Padang, (Antara Sumbar) - Ketua Lembaga Kerapatan Adat Alam Minangkabau (LKAAM) Sumatera Barat, M Sayuti Datuak Rajo Pangulu mengatakan saat ini terdapat ratusan guru Budaya Alam Minangkabau (BAM) tidak lagi punya ruang untuk mengajar di sekolah.

     "Sejak 2013 sudah tidak ada lagi ruang untuk BAM yang menjadi salah satu pelajaran dalam muatan lokal, sehingga banyak guru-guru yang dipersiapkan tidak lagi mengajar," katanya di Padang, Kamis.

     Ia menjelaskan dari data saat ini ada lebih kurang 400 orang guru BAM sekolah dasar, dan 200 guru BAM di SMP tidak lagi mengajar mata pelajaran tersebut.

     Pada 1994 di Sumbar sudah disepakati beberapa mata pelajaran masuk dalam muatan lokal yang waktu itu juga dihadiri oleh Menteri Pendidikan masa Fuad Hasan.

     "Beberapa mata pelajaran dalam muatan lokal dari yang disepakati dulu adalah Budaya Alam Minangkabau, Baca Tulis Al-Quran, Baca Tulis Arab Melayu, Keterampilan Kesenian Minangkabau dan Keterampilan Pertanian Minangkabau," katanya.

     Ia menambahkan seluruh mata pelajaran ini mulai diterapkan di sekolah-sekolah pada 1995 dan berakhir pada 2013. 

     Menurutnya pemerintah pusat cukup hanya mengalokasikan waktu pada kurikulum untuk pengajaran muatan lokal, dan teknis pengajarannya akan disusun oleh masing-masing daerah.

     "Terkait mata pelajaran yang akan diajarkan tidak perlu diatur oleh pusat, biar diatur oleh masing-masing daerah, sebab kearifan lokal setiap daerah di Indonesia berbeda-beda," katanya.

     Sementara itu, Dinas Kebudayaan Sumbar melalui Kasi Adat dan Nilai-nilai Tradisi, Shaparman mengatakan penguatan terkait nilai-nilai adat dan budaya bisa saja disiasati oleh pihak sekolah untuk mengadakan kegiatan ekstrakurikuler.

     "Pada sekolah-sekolah umum juga harus ada penguatan tentang adat dan budaya Minang, salah satunya dengan mengadakan ekstrakurikuler yang berhubungan dengannya," katanya. (*)

Pewarta : Syahrul Rahmat
Editor :
Copyright © ANTARA 2024