Wall Street Berakhir Naik Ditopang Data Ekonomi Kuat

id Wall Street

Wall Street Berakhir Naik Ditopang Data Ekonomi Kuat

Wall Street. (Reuters)

New York, (Antara Sumbar) - Bursa saham Wall Street berakhir lebih tinggi pada Rabu (Kamis pagi WIB), karena para investor mempertimbangkan sejumlah laporan ekonomi utama yang lebih kuat daripada perkiraan.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup bertambah 27,06 poin atau 0,12 persen menjadi 21.892,43 poin. Sementara itu, indeks S&P 500 menguat 11,29 poin atau 0,46 persen menjadi berakhir di 2.457,59 poin, dan indeks komposit Nasdaq naik 66,42 poin atau 1,05 persen menjadi ditutup pada 6.368,31 poin.

Lapangan pekerjaan sektor swasta AS meningkat sebanyak 237.000 pekerjaan pada Agustus, jauh di atas konsensus pasar 185.000, menurut Laporan Ketenagakerjaan Nasional ADP yang dirilis pada Rabu (30/8).

Laporan ADP sering dilihat sebagai pratinjau untuk data penggajian (payrolls) non pertanian AS yang diawasi secara ketat, yang akan keluar pada Jumat (1/9).

Produk domestik bruto (GDP) AS meningkat pada tingkat tahunan 3,0 persen pada kuartal kedua 2017, menurut perkiraan kedua yang dikeluarkan oleh Departemen Perdagangan pada Rabu (30/8).

Pasar telah mengamati secara cermat langkah Federal Reserve selanjutnya.

Ekspektasi untuk kebijakan moneter ketat di Amerika Serikat telah diperlemah baru-baru ini oleh data inflasi yang lembut. Ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga pada Desember, kini hanya 35,7 persen, menurut alat FedWatch CME Group.

Sementara itu, para investor juga terus menilai dampak peluncuran rudal oleh Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK) atau Korea Utara.

Korea Utara meluncurkan sebuah rudal pada Selasa (29/8) pagi dan rudal tersebut jatuh ke Samudra Pasifik di Hokkaido setelah melewati kepulauan Jepang, kata pemerintah Jepang.

Presiden AS Donald Trump pada Selasa (29/8) memperingatkan bahwa peluncuran tersebut "mengancam dan mendestabilisasi," menambahkan "semua opsi ada di atas meja."

Ketegangan antara Amerika Serikat dan Korea Utara telah meningkat awal bulan ini setelah Trump mengatakan bahwa Korea Utara akan menghadapi "api dan kemarahan" jika terus mengancam Amerika Serikat. (*)