Kata Bappenas, Songket Silungkang Perlu SNI untuk Mendunia

id Songket

Kata Bappenas, Songket Silungkang Perlu SNI untuk Mendunia

Direktur UKM dan Koperasi Bappenas Ahmad Dading Gunadi (kanan) didampingi Wali Kota Sawahlunto Ali Yusuf (kanan dua) meninjau stan pameran songket nusantara dalam acara Sawahlunto International Songket Carnival (SISCa) 2017 di Sawahlunto, Jumat (28/5). (ANTARA SUMBAR/Joko Nugroho)

Sawahlunto, (Antara Sumbar) - Direktur Pengembangan UKM dan Koperasi Bappenas Ahmad Dading Gunadi meminta perajin songket silungkang Sawahlunto, Sumatera Barat menciptakan produk berstandar nasional Indonesia agar diterima pasar dalam dan luar negeri.

"Selain mengikuti pameran di luar negeri agar tahu seperti apa kualitas yang dibutuhkan di pasar luar negeri, produk itu juga harus memiliki standar nasional Indonesia," katanya, usai pembukaan Sawahlunto International Songket Carnival (SISCa) 2017 digelar oleh Pemerintah Kota Sawahluto, di Sawahluto, Jumat (25/8).

Kementerian juga melakukan pendampingan dan pembinaan untuk mengurus standar nasional Indonesia.

Pemerintah Kota Sawahlunto mengusulkan agar songket Silungkang diakui oleh Unesco sebagai warisan dunia, sehingga pihaknya mendorong pemkot setempat untuk mengumpulkan dokumen atau tulisan-tulisan yang menyatakan bahwa songket silungkang memang berasal dari daerah itu.

"Nanti kami juga akan membantu mengumpulkan dokumen-dokumen tersebut," ujarnya.

Ia juga meminta Pemkot Sawahlunto untuk menggandeng perguruan tinggi sebagai upaya agar songket silungkang benar-benar bisa diakui oleh Unesco.

Wali Kota Sawahlunto Ali Yusuf menyebutkan dalam menjaga kualitas kerajinan songket tersebut pemerintah daerah maupun pusat terus melakukan pembinaan dan pendampingan.

"Pada 2016, Badan Ekonomi Kreatif Indonesia juga melakukan pembinaan agar standar kualitas tetap bisa dipertahankan," ujarnya.

Perajin songket di Silungkang, Sawahlunto kini juga telah mengembangkan songket dengan pewarnaan alami. Bahkan salah satu perajin asal daerah itu menjadi duta di Brussel, Belgia terkait penggunaan pewarna alami untuk songket ini.

Pihaknya kini juga tengah berupaya agar songket Silungkang bisa memiliki hak paten.

"Pada 20 Mei kemarin kami ke Belanda, kami baru tahu bahwa terdapat 37 motif songket silungkang yang ada sejak zaman penjajahan Belanda. Kami akan membawanya kembali ke Indonesia," ujarnya lagi.

Setelah dibawa kembali ke Indonesia, pihaknya meminta para perajin songket di daerah itu bisa mengembangkannya.

Salah seorang perajin songket silungkang Anita Dona Asri (31) mengatakan, salah satu kesulitan dalam memasarkan songket ke luar negeri terkait standar kualitasnya. (*)