Pariaman (ANTARA) - Sejumlah pedagang sala lauak atau kudapan rasa ikan khas Kota Pariaman, Sumatera Barat (Sumbar) yang berdagang di objek wisata Pantai Gandoriah tetap mempertahankan kualitas produknya meski harga minyak goreng mahal dan sulit didapatkan.
Salah seorang pedagang sala di Pantai Gandoriah Pariaman, Nurlela (48) di Pariaman, Kamis, mengatakan dirinya tidak dapat menaikkan harga dagangannya karena dapat mengecewakan pembeli.
Ia menyampaikan dirinya mengurangi produksi sala untuk mengatasi kendala minyak goreng meskipun berdampak pada pendapatan dari pada menggunakan minyak goreng berkali-kali.
"Kami tidak bisa dan tidak mungkin menggunakan minyak berkali-kali karena dapat mengurangi kualitas rasa, bentuk, dan bahkan berdampak pada kesehatan," katanya.
Ia menyampaikan jika sebelumnya dalam sehari menggunakan dua liter minyak goreng untuk lima kilogram tepung beras, maka sekarang hanya menggunakan satu liter minyak goreng untuk dua sampai tiga kilogram tepung beras.
Ia menyebutkan adapun produk yang dijual ibu tersebut di Pantai Gandoriah yaitu sala, sala udang, dan sala kepiting dengan harga jual perporsinya Rp5 ribu.
Pedagang sala lainnya di Pantai Gandoriah Nursehah (45) mengatakan sebelum minyak goreng naik penghasilannya ketika wisatawan banyak bisa mencapai Rp300 ribu per hari.
"Kalau sekarang sih Rp100 ribu saja nggak sampai, hanya untuk bisa bertahan hidup menabung tidak bisa," ujarnya.
Ia mengatakan sebelum pemerintah mencabut harga eceran tertinggi minyak goreng kemasan harga minyak goreng di daerah itu bisa Rp14 ribu per liter namun sekarang sudah mahal.
Karena minyak goreng kemasan mahal, lanjutnya maka ia pun menggantinya dengan minyak goreng curah yang sebelumnya harganya Rp12 ribu perkilogram setelah itu naik menjadi Rp16 perkilogram, lalu Rp18 perkilogram namun sekarang sudah Rp21 ribu perkilogram.
Sementara Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kota Pariaman, Dwi Marhen Yono mengapresiasi pedagang sala di Pantai Gandoriah yang tidak menurunkan kualitas produk meski harga minyak goreng mahal.
"Pariaman khasnya itu sala lauak (ikan), ikannya asli dari pesisir Sumbar. Namun sekarang kendala utamanya minyak goreng yang mahal dan susah dicari. Tapi pedagang komitmen tetap jaga kualitas untuk wisatawan dan tidak menaikkan harga," ujar dia.
Ia berharap harga minyak goreng segera turun dan mudah didapatkan sehingga pedagang tidak mengeluh lagi terkait dengan salah satu kebutuhan pokok tersebut.
Pedagang sala di objek wisata Pariaman pertahankan kualitas meski minyak goreng mahal
Kami tidak bisa dan tidak mungkin menggunakan minyak berkali-kali karena dapat mengurangi kualitas rasa, bentuk, dan bahkan berdampak pada kesehatan,