Pariaman (ANTARA) - Pemerintah Kota (Pemkot) Pariaman, Sumatera Barat mencatat sepanjang 2,6 kilometer irigasi rusak di daerah itu akibat bencana hidrometrologi yang terjadi pada akhir November lalu.
"Irigasi yang rusak tersebut ada di beberapa lokasi, kalau dijumlahkan bagian yang rusak mencapai 2,6 kilometer," kata Kepala Dinas Pertanian Pangan dan Perikanan Kota Pariaman Marlina Sepa di Pariaman, Selasa.
Ia mengatakan irigasi tersebut ada yang kondisinya yang patah dan juga ada dinding irigasi rebah sehingga air tidak dapat mengalir dengan baik hingga ke hilir untuk mengairi ratusan hektare sawah di daerah itu.
Menurutnya dengan terganggunya pasokan air maka dapat mempengaruhi ketahanan pangan daerah sebab produksi komoditas kebutuhan pokok itu turun drastis.
Oleh karena itu, lanjutnya Pemkot Pariaman telah melaporkan kerusakan tersebut kepada Kementerian Pertanian (Kementan) pada awal Desember agar pemerintah pusat dapat memperbaikinya segera.
"Mudah-mudahan Kementan dapat memperbaikinya segera melalui rehabilitasi jaringan irigasi usaha tani," kayanya.
Dirinya optimis pemerintah pusat akan membantu perbaikan irigasi tersebut segera karena ketahanan pangan menjadi program unggulan Presiden apalagi Kementan telah mengunjungi Pariaman untuk melihat dampak bencana.
Ia menyampaikan data kerusakan infrastruktur vital di bidang pertanian tersebut sama dengan data yang pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah Pariaman sebagai syarat untuk mendapatkan bantuan akibat bencana.
"Jadi datanya satu pintu," katanya.
Diketahui Pariaman merupakan salah satu daerah di Sumbar yang terdampak cuaca ekstrem yang terjadi dari 21 hingga 28 November. Setidaknya Pemkot Pariaman merilis daerah itu mengalami banjir di 121 lokasi, longsor enam lokasi, dan puluhan pohon tumbang.
Akibat cuaca ekstrem tersebut lima ruas jalan amblas, satu jembatan rusak, 45 unit sekolah rusak, dinding penahan di sejumlah aliran sungai di Pariaman juga rusak akibat dihantam banjir. Bahkan 25 hektare ladang dan ratusan hektare lahan sawah juga terendam banjir.
Selain itu 58 unit rumah warga Pariaman statusnya menjadi tidak layak huni sehingga penghuninya harus diungsikan guna mengantisipasi kondisi tersebut dapat mengganggu kesehatan dan jatuhnya korban.
