Padang (ANTARA) - Budidaya ternak besar seperti sapi atau kambing di Kepulauan Mentawai Sumatera Barat saat ini masih jalan di tempat meski telah banyak program yang dikhususkan untuk memberikan bantuan masyarakat beternak di daerah tersebut.
Alasannya karena secara geografis meski memiliki daerah yang luas namun lahannya tidak subur sehingga perlu upaya khusus untuk menumbuhkan rumput, sehingga sulit dalam mendapatkan pakan hijauan yang baik.
Di samping itu kultur masyarakat Mentawai yang enggan mencoba kebiasaan yang baru bila itu tidak menguntungkan atau belum ada yang memberikan contoh.
Meskipun di beberapa pulau telah terbentuk kelompok tani ternak, dalam pelaksanaannya kelompok tersebut lebih memprioritaskan bertani ketimbang beternak.
Atas latar belakang ini lah, Universitas Mahaputra Muhammad Yamin (UMMY) Solok bersama Universitas Andalas (Unand) melaksanakan kegiatan Kosabangsa (Kolaborasi Sosial Membangun Bangsa) di daerah Mentawai yang tergolong dalam 3T (Tertinggal, Terpinggirkan dan Terluar).Dalam Kegiatan ini tim melakukan penyuluhan dan sosialisasi terkait Pengolahan Pakan Ternak Dengan Bisozyme dan Pelet Indigofera.
Tim Kosabangsa ini terbagi atas Tim Pelaksana yang berasal dari UMMY dan Tim Pendamping yang berasal dari Unand.
Tim Pelaksana dari UMMY terdiri atas Dr. Tri Astuti S.Pt.,MP, Prof. Dr. Ir. Syahro Ali Akbar,. MP, Fajri Basyirun, S.Pd.M.Pd.E dan Yulhan, S.Kom., M.Kom. Sedangkan Tim Pendamping dari Peternakan Unand yakni Dr. Evitayani, S.Pt, M.Agr, Prof. Dr. Ir. Yetti Marlida, MS dan Ir. Elita Amrina . ST. M.Eng. P. h.D.
Adapun nomor kontrak Kosabangsa ini adalah 268/E5/PG.02.00.PM/2023 tanggal 18 September 2023.
Kegiatan ini dilaksanakan pada Oktober 2023 di Desa Goiso Oinan dan dan Sipora Jaya yang berada di Kecamatan Sipora Utara di mana yang menjadi sasaran adalah Kelompok Mitra Tani Buluk Sibau dan Harapan Jaya.
Kegiatan ini juga terinspirasi dengan pernyataan mantan wakil bupati Mentawai Kortanius Sabeleake, S.Pt. menyatakan bahwa Kepulauan Mentawai cukup potensial dalam pengembangan ternak besar seperti sapi dan kambing.
Walaupun demikian kata Kortanius, perlu upaya dan dukungan dari semua pihak untuk mewujudkan hal tersebut seperti dalam pengelolaan lahan kosong sebesar 28 Ha dan 18 Ha yang potensial dijadikan tempat penggembalaan ternak dengan dilakukan penanaman rumput dan leguminosa pengganti konsentrat.
Pernyataan mantan Wabup tersebut beralasan karena saat peternakan dikembangkan kendala utamanya yakni pakan atau hijauan yang kualitas dan kandungan gizinya kurang baik.
Harapannya dengan pendampingan pengolahan pakan ternak, masalah tersebut dapat diatasi dan peternak dapat membuat pakan secara mandiri. Sehingga ke depan animo masyarakat Mentawai untuk beternak semakin tinggi.
Secara berkelanjutan target dari kegiatan ini antara lain mengurangi ketergantungan peternak akan rumput yang biasa diberikan sehari-hari kepada sapi potong yang dapat digantikan dengan konsentrat yang bernilai gizi baik untuk meningkatkan bobot badan sapi potong. Kemudian mengurangi ketergantungan peternak terhadap kosentrat komersial yang mahal dengan cara membuat sendiri bahan pakan kosentrat hijauan.
Disamping itu juga untuk Memberikan masukan bagaimana menyusun ransum sapi potong yang baik,memberikan mesin pellet multifungsi dan mesin tepung sederhana, mesin mixer dan alat pengering yang memudahkan peternak dalam pemberian pakan kosentrat tepung Indigofera. Serta menjadikan kelompok ternak tertarik untuk melakukan peningkatan perekonomian dan wirausaha serta digitalisasi pemasaran pakan hijauan berbasis pellet Indigofera zollingeriana
Pengembangan ternak di Mentawai ini menjadi potensial terlebih saat ini Mentawai menjadi satu-satunya wilayah di Sumbar yang ternaknya belum terpapar Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Tentunya dengan adanya pemenuhan untuk pengolahan pakan tersebut akan meningkatkan produktivitas serta kualitas daging yang berimplikasi pada meningkatnya penghasilan masyarakat.
Hal ini sejalan dengan tujuan Kosabangsa yakni terjadinya peningkatan status desa tertinggal menjadi desa berkembang, desa berkembang menjadi desa mandiri. Melalui pemberdayaan ekonomi masyarakat akan Meningkatkan kesejahteraan rakyat sekaligus sebagai percontohan dan untuk di replikasi ke daerah lain.*