Solok (ANTARA) - Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Universitas Andalas (Unand) menyosialisasikan inovasi makanan olahan dadih (fermentasi susu kerbau) di beberapa daerah kabupaten/kota Sumatera Barat.
Dosen Fakultas Kesmas Unand sekaligus Ketua Program Matching Fund Kedaireka Universitas Andalas Tahun 2022, Dr Helmizar saat dikonfirmasi dari Solok, Kamis mengatakan dalam upaya pencegahan stunting di Sumatera Barat, dosen dari Kesmas Unand menjalankan program Matching Fund Kedaireka Universitas Andalas tahun 2022.
"Program tersebut dengan judul pengembangan mini plan pangan lokal dadih menjadi aneka olahan makanan fungsional untuk mendukung pencegahan stunting nasional,” kata dia.
Program ini akan dijalankan di beberapa kabupaten/kota di Sumatera Barat. Lokasi Ketiga yang telah dikunjungi oleh tim Matching Fund Universitas Andalas adalah Nagari Kandang Baru di Kabupaten Sijunjung.
"Beberapa dosen Unand yang ikut hadir adalah Dr Syahriyal serta tim teknis, dan beberapa mahasiswa lainnya," ucap dia.
Kegiatan tersebut disambut hangat dan dihadiri sekitar 50 orang peserta dari kantor wali nagari, TP PKK, kader dan masyarakat berupa ibu hamil, ibu menyusui, dan ibu balita stunting di Nagari Kandang Baru Kabupaten Sijunjung.
Selanjutnya kegiatan tersebut diisi dengan pemberian produk makanan olahan seperti roti amino intervensi beserta selai dan cookies yang kaya akan kandungan gizinya yang sangat tinggi seperti protein.
Dadih merupakan salah satu bahan yang digunakan dalam pembuatan produk tersebut karena kandungan gizi nya sangat tinggi dibandingkan dengan susu sapi biasa.
Hal ini juga didukung dengan beberapa daerah di Sumatera Barat sebagai produsen dadih dan berkomomitken dengan perternak kerbau untuk menjalin kerja sama dalam upaya meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat.
"Alhamdulillah masyarakat sangat antusiasme dan mendukung untuk tetap melanjutkan kegiatan tersebut karena merasa dapat memberikan dampak yang besar bagi tumbuh kembang ibu dan anak dalam upaya pencegahan stunting," kata dia.
Stunting merupakan suatu kondisi di mana terjadi gangguan pertumbuhan yang dialami oleh anak dikarenakan kurangnya asupan gizi, apabila tidak dicegah maka akan memiliki potensi menghilangkan satu generasi di Indonesia.
Menurut Riskesdas (2018) masalah tumbuh kembang anak usia dini mencapai angka yang cukup tinggi, seperti gizi buruk dan gizi kurang sebesar 17,7 persen (3,8 juta jiwa), pendek dan sangat pendek sebesar 30,8 persen (7,2 juta jiwa), dan masalah kelebihan berat badan/obesitas mencapai 13,2 persen (2,3 juta jiwa).
Lebih lanjut, Helmizar menyebutkan di Provinsi Sumatera Barat sendiri terdapat beberapa kabupaten/kota yang memiliki angka stunting cukup tinggi menurut sebaran balita stunting di kabupaten/kota Sumatera Barat, SSGI 2021 seperti Kabupaten Solok 40,1 persen, Kabupaten Sijunjung 30,1 persen, hingga Kabupaten Agam 19,1 persen.
Data tersebut menunjukkan bahwasanya masyarakat memiliki tingkat literasi atau pemahaman mengenai stunting dan dampaknya masih minim. Hal ini harus mampu untuk diatasi oleh berbagai pihak untuk saling berkolaborasi dan terintegrasi dalam sistem yang sama.