Bandung (ANTARA) - Dalam sebuah jamuan makan dengan etika internasional, asupan pembuka (appetizer) lazim diberikan untuk meningkatkan selera sebelum menyantap hidangan utama (main course).
“Appetizer”, meski porsinya sedikit, selalu dibuat dan disajikan secara serius. Tampilannya harus menarik dengan aroma menggugah indra agar mereka yang melihat semakin bersemangat menunggu “main course”.
Jika ditarik ke terminologi sepak bola, “appetizer” mungkin bisa diibaratkan sebuah pertandingan atau turnamen yang diikuti sebelum menunaikan laga atau kompetisi yang menjadi target utama (main course).
Mengikuti itu, maka partai persahabatan kontra Bangladesh adalah “makanan pembuka” ideal untuk tim nasional Indonesia yang bersiap menelan “main course” bernama Kualifikasi Piala Asia 2023.
Setidak-tidaknya ada empat alasan. Pertama, pertandingan yang akan berlangsung di Stadion Si Jalak Harupat, Bandung, Rabu (1/6), mulai pukul 20.30 WIB, tersebut berstatus laga resmi FIFA.
Selanjutnya, Bangladesh membawa skuad terbaiknya dalam laga tersebut karena mereka juga bersiap menuju Kualifikasi Piala Asia 2023.
Kemudian, sudah 14 tahun berlalu sejak Indonesia dan Bangladesh terakhir kali bersua. Itu membuat para pemain kedua kesebelasan termotivasi untuk menampilkan performa terbaik dalam pertandingan tersebut.
Keempat, sekitar 9.000 penonton akan menghadiri pertandingan itu di stadion. Itu menjadi laga pertama timnas Indonesia yang dapat disaksikan penonton langsung di arena pada masa pandemi COVID-19.
Olah karena itu, pelatih tim nasional Indonesia Shin Tae-yong pun sangat serius mempersiapkan skuadnya. Target Shin jelas: menang.
“Kami harus menang,” ujar pria asal Korea Selatan itu.
Shin mengetahui persis bahwa keberhasilan menundukkan Bangladesh akan menambah poin skuad “Garuda” di peringkat FIFA. Dan, yang terpenting, itu akan melambungkan motivasi menuju Kualifikasi Piala Asia 2023.
Timnas Bangladesh
Sejarah menunjukkan, timnas Bangladesh selalu kesulitan ketika bertemu Indonesia. Dari enam pertandingan menghadapi Indonesia sejak tahun 1975, Bangladesh hanya bisa mencatatkan sekali kemenangan.
Sementara satu laga selesai dengan skor imbang dan sisanya tuntas untuk kejayaan Indonesia. Pertemuan pamungkas kedua tim terjadi pada November 2008, di mana Indonesia yang tandang mampu mengandaskan Bangladesh dengan skor 2-0.
Meski demikian, dalam sepak bola, rekor pertandingan tidak akan menentukan hasil laga. Bangladesh tentu saja sudah mengalami banyak perubahan yang membuat mereka tak bisa dipandang sebelah mata.
Salah satu yang patut diwaspadai dari Bangladesh yaitu kehadiran pelatih Javier Cabrera, yang baru ditunjuk pada Januari 2022.
Meski baru berusia 37 tahun, pria berkewarganegaraan Spanyol itu memiliki pengalaman menangani tim India, Sporting Clube de Goa sebagai asisten pelatih dan direktur teknik pada tahun 2013-2016. Selain itu, dia dikenal piawai menangani pemain muda dan sempat melatih tim U-18 Sporting Clube de Goa dan skuad belia Deportivo Alaves di Spanyol.
Javier Cabrera populer di India sebagai sosok yang membawa metodologi kepelatihan ala Spanyol setelah menduduki posisi sebagai direktur teknik di program Akademi Sepak Bola La Liga untuk “Negeri Bollywood” pada tahun 2018.
Artinya, Javier tidak asing dengan gaya sepak bola Spanyol yang menumpukan permainan pada penguasaan bola dan umpan-umpan pendek. Apalagi dia pernah pula bekerja di akademi sepak bola Barcelona.
Dari latar belakang pelatihnya tersebut, dapat diprediksi bagaimana strategi Bangladesh di lapangan. Namun, sepertinya semua belum berjalan mulus.
Pada dua laga persahabatan FIFA perdana di bawah komando Javier, Bangladesh belum menorehkan kemenangan. Mereka kalah 0-2 dari Maladewa pada 24 Maret 2022. Lima hari kemudian, Bangladesh ditahan imbang tanpa gol oleh Mongolia.
Meski begitu, juru taktik berlisensi UEFA Pro tersebut tetap optimistis timnya mampu memberikan perlawanan sengit kepada Indonesia. Sebabnya, dia sudah mewanti-wanti para pemainnya bahwa laga itu menjadi evaluasi sebelum berkompetisi di Kualifikasi Piala Asia 2023.
“Pertandingan itu menjadi kesempatan saya untuk melihat kemampuan pemain menjelang keberangkatan ke Malaysia,” tutur Javier.
Bangladesh akan menjalani laga Grup E Kualifikasi Piala Asia 2022 yang berlangsung di Malaysia pada 8-14 Juni 2022. Di grup tersebut, mereka bersaing dengan tuan rumah Malaysia, Bahrain dan Turkmenistan.
Motivasi Indonesia
Langkah Bangladesh untuk mengandaskan perlawanan Indonesia dipastikan sangat sulit lantaran skuad “Garuda” dalam motivasi tinggi.
Kembalinya penonton di stadion untuk menyaksikan timnas Indonesia di stadion tentu saja menjadi faktor utama. Bek tengah Fachruddin Aryanto pun mengakuinya.
“Kami senang laga bisa dihadiri penonton. Itu yang kami nantikan. Laga itu juga dapat menaikkan peringkat kami di FIFA. Semoga kami bisa melaksanakan perintah pelatih dan menunjukkan performa terbaik," kata pesepak bola berusia 33 tahun itu.
Teriakan dan yel-yel dukungan untuk “Garuda” sudah lama tak terdengar menggema di Tanah Air. Para pemain tentu saja tak sabar merasakan atmosfer itu lagi.
Motivasi lain datang dari pencapaian Indonesia di SEA Games 2021 yang tidak sesuai target. Di Pesta Olahraga Asia Tenggara ke-31 itu, Indonesia meraih medali perunggu, padahal mereka ditargetkan emas.
Mengembalikan kembali gairah dukungan dari masyarakat dengan bermain apik dan “membungkus” lawan pun wajib dilakukan.
Secara kasatmata, timnas Indonesia sangat berpotensi mengalahkan Bangladesh. Secara kualitas pemain, “Garuda” lebih unggul. Mereka diperkuat pemain-pemain belia yang berkarier di luar negeri seperti Egy Maulana Vikri, Pratama Arhan, Asnawi Mangkualam, Saddil Ramdani dan Elkan Baggott.
Selain itu, semua para personel timnas Indonesia dipanggil untuk berhadapan dengan Bangladesh juga memiliki pengalaman bertanding di level internasional.
Bahkan pemain termuda di tim saat ini, Marselino Ferdinan, yang baru berumur 17 tahun, sudah merumput untuk Indonesia di SEA Games 2021, Vietnam. Dia bahkan membuat dua gol di sana.
Barangkali yang sedikit mengganjal Indonesia adalah kabar soal dua calon pemain naturalisasi yaitu Sandy Walsh dan Jordi Amat yang dipastikan tidak bisa tampil di Kualifikasi Piala Asia 2023.
Sandy Walsh (Belanda) dan Jordi Amat (Spanyol) merupakan pemain luar negeri keturunan Indonesia yang berkas administrasi naturalisasinya ke WNI sedang diproses oleh pemerintah.
Mereka awalnya disiapkan untuk memperkuat timnas Indonesia di Kualifikasi Piala Asia 2023 yang berlangsung 8-14 Juni 2022. Akan tetapi, ternyata naturalisasi mereka tidak kunjung usai.
Di kualifikasi itu, Indonesia berada di Grup A bersama tuan rumah Kuwait, Yordania dan Nepal.
Pelatih timnas Indonesia Shin Tae-yong mengakui bahwa absennya Sandy dan Jordi memengaruhi persiapan skuadnya. Namun, dia menegaskan bahwa performa timnas Indonesia secara keseluruhan tidak bergantung pada individu pemain.
Tanpa Sandy dan Jordi, pelatih timnas Korea Selatan di Piala Dunia 2018 tersebut yakin anak-anak asuhnya akan melakukan yang terbaik demi lolos ke Piala Asia 2023.
"Kami tetap akan melakukan yang terbaik,” ujar Shin.