Abrasi Pantai Ulakan Tapakis di Padangpariaman Bertambah

id Abrasi, Pantai Ulakan, Padangpariaman

Abrasi Pantai Ulakan Tapakis di Padangpariaman Bertambah

Seorang warga berdiri di wilayah yang terkena abrasi di pantai Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat, Selasa (30/5). Abrasi di pantai itu bertambah parah semenjak peristiwa pengikisan daratan oleh air laut tersebut terjadi pada Sabtu lalu. (Antara Sumbar / Aadiaat M. S.)

Parit Malintang, (Antara Sumbar) - Abrasi di pantai Kecamatan Ulakan Tapakis, Kabupaten Padangpariaman, Sumatera Barat bertambah parah sejak peristiwa pengikisan daratan oleh air laut itu terjadi pada Sabtu lalu.

"Abrasi terjadi karena ombak besar menerpa daerah ini semenjak Kamis lalu (25/5)," kata Wali Nagari (desa adat) Ulakan, Kecamatan Ulakan Tapakis, Nurddin di Padangpariaman, Selasa.

Ia menerangkan abrasi di daerah tersebut sebelumnya terjadi pada tahun lalu namun semenjak Sabtu kemarin pengikisan daratan oleh air laut itu mencapai tiga kilometer dan jarak antara rumah warga dengan pantai tinggal 10 meter.

Ia menyatakan dirinya sebelum adanya pemekaran nagari pada tahun lalu pernah mengirimkan proposal kepada pemerintah tingkat kabupaten dan provinsi untuk memasang batu grip di daerah itu namun sampai saat ini belum ada realisasi.

Ia berharap pemerintah tingkat kabupaten dan provinsi menganggarkan dana untuk membangun batu grip karena ada sekitar 20 rumah nelayan tinggal di daerah itu.

"Selain itu kalau tidak cepat ditangani maka dapat mengancam Makam Syech Burhanuddin yang merupakan cagar budaya," tambahnya.

Sementara salah seorang warga daerah itu, Irdawati mengatakan karena ombak besar tersebut rumahnya tinggal beberapa meter lagi dari rumahnya.

"Karena abrasi tersebut membuat dirinya dan keluarganya takut sebab lama kelamaan bisa menghancurkan rumahnya," ujarnya.

Selain itu ketika terjadi ombak besar maka air membawa pasir pantai masuk ke dalam rumahnya, lanjutnya.

Salah seorang warga lainnya, Yul mengemukakan beberapa tahun lalu jarak antara rumahnya dengan pantai sekitar 100 meter.

"Bahkan dengan jarak tersebut beberapa tahun lalu masih banyak pohon yang berdiri namun sekarang yang tinggal tidak beberapa batang dan itu pun telah condong," ujar dia.

Selain itu, akibat abrasi tersebut jalan di depan rumahnya yang terbuat dari semen juga terban sehingga kendaraan roda dua kesulitan melewatinya padahal sebelumnya masih bisa dilewati oleh becak motor.

Ia berharap pemerintah segera membangun batu grip guna memecah ombak sehingga mengurangi tekanan air laut terhadap daratan. (*)