Transformasi pola makan masyarakat Indonesia saat ini telah menempatkan gandum sebagai bahan makanan pokok kedua setelah beras. Besarnya kebutuhan gandum dalam negeri seiring dengan tingginya permintaan tepung gandum (terigu), karena meningkatnya konsumsi tepung terigu masyarakat Indonesia.
Kondisi ini yang mengakibatkan industri makanan sebagai pengguna tepung terigu terbanyak mengalami pertumbuhan bisnis yang pesat. Permintaan tertinggi berasal dari industri mie instan disusul industri biskuit, industri bakeri, dan rumah tangga.
Tepung terigu sebagai produk olahan dari biji gandum sebagai bahan baku makanan yang tidak asing lagi di Indonesia, konsumsi terbesar adalah 35 persen untuk konsumsi rumah tangga baik dalam bentuk mie basah atau mie kering, 25 persen untuk industri roti, 20 persen industri mie instant, 15 persen untuk industri cake dan biskuit, sisanya 5 persen untuk gorengan. Jenis makanan tersebut sangat disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak sampai kalangan orang dewasa/orang tua, baik dari kalangan bawah sampai tingkat atas.
Beragamnya produk olahan berbasis terigu menyebabkan produksi terigu dan permintaan gandum meningkat sebanding dengan tingkat konsumsi masyarakat terkait dengan tingkat pendapatan dan laju pertambahan penduduk yang selalu meningkat (Adnyana 2006). Indonesia memenuhi kebutuhan terigu dalam negeri dengan cara mengimpor dari Negara penghasil biji gandum, jika hal ini terus dibiarkan maka mengakibatkan inflasi dalam negeri.
Untuk menekan impor gandum, Indonesia perlu melakukan upaya untuk memproduksi gandum dalam negeri.Produksi gandum dalam negeri perlu didukung oleh ketersediaan varietas gandum dan penerapan teknologi budidaya yang sesuai dengan kondisi agroklimat di Indonesia. Varietas yang sesuai di Indonesia dapat diperoleh dengan mengadaptasikan gandum subtropis di lingkungan tropis Indonesia. Gandum merupakan komoditas yang banyak dikembangkan di daerah subtropis, oleh karena itu pengembangan gandum di Indonesia lebih sesuai dibudidayakan di dataran tinggi (>800 mdpl) dengan suhu sekitar 22 24 celcius
Khusus di provinsi Sumatera Barat daerah yang cocok untuk pengembangan tanaman gandum ini adalah di Alahan Panjang Kecamatan Lembah Gumanti Kabupaten Solok. Alahan Panjang memiliki ketinggian diatas >1000 m dpl, dengan suhu berkisar antara 21-25 celcius
Dengan demikian berarti Alahan Panjang bisa dijadikan sentral pengembangan gandum Sumatera Barat. Hal ini terbukti bahwa dari tahun 2011 sampai sekarang penelitian tanaman gandum masih berlangsung di Alahan panjang oleh Tim peneliti Universitas Andalas khususnya tanaman gandum yang di ketuai oleh Prof. Irfan Suliansyah, yang merupakan dosen Fakultas Pertanian Universitas Andalas.
Gandum yang telah dihasilkan di Alahan panjang sudah bisa memenuhi kebutuhan benih untuk di budidayakan di daerah tersebut dan propinsi Sumatera Barat, tanpa mengintroduksi dari daerah lain.
Sebelumnya, Deputi Koordinasi Pertanian dan Kelautan Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian Diah Maulina menilai gandum dapat menjadi alternatif pangan pengganti beras karena didalamnya terkandung karbohidrat dan protein yang cukup baik serta dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan kue, mie , roti dan lainnya.
Untuk itu perlu dilakukan upaya yang serius untuk membudidayakannya sehingga dapat mengurangi impor yang terus meningkat dimana saat ini telah mencapai 6,6 juta ton per tahun. Menurutnya pemerintah menargetkan setiap tahun pengurangan konsumsi beras sebesar 1,5 persen dimana salah satu alternatif pangan penganti adalah gandum. Kendati gandum bukan makanan asli Indonesia, namun diversifikasi pangan melalui produk olahannya berupa terigu, mie dan roti dinilai berhasil. Hal itu terlihat dari meningkatnya kebutuhan gandum dalam negeri sehingga harus diimpor dan telah mencapai 6,6 juta ton per tahun.Oleh sebab itu, kedepan diperlukan komitmen kuat dari semua pihak terkait baik pemerintah, perguruan tinggi dan masyarakat untuk mengembangkan gandum di Indonesia.
Berdasarkan penelitian kerja sama antara Slovakia dengan Universitas Andalas pada tujuh daerah di Indonesia ditemukan gandum dapat tumbuh dengan baik bahkan produksinya mencapai tiga ton per hektare. Kemudian, dibutuhkan pendampingan dikalangan petani gandum dan memastikan tersediannya bibit yang sesuai dengan iklim Indonesia. Berikutnya, aspek pascapanen perlu menjadi perhatian seperti sarana penyimpanan , pengolahan serta pasar.
Penerima Beasiswa Bakrie Graduate Fellowship 2013