Gubernur Sumbar Akan Luncurkan Buku "Spontan Pantun"

id bukupantun,irwanprayitno,beritasumbar

Gubernur Sumbar Akan Luncurkan Buku "Spontan Pantun"

Buku berjudul "Irwan Prayitno, Spontan Pantun" segera diluncurkan. (istimewa)

Padang (AntaraSumbar) - Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno bakal meluncurkan sejumlah buku berisi 8.000 pantun yang dibuatnya secara spontan dalam berbagai acara selama satu tahun periode kedua pemerintahannya.

"Kemungkinan ada empat buku masing-masing berisi 2.000 pantun. Tiap pantun punya latar belakang dan konteks yang berbeda-beda," kata Irwan di Padang, Minggu.

Dia menjelaskan konteks pantun yang termuat dalam buku berjudul "Irwan Prayitno, Spontan Pantun" tersebut, disesuaikan dengan acara yang dihadiri. Oleh karena itu, dari 8.000 pantun tidak ada satupun yang sama.

Biasanya, saat diundang untuk membuka suatu acara, saat di atas kendaraan menuju lokasi, ia sudah buat beberapa pantun yang berkaitan dengan acara tersebut.

Saat pembukaan acara, sebelum didaulat memberikan sambutan, ia juga sibuk dengan telepon seluler lamanya membuat beberapa pantun lagi sesuai suasana dan tokoh-tokoh yang menghadiri.

"Makin lama saya dipanggil oleh pembawa acara, makin banyak pantun yang saya buat untuk dibacakan," katanya.

Minimal, kata dia, pantun yang dibacakan dalam satu acara itu berjumlah 10 karya. Bahkan seringkali mencapai lebih 20 karya.

Agar tidak monoton, menurut Irwan, sambutan yang diberikannya tidak melulu berisi pantun, tetapi juga pidato sambutan seperti biasa.

"Pantun saya gunakan untuk menyimpulkan apa yang saya sampaikan. Jadi setelah saya pidato beberapa waktu, isi pidato itu saya simpulkan dalam bentuk pantun," ujar dia.

Menurut Irwan, kebiasaannya menulis membantu dalam membuat pantun.

Ia bahkan memiliki pakem dalam membuat pantun, yaitu membaginya pada lima segmen, masing-masing salam pembuka sekitar dua pantun, lalu penghormatan kepada tokoh yang hadir pada acara dua pantun, dilanjutkan dengan pengantar pesan yang akan disampaikan, tentang isi acara, dan pantun penutup.

Ia mengatakan pada awal-awal menyampaikan pidato dengan pantun memang banyak yang memandang aneh, namun lama kelamaan menjadi biasa.

"Kalau ada yang keberatan dengan gaya pidato yang disampaikan dengan pantun, ya tidak usah undang gubernur," kata dia.

Sastrawan Taufik Ismail dalam kata pengantar buku pantun itu, menilai ekspresi pantun Irwan Prayitno tidak kaku, bebas lincah, tapi patuh kaidah, dari bahasa Indonesia melompat ke bahasa Minang, bolak-balik tanpa halangan.

Ia berharap karya tersebut akan bisa memantik kreativitas, terutama generasi muda untuk menghasilkan gaya penulisan kreatif lainnya. *