadi tema utama atraksi yang telah digelar rutin sejak 2012 itu.
Fragmen itu mengisahkan para pahlawan yang melakukan siasat dengan menggelar pertunjukan seni barong dan tari gandrung untuk menjebak penjajah. Sebagian penari gandrung pun memakai topeng barong dalam aksinya.
Sebanyak 1.286 orang menari di bibir Pantai Boom dengan latar belakang indahnya panorama Selat Bali pada Minggu sore. Tari gandrung sendiri adalah tarian khas Banyuwangi yang telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Perpaduan kereografi yang menawan, kostum gandrung yang indah, aksi kebasan selendang berwarna merah, dan fragmen teatrikal membuat pertunjukan Festival Gandrung Sewu kian memesona.
Lionel Tournier, wisatawan asal Prancis, memuji ajang wisata berbalut budaya ini. "Tariannya sangat indah. Saya sampai terbawa perasaan saat ikut menari Gandrung," kata Lionel yang datang bersama rombongan temannya ke Banyuwangi, sebagaimana keterangan Pemkab Banyuwangi.
Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas mengatakan, Gandrung Sewu menjadi salah satu festival budaya yang konsisten digelar.
"Selain menjadi atraksi wisata, ini juga cara Banyuwangi untuk konsolidasi budaya dan meregenerasi pelaku seni. Kita buktikan bahwa festival menjadi instrumen ampuh untuk menumbukan kecintaan generasi muda pada seni-budaya," kata Anas.
"Kita juga pupuk rasa cinta Tanah Air lewat ajang ini. Anak-anak muda memahami bahwa Indonesia sangat beragam budaya, dan saya sampaikan ke mereka, bahwa keberagaman itu adalah modal untuk membangun bangsa, jangan dijadikan alasan perpecahan," ucap Anas.
Mendapatkan ribuan penari bukan hal sulit bagi Banyuwangi. Bahkan, tiap tahun harus diadakan seleksi di tingkat kecamatan, karena ada sekitar 3.000 calon penari yang akan ikut ambil bagian dalam festival kolosal itu.
Mahkota Permata Ratri, salah seorang penari muda dari SMPN 1 Cluring bangga bisa terlibat pada pergelaran tari yang disaksikan ribuan orang. "Ini menambah pengalaman dan kecintaan saya pada Indonesia yang sangat kaya beragam budaya," tutur dia.
Mahkota belajar menari dengan mengikuti ekstrakurikuler tari di sekolah. Minatnya belajar seni-budaya semakin kuat seiring kebijakan Pemkab Banyuwangi yang memfasilitasi beragam kreasi anak muda dalam balutan Banyuwangi Festival.
"Menghidupkan budaya ini penting, daripada tiap hari kita main game online. Saya sering mengajak teman-teman untuk mencintai seni-budaya kita," ujarnya.
Festival Gandrung Sewu juga dihadiri sejumlah tamu istimewa, di antaranya istri Presiden keempat RI KH Abdurrahman Wahid, Ibu Sinta Nuriyah Wahid. (*)