Pakar khawatir gempa Lempeng Indo-Australia robohkan Ngarai Sianok

id Gempa bumi, gempa Mentawai, ngarai Sianok, dampak gempa,Pakar gempa unand

Pakar khawatir gempa Lempeng Indo-Australia robohkan Ngarai Sianok

Ilustrasi: Warga menaiki tangga di objek wisata Janjang Saribu, Bukit Apit Puhun, Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Jumat (10/6/2022). . ANTARA FOTO/Iggoy el Fitra/nym.

Padang (ANTARA) - Pakar gempa dari Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat (Sumbar) Dr Badrul Mustafa mengkhawatirkan gempa akibat aktivitas subduksi Indo-Australia bisa merobohkan Ngarai Sianok, Kabupaten Agam, Sumatera Barat.

"Itu (roboh) bisa saja terjadi kalau gempanya kuat," katanya di Padang, Selasa.

Apalagi, kata dia, dinding Ngarai Sianok yang berada di Kabupaten Agam tersebut bukan batuan yang kuat sehingga berpotensi longsor bila goncangan gempa tergolong kuat.

"Jadi bisa saja terjadi longsor di situ (Ngarai Sianok) terutama gempa yang berasal dari Patahan Semangko," jelas lulusan Geofisika Dan Meteorologi Institut Teknologi Bandung (ITB) itu.

Seperti diketahui Patahan Semangko mulai dari Aceh sampai ke Lampung yang diperkirakan juga berdempetan dengan Bukit Barisan.

Badrul mengatakan dari 20 segmen Patahan Semangko, empat berada di Sumbar, salah satunya segmen Sianok. Beberapa hari sebelumnya, ketika terjadi gempa bumi (segmen Sianok) terjadi longsor di Ngarai Sianok.

Oleh karena itu, menurut dia, aktivitas gempa bumi yang berpusat di Kabupaten Kepulauan Mentawai dengan kekuatan 6,9 magnitudo pukul 03.00 WIB tersebut dikhawatirkan merobohkan Ngarai Sianok.

Ia mencontohkan getaran gempa Simeulue Desember 2004 yang menyebabkan tsunami turut dirasakan masyarakat hingga di Malaysia. Kemudian jika memperhatikan gempa di Kabupaten Kepulauan Mentawai 6,9 magnitudo dengan Gempa Simeulue Aceh, dan Gempa Nias 28 Maret 2005 memiliki mekanisme yang sama.

BMKG mengatakan gempa bumi di Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan gempa dangkal akibat adanya aktivitas subduksi Lempeng Indo-Australia. Hasil analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa tektonik itu memiliki mekanisme pergerakan naik atau thrust fault.