Padang (ANTARA) - Vaksinasi menjadi tugas berat bagi pemerintah di Sumatera Barat karena strategi komunikasi yang menurut beberapa tokoh akan bisa memberikan pemahaman pentingnya vaksinasi bagi masyarakat, ternyata tidak mangkus di provinsi ini.
Sikap egaliter (sama atau sederajat) adalah salah satu yang melekat pada diri hampir semua warga Sumatera Barat yang sebagian besar etnis Minangkabau. Adat, budaya dan tradisi yang telah turun temurun sejak zaman nenek moyang yang telah mengajarkan mereka seperti itu.
Para pemimpin yang walaupun mendapatkan posisi karena mendapatkan suara terbanyak dari masyarakat tidak serta merta menjadi sosok yang mutlak dipatuhi. Masyarakat cenderung bebas berfikir, mengeluarkan pendapat dan menentukan sikap atas anjuran pemimpinnya.
Begitulah, ketika para pemimpin di Sumbar menjalankan strategi komunikasi yang bisa dibilang sangat baik. Sosialisasi vaksinasi dilakukan dimana-mana, tetapi tidak banyak masyarakat yang mengikuti.
Terbukti, hingga September 2021, capaian vaksinasi di Sumbar masih menempati peringkat bawah nasional. Kementerian Kesehatan RI mencatat, pada 8 September 2021 capaian vaksinasi Sumbar untuk dosis pertama hanya 17,9 persen selisih 2 persen dari Lampung yang menempati tempat terbawah.
Sedangkan capaian vaksinasi kedua Sumbar hanya 9,93 persen selisih tipis dengan NTB yang hanya 9,84 persen dan Maluku Utara dengan capaian 9,37 persen yang menempati tempat terbawah.
Bahkan hingga 18 September 2021 capaian vaksinasi dosis pertama Sumbar hanya naik menjadi 19,77 persen, atau selisih 2 persen dengan Lampung yang masih menempati peringkat terbawah.
Arus globalisasi dan kemajuan teknologi ikut mengambil peran vital dalam sikap yang diambil masyarakat Sumbar itu. Informasi tentang vaksin berseliweran di lini massa. Informasi yang tidak terkonfirmasi kebenarannya itu dengan mudah didapatkan dan bahkan disebarkan melalui media sosial. Lalu menyebar dari mulut ke mulut.
Tradisi “ma ota di lapau” atau ngobrol di kedai makan membuat informasi yang kadangkala adalah hoaks itu dengan mudah menjalar, meluas seperti api membakar jerami. Informasi simpang siur itu mengalahkan narasi yang dibangun pemerintah. Menihilkan hasil sosialisasi yang digelar hampir setiap hari.
Gebyar vaksinasi yang digaungkan pemerintah tidak mendapatkan respon seperti yang diinginkan. Sumbar tetap dingin. Capaian vaksinasi cenderung stagnan. Jika naik pun hanya “seangin demi seangin”. Tipis.
Beruntung, para orang tua yang sudah melewati banyak kesulitan, yang terpaksa mengobrak-abrik jadwal kerja harian demi belajar daring anak (yang kadang lebih dari dua anak), merelakan anaknya divaksinasi COVID-19.
Narasi yang dibangun bahwa anak-anak yang telah divaksinasi bisa belajar tatap muka seperti sebelum pandemi membuat orang tua berfikir ulang. Mereka yang semula menolak, akhirnya setuju anak-anaknya divaksinasi.
Harus diakui, izin orang tua untuk vaksinasi anak-anaknya itu sebagian besar bukan karena kesadaran akan pentingnya vaksinasi untuk mengantisipasi penyebaran virus.
Namun, lebih karena tekanan ekonomi yang semakin berat, ditambah tidak bisa bekerja maksimal karena harus merelakan sebagian waktu untuk membantu anak belajar daring. Juga kekhawatiran akan masa depan anaknya.
Karena terbukti, belajar daring belum bisa menyamai kualitas belajar tatap muka. Anak-anak tidak mengerti tentang pelajarannya.
Meski demikian, angka capaian vaksinasi di Sumbar cukup terbantu dengan vaksinasi bagi siswa itu. Hampir 100 persen siswa SMP dan tingkat SMA/SMK di Sumbar mengikuti vaksinasi demi bisa belajar. Hasilnya capaian vaksinasi Sumbar merangkak naik dari awalnya peringkat dua terbawah dari 34 provinsi di Indonesia menjadi peringkat 7 terbawah dari 34 provinsi.
Terdata, capaian vaksinasi Sumbar menjadi 34,54 persen lebih baik dari Papua, Aceh, Maluku, Maluku Utara, Sulteng dan Sultra.
Gerakan Sumdarsin
Memasuki akhir Oktober 2021, Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Sumatera Barat merancang Gerakan Sumatera Barat Sadar Vaksin (Sumdarsin).
Belajar dari gerakan-gerakan sebelumnya yang tidak mendapatkan sambutan sesuai harapan, Sumdarsin menyertakan inovasi, memancing perhatian masyarakat dengan pembagian sembako dan doorprize. Hadiah yang ditawarkan tidak tanggung-tanggung. Mereka yang bersedia divaksinasi berpeluang mendapatkan sepeda motor.
Kapolda Sumbar, Irjen. Pol. Teddy Minahasa Putra mengambil peran luar biasa dalam gerakan itu. Tidak hanya membantu menyediakan sembako dan doorprize dengan dukungan banyak pihak, tetapi juga memerintahkan anggotanya untuk aktif mengajak dan membawa masyarakat untuk ikut vaksin.
Maka pemandangan anggota kepolisian yang memberikan layanan menjemput dan mengantar masyarakat untuk divaksinasi menjadi hal yang sering ditemui di Sumbar. Pelayanan yang luar biasa.
Hasilnya melampaui ekspektasi. Hari pertama pelaksanaan Sumdarsin di GOR H Agus Salim Padang dan di puluhan titik di 19 kabupaten/kota lain secara serentak mampu menjaring 120 ribu orang dalam satu hari. Hasil yang luar biasa itu ditambah lagi dengan pemberitaan tentang orang-orang yang berhasil mendapatkan undian sepeda motor setelah mengikuti Sumdarsin.
Gaung Sumdarsin menjalar hingga ke pelosok nagari di Sumbar. Masyarakat yang awalnya menolak vaksinasi berbalik menunggu-nunggu Sumdarsin. Berharap dapat sembako, kalau mungkin menggondol pulang sepeda motor.
Gerakan Sumdarsin dilakukan beberapa kali dalam November 2021. Capaian vaksinasi Sumbar melesat. Data satgas percepatan vaksinasi COVID-19 Sumbar mencatat per 30 November 2021 capaian vaksinasi dosis I telah mendapat 54,11 persen dan dosis II mencapai 27,68 persen.
Bersamaan dengan gerak cepat kepolisian tersebut Pemerintah Provinsi Sumbar, Pemerintah Kabupaten/Kota, jajaran TNI dan BINDA juga menggenjot capaian vaksinasi dengan inovasi dan perjuangan.
Gubernur Mahyeldi memerintahkan seluruh jajaran untuk aktif mengajak mengajak masyarakat vaksinasi. Ia meniru langkah Polda Sumbar untuk mewajibkan ASN membawa minimal tiga warga untuk divaksinasi. Sementara jajaran TNI AD, AU, AL serta BINDA menggelar gempuran vaksinasi.
Namun, setelah beberapa kali eforia Sumdarsin, gairah kembali melandai. Kapolda Sumbar Irjen. Pol. Teddy Minahasa Putra menilai faktor cuaca yang kurang bersahabat di akhir tahun, data domisili warga (sensus) menjadi kendala. Ia memerintahkan jajarannya untuk inovatif mencari solusi atas kendala tersebut.
Razia demi target
Inovasi yang kembali ditunjukkan oleh jajaran kepolisian di Sumbar adalah razia. Berbeda dari razia umumnya untuk memeriksa kelengkapan surat-surat kendaraan dan menjaga ketertiban, razia yang digelar khusus untuk vaksin.
Masyarakat yang terjaring razia diperiksa dokumen pedulilindungi tanda sudah divaksinasi. Jika belum, maka divaksinasi di tempat dengan tetap mengedepankan pemeriksaan kesehatan sebelum disuntik.
Inovasi itu dalam upaya untuk mencapai target 70 persen hingga akhir Desember 2021 karena hingga 25 Desember, capaian vaksinasi Sumbar untuk dosis I baru 64 persen.
Wakil Gubernur Sumbar Audy Joinaldy memperkirakan untuk menaikkan satu persen capaian vaksinasi diperlukan laju vaksinasi harian minimal 44 ribu orang. Artinya, perlu tambahan 264 ribu orang yang divaksinasi dalam enam hari tersisa di Sumbar agar bisa meraih target yang ditetapkan Presiden Joko Widodo.
Maka enam hari ke depan menjadi medan perjuangan bagi seluruh pihak terkait di Sumbar karena Menteri Dalam Negeri Tito Karnavian menegaskan akan ada konsekuensi bagi daerah yang tidak mampu mencapai target 70 persen vaksinasi hingga akhir tahun diantaranya pemotongan anggaran dari pusat.*