Menguak Aspek Fairness pada Rantai Nilai Industri Ayam Petelur di Kabupaten Limapuluh Kota

id Unand, industri ayam petelur, ATI Padang Oleh Henmaidi

Menguak Aspek Fairness pada Rantai Nilai Industri Ayam Petelur di Kabupaten Limapuluh Kota

Gedung Rektorat Universitas Andalas, Sumatera Barat. (ANTARA/Muhammad Zulfikar).

Padang (ANTARA) - Industri ayam petelur di Kabupaten Limapuluh Kota, Sumatera Barat, merupakan pilar utama perekonomian daerah ini. Dengan populasi ayam mencapai 10 juta ekor, industri ini tidak hanya memberikan kontribusi besar terhadap ekonomi lokal tetapi juga menciptakan lapangan kerja bagi banyak penduduk.

Namun, di balik kesuksesan ini, terdapat tantangan besar dalam hal keadilan dan risiko yang dihadapi oleh para peternak.

Rantai Nilai yang Kompleks dan Ketimpangan Nilai Tambah

Penelitian terbaru (Henmaidi, dkk, 2024) mengungkapkan bagaimana nilai tambah dalam industri ayam petelur didistribusikan di antara berbagai aktor, mulai dari poultry shop, peternak, pedagang pengumpul, grosir, hingga konsumen akhir. Sayangnya, hasil penelitian menunjukkan bahwa grosir mendapatkan bagian nilai tambah terbesar, yakni 29,11%, diikuti oleh peternak sebesar 29,05%, pedagang kecil 20,07%, poultry shop 14,17%, dan pedagang pengumpul hanya 7,60%. Ini mencerminkan adanya ketidakadilan dalam pembagian nilai tambah di sepanjang rantai pasokan.

Risiko Besar di Pundak Peternak

Di balik angka-angka tersebut, para peternak menghadapi risiko yang sangat besar. Mereka harus berurusan dengan fluktuasi harga pakan yang bisa melambung tinggi akibat perubahan cuaca, ketersediaan bahan baku, dan kebijakan perdagangan internasional. Selain itu, kesehatan ternak juga menjadi tantangan besar. Penyakit yang menyebar bisa mengakibatkan kerugian besar, baik dari segi kematian ayam maupun penurunan produksi telur.

Tidak hanya itu, peternak juga harus bergelut dengan fluktuasi harga jual telur dan daging ayam di pasar. Mereka sering kali tidak memiliki posisi tawar yang kuat untuk menetapkan harga jual yang layak, karena tergantung pada pedagang pengumpul atau grosir yang memiliki akses lebih baik ke informasi pasar dan jaringan distribusi. Akibatnya, peternak sering kali harus menerima harga yang tidak proporsional dengan biaya produksi yang mereka tanggung.

Akses terhadap pembiayaan juga menjadi masalah besar bagi peternak. Banyak peternak skala kecil kesulitan mendapatkan pinjaman dari lembaga keuangan formal, sehingga mereka harus bergantung pada sumber pembiayaan informal dengan suku bunga yang lebih tinggi. Ketidakpastian pasar dan risiko lingkungan seperti bencana alam menambah beban yang harus mereka tanggung.

Ketidakadilan dalam Distribusi Nilai Tambah

Distribusi nilai tambah yang tidak merata menunjukkan adanya ketidakadilan yang serius dalam sistem rantai pasok. Peternak, yang menghadapi risiko terbesar, justru mendapatkan bagian nilai tambah yang tidak proporsional. Grosir, yang memiliki akses langsung ke pasar konsumen akhir dan kemampuan untuk menetapkan harga jual yang lebih tinggi, memperoleh keuntungan terbesar. Sementara itu, peternak harus berjuang dengan biaya produksi yang tinggi dan posisi tawar yang rendah.

Solusi untuk Meningkatkan Keadilan

Untuk mencapai keadilan dalam distribusi nilai tambah, beberapa langkah penting perlu diambil:

1. Intervensi Pemerintah: Pemerintah dapat berperan penting dalam meningkatkan akses peternak terhadap informasi pasar dan menyediakan dukungan pembiayaan yang lebih murah. Program pelatihan dan pendampingan dapat membantu peternak meningkatkan keterampilan negosiasi mereka, sehingga mereka dapat memperoleh posisi tawar yang lebih baik. Pemerintah juga bisa menyediakan insentif bagi peternak yang berpartisipasi dalam program pelatihan ini.

2. Pengembangan Infrastruktur: Meningkatkan infrastruktur distribusi, seperti transportasi dan fasilitas penyimpanan, bisa membantu mengurangi risiko dan biaya yang dihadapi oleh peternak dan pedagang pengumpul. Infrastruktur yang baik dapat memastikan produk tetap dalam kondisi baik sampai ke tangan konsumen, sehingga mengurangi kerugian akibat kerusakan produk.

3. Kerjasama dan Kooperasi: Mendorong kerjasama antara peternak kecil dan besar dapat membantu menyeimbangkan pasokan dan permintaan, serta meningkatkan posisi tawar peternak kecil. Pembentukan koperasi peternak dapat membantu mengonsolidasikan kekuatan mereka dan meningkatkan akses ke pasar yang lebih luas. Dengan adanya koperasi, peternak kecil dapat bersatu untuk memperoleh harga jual yang lebih baik dan menekan biaya produksi melalui pembelian bersama.

4. Transparansi Harga: Mendorong transparansi harga melalui platform informasi pasar yang dapat diakses oleh semua aktor dalam rantai nilai dapat membantu memastikan harga yang diterima peternak mencerminkan nilai pasar yang sebenarnya. Dengan akses yang lebih baik terhadap informasi harga, peternak dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam menetapkan harga jual produk mereka.

5. Dukungan Teknis dan Penelitian: Pemerintah dan lembaga penelitian dapat bekerja sama untuk menyediakan dukungan teknis kepada peternak. Ini termasuk penelitian tentang pakan alternatif yang lebih murah, teknik pemeliharaan yang lebih efisien, dan metode pengendalian penyakit yang lebih efektif. Dengan dukungan teknis yang memadai, peternak dapat meningkatkan produktivitas dan mengurangi risiko.

Masa Depan yang Lebih Adil untuk Peternak

Struktur rantai nilai industri ayam petelur di Limapuluh Kota saat ini memang belum adil bagi para peternak yang menghadapi risiko terbesar. Dengan kebijakan yang tepat dan intervensi yang mendukung, distribusi nilai tambah yang lebih adil dapat tercapai.

Hal ini tidak hanya akan meningkatkan kesejahteraan peternak, tetapi juga akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif di Kabupaten Limapuluh Kota.

Keadilan dalam pembagian nilai tambah sangat penting untuk memastikan bahwa setiap aktor dalam rantai pasok mendapatkan bagian yang layak dari nilai yang diciptakan.

Dengan demikian, industri ayam petelur di Limapuluh Kota dapat terus berkembang dan memberikan manfaat maksimal bagi seluruh masyarakat.

Dukungan yang tepat dapat membantu peternak kecil untuk berkembang dan bersaing di pasar yang semakin kompetitif, sehingga menciptakan kondisi yang lebih baik bagi semua aktor dalam rantai pasok ini.

Dengan pendekatan yang komprehensif dan berfokus pada peningkatan keadilan, industri ayam petelur di Limapuluh Kota memiliki potensi untuk menjadi model yang lebih adil dan berkelanjutan bagi daerah-daerah lain di Indonesia.

Pemerintah, pelaku industri, dan masyarakat harus bekerja sama untuk menciptakan sistem yang mendukung semua aktor dalam rantai pasok, terutama mereka yang menghadapi risiko terbesar dan membutuhkan dukungan paling besar.

***

Henmaidi adalah dosen di Fakultas Teknik, Universitas Andalas, Padang. Bersama dengan rekan-rekannya dari Universitas Andalas dan Politeknik ATI Padang, melakukan penelitian ini untuk memahami dan mengembangkan industri ayam petelur di Sumatera Barat. Hasil penelitian dipublikasikan dalam jurnal IJASEIT (International Journal on Advanced Science, Engineering and Information Technology), dengan DOI: 10.1088/1755-1315/492/1/012156.