Syamsul Nilai Regenerasi Petinju Sumut Lamban

id Syamsul Nilai Regenerasi Petinju Sumut Lamban

Medan, (ANTARA) - Mantan petinju amatir nasional Syamsul Anwar Harahap menilai proses regenerasi petinju di Sumatera Utara (Sumut) berjalan lamban karena minimnya program pembinaan jangka panjang bagi atlet muda berbakat. "Pascatahun 1990-an, program pembinaan terhadap petinju amatir sangat jauh berkurang dibanding selama tahun 1970 hingga akhir 1980-an," katanya di Medan, Kamis. Padahal, menurut dia Sumut di era tahun 1970 hingga memasuki awal tahun 1990-an dikenal sebagai salah satu provinsi pencetak atlet tinju yang mampu meraih prestasi di tingkat dan internasional. Keberhasilan Sumut melahirkan sejumlah pentinju nasional pada masa itu, lanjut petinju yang pernah dijuluki "bolduzer" ini, tidak terlepas dari kepedulian beberapa tokoh olah raga tinju, di antaranya Paruhum Siregar dan M.Y Effendi Nasution. Kedua tokoh tinju tersebut dengan hanya mengandalkan sarana latihan yang relatif sederhana justru mampu melaksanakan program pembinaan secara berkelanjutan. Seiring dengan itu, di Sumut di sepanjang tahun 1970 hingga 1990-an sering pula digelar turnamen tinju, sehingga ikut membuka peluang bagi para petinju untuk menambah pengalaman bertanding. "Pada masa itu, Sumut banyak melahirkan petinju nasional dan ikut memberi andil memposisikan daerah ini masuk dalam peringkat lima besar PON," tambahnya. Para petinju Sumut di Era 1970 hingga 1990-an yang pernah meraih prestasi di tingkat nasional dan internasional itu, di antaranya Krismanto, Liston Siregar, Sonny Siregar, dan Lamhot Simamora. "Saya termasuk orang yang merasa prihatin melihat perkembangan prestasi dan pembinaan olah raga tinju di Sumatera Utara sekarang ini," ucap Syamsul yang mengawali pengalaman bertinju dari sasana Garuda Medan di bawah asuhan pelatih Paruhum Siregar. Namun memasuki pertengahan tahun 1990, kata dia, prestasi Sumut di cabang tinju menurun disebabkan minimnya dukungan dan perhatian dari pemerintah daerah dan KONI setempat. Kondisi tersebut diperparah lagi dengan minimnya program pembinaan secara konsisten, seperti yang pernah dilakukan almarhum Paruhum Siregar dan HMY Effendy Nasution. Di tengah merosotnya prestasi Sumut di vabang tinju dewasa ini, kata dia, sejumlah provinsi lain yang sekitar 20 tahun lalu tidak diperhitungkan di cabang tinju justru giat melakukan pembinaan dan mampu melahirkan sejumlah petinju amatir yang handal. "Selama beberapa tahun terakhir, saya melihat program pembinaan cabang tinju di beberapa provinsi lain maju pesat, bahkan ada beberapa atletnya sengaja mengirim atletnya ke luar negeri untuk menjalani pemusatan latihan jangka panjang," ujarnya. Untuk megembalikan kejayaan tinju Sumut, menurut dia, pemerintah daerah bersama KONI dan Pertina setempat perlu meningkat sinergi serta lebih proaktif melaksanakan program pembinaan jangka panjang. Sejalan dengan hal itu, ia juga mengajak segenap institusi dan kalangan dunia usaha di Sumut agar ikut mendukung program pembinaan di berbagai sasana tinju yang masih aktif. (*/sun)