Seni "Talempong Batuang" Ditampikan di HJK Sawahlunto

id Seni Talempong Batuang

Sawahlunto, (Antara) - Salah satu kesenian tradisional Kota Sawahlunto, Sumatera Barat yang hampir punah yakni "Talempong Batuang" ditampilkan dalam pagelaran seni budaya Nagari Silungkang di ajang Sawahlunto Multicultural Festival 2015 dalam rangka hari jadi kota (HJK) itu, Jumat.

Pemain sekaligus pelestari musik tradisi Talempong Batuang, Umar Malin Parmato (90), di Sawahlunto, Jumat, mengatakan musik yang dimainkannya tersebut merupakan tradisi turun temurun yang dahulunya dibawakan oleh para kaum petani di dusun Sungai Cancang Nagari Silungkang, disaat turun ke sawah serta pada pesta panen.

"Kini seni musik Talempong Batuang tidak lagi dikenal dan keberadaan nyaris punah karena tergerus oleh seni musik modern," kata dia.

Menurutnya, hingga saat ini hanya dia dan keluarganya saja yang masih mengetahui cara membuat alat musik serta memainkan Talempong Batuang tersebut.

Ia mengatakan, Talempong Batuang dibuat dari potongan bambu yang lapisan kulit bagian atasnya diiris dan diatur sedemikian rupa menyerupai senar gitar.

"Alat musik ini dimainkan dengan cara dipukul dengan sebilah kayu berukuran kecil pada irisan kulit yang sudah dibentuk tersebut, sehingga mampu mengeluarkan bunyi-bunyian yang memiliki notasi bertingkat," kata dia.

Dia berharap, musik tradisi yang dimainkannya itu bisa dilestarikan oleh pemerintah setempat, sehingga mampu tumbuh menjadi salah satu ikon pariwisata di kota itu.

Sementara salah seorang masyarakat yang juga pemerhati seni budaya tradisi di kota itu, Ujeng (42), mengaku sangat tertarik dengan penampilan musik tradisi "Talempong Batuang" tersebut.

"Sepengetahuan saat ini hanya satu keluarga saja, yakni keluarga Umar Malin Parmato, yang masih mengetahui cara membuat dan memainkan alat musik tersebut," kata dia.

Apabila tidak dilestarikan, lanjutnya, seni musik tersebut hampir dipastikan akan punah dan menjadi legenda saja, padahal seni musik tersebut berkemungkinan hanya dimiliki oleh Nagari Silungkang sehingga sangat berpeluang menjadi salah satu musik tradisi yang unik dan menarik untuk dipelajari.

Dia juga mengkhawatirkan terhadap menipisnya minat masyarakat akan seni musik tradisi, apabila bisa diangkat menjadi sebuah kearifan lokal maka nilai-nilai seni yang terbangun akan tumbuh menjadi sebuah karakter budaya yang kuat dan mampu menjadi ciri khas kota itu sebagai kota wisata.

"Digelarnya kegiatan ini oleh Pemerintah Kota Sawahlunto diharapkan mampu mewadahi pelestarian budaya tak hanya di kota ini, tapi juga budaya yang ada di kota-kota lainnya di Sumatera Barat dan Indonesia," kata dia.

Pagelaran ragam seni budaya nusantara yang dikemas dalam kegiatan "Multicultural Festival" mengawali rangkaian peringatan hari jadi kota (HJK) ke-127 Kota Sawahlunto.

Kepala Dinas Pariwisata setempat, Efriyanto, di Sawahlunto, mengatakan kegiatan tersebut berlangsung sejak tanggal 24 November hingga 1 Desember 2015, yang bertepatan dengan hari jadi kota itu pada tahun 1888 Masehi.

"Sejumlah kelompok seni budaya dari beragam etnis di Sawahlunto serta beberapa daerah lainnya akan memeriahkan panggung utama pelaksanaan kegiatan tersebut, di kawasan lapangan Silo Kecamatan Barangin," kata dia. (*)