Menuai efek berganda ajang WSBK di Mandalika
Jakarta (ANTARA) - Sebentar lagi, Indonesia akan menjadi tuan rumah salah satu perhelatan akbar dalam dunia motor balap. Perhelatan akbar ini bernama World Superbike 2021 yang akan dilaksanakan di Pertamina Mandalika International Street Circuit, Lombok pada 19-21 November 2021.
Pagelaran di sirkuit Mandalika ini akan menjadi seri penutup gelaran WSBK 2021 dan menjadi satu-satunya seri Asia dalam rangkaian kegiatan World Superbike musim ini. Seri di sirkuit Mandalika itu akan digelar setelah seri Argentina yang berlokasi di sirkuit San Juan Villicum.
Kehadiran seri WSBK pada sirkuit Mandalika, tentunya menjadi titik terang dari upaya dan investasi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika sejak puluhan tahun lalu. Kehadiran kejuaraan WSBK di Mandalika menunjukkan bahwa pemerintah tidak main-main dalam membangun pariwisata di kawasan ini.
Menurut data Bappeda Provinsi NTB, KEK Mandalika diharapkan dapat mengakselerasi sektor pariwisata di NTB. Saat beroperasi penuh pada 2025, KEK ini diperkirakan akan menarik kunjungan 2 juta wisatawan mancanegara per tahun.
Dengan investasi pembangunan sebesar Rp2,2 triliun dan investasi pelaku usaha sebesar Rp28,6 triliun, KEK Mandalika diproyeksikan mampu menyumbang devisa per tahun sebesar Rp7,5 triliun serta memberikan kontribusi terhadap PDB sektor pariwisata Indonesia sebesar Rp16,96 triliun.
Efek berganda
Keberadaan sirkuit Mandalika tentunya dapat memberikan efek berganda bagi ekonomi dan pariwisata khususnya di provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara sederhana, efek berganda dalam teori ekonomi menjelaskan bahwa pengeluaran atau investasi yang dilakukan oleh pemerintah memberikan manfaat secara berlipat atau berganda di masa yang mendatang.
Hal ini seperti yang disampaikan oleh Anggota Komisi X DPR Andreas Hugo Pareira bahwa Mandalika diharapkan menjadi suatu kawasan yang selain eksklusif, juga sekaligus inklusif untuk kepentingan membangun masyarakat di sekitar kawasan.
Dalam arti, ada aspek multiplier effect bagi kepentingan kesejahteraan masyarakat, khususnya Lombok dan sekitarnya.
Dampak ekonomi dari kegiatan pariwisata dapat dikelompokkan pada tiga kategori, yaitu dampak langsung (direct), dampak tidak langsung (indirect), dan dampak lanjutan (induced).
Pada kasus ajang WSBK ini misalnya, dampak langsung dapat ditimbulkan dari pengeluaran wisatawan secara langsung, seperti pengeluaran pada restoran, penginapan, transportasi lokal dan lainnya.
Selain itu, unit usaha yang menerima dampak langsung ini tentunya akan membutuhkan input (bahan baku dan tenaga kerja) dari sektor lain, dan hal ini akan memberikan dampak tidak langsung (indirect).
Selanjutnya jika pada sektor tersebut mempekerjakan tenaga kerja lokal, pengeluaran dari tenaga kerja lokal akan menimbulkan dampak lanjutan (induced) di lokasi wisata tersebut.
Berdasarkan perhitungan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) multiplier effect yang akan diperoleh antara lain, nilai ekonomi yang dibangkitkan dari satu saja kegiatan dari WSBK maupun MotoGP mencapai tidak kurang dari Rp500 miliar.
Kegiatan WSBK dan MotoGP juga melibatkan kurang lebih 7.945 orang tenaga kerja serta dapat meningkatkan kunjungan pariwisata ke Lombok hingga 19 persen, belum lagi peningkatan produk UMKM dengan menambahkan tenaga kerja sebanyak paling tidak 3.000 orang.
Branding Pariwisata
Ajang WSBK di sirkuit Mandalika semakin mengukuhkan bahwa kawasan ekonomi khusus Mandalika merupakan kawasan wisata kelas dunia.
Dari sisi kualitas infrastruktur, sirkuit Mandalika dengan panjang lintasan 4,31 km dan 17 tikungan ini dibangun mendatangkan aspal khusus yang didatangkan dari Inggris untuk lapisan paling atas trek. Aspal ini merupakan Stone Mastic Asphalt (SMA) yang digadang-gadang merupakan yang terbaik di dunia.
Kehadiran WSBK di sirkuit Mandalika juga semakin menguatkan branding destinasi Mandalika sebagai sport tourism destination.
“Kami berharap kegiatan ini dapat semakin meneguhkan dan memperkuat brand image The Mandalika sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dengan konsep Sport Tourism Destination.” ujar Direktur ITDC Nugdha Achadie.
Gelaran World Superbike ini memegang peranan penting bagi sektor parekraf (pariwisata dan ekonomi kreatif) Indonesia, khususnya provinsi NTB. Terlebih, kawasan Mandalika merupakan salah satu dari lima destinasi super prioritas di Indonesia.
Dengan demikian diharapkan, perekonomian lokal dapat memperoleh limpahan peningkatan omset dan kesejahteraan, terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat terutama di sekitar Mandalika.
Karena itu diharapkan perhelatan internasional ini menjadi momentum promosi parekraf Indonesia, terutama wilayah NTB. Sekaligus juga menarik minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia, mengingat penerbangan internasional telah dibuka.
Tantangan
Tentunya, ke depan masih banyak pekerjaan rumah dan tantangan yang perlu dihadapi dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika dan sirkuitnya.
Pertama, terkait dengan partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan KEK Mandalika. Masyarakat lokal sebagai pihak yang terdampak langsung dari pengembangan KEK Mandalika dan sirkuitnya perlu tetap diperhatikan.
Misalnya, dalam pengembangan dan pengelolaannya, pemerintah dan PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) perlu memprioritaskan masyarakat lokal dalam hal suplai tenaga kerja, mulai dari tenaga kerja teknis, non teknis, ataupun buruh kasar.
Konsep community based tourism (CBT), atau pariwisata berbasis masyarakat dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan KEK Mandalika.
Pada pendekatan CBT ini, sesungguhnya memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya dan mengelola kawasan wisata sesuai dengan kearifan lokalnya.
Kedua, tourism carrying capacity dalam pengembangan kawasan ini juga perlu diperhatikan. Sirkuit Mandalika dapat dikatakan sebagai salah satu sirkuit balap terindah di dunia dengan bentangan alam yang luar biasa dan berada di pinggir pantai.
Aspek lingkungan juga perlu terus dipantau dan diperhatikan agar pengembangan pariwisata di kawasan ini tidak melebihi carrying capacity dari lingkungan tersebut.
Dua tantangan di atas perlu menjadi perhatian, bukan hanya pemerintah, namun juga kita sebagai masyarakat Indonesia. Upaya pengembangan KEK Mandalika dengan berbagai potensinya tetap harus mengedepankan cita-cita untuk tetap berdampak positif bagi bangsa dan negara.
*) Faris Budiman Annas adalah Peneliti dan Akademisi Universitas Paramadina
Pagelaran di sirkuit Mandalika ini akan menjadi seri penutup gelaran WSBK 2021 dan menjadi satu-satunya seri Asia dalam rangkaian kegiatan World Superbike musim ini. Seri di sirkuit Mandalika itu akan digelar setelah seri Argentina yang berlokasi di sirkuit San Juan Villicum.
Kehadiran seri WSBK pada sirkuit Mandalika, tentunya menjadi titik terang dari upaya dan investasi yang dilakukan oleh pemerintah terhadap Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Mandalika sejak puluhan tahun lalu. Kehadiran kejuaraan WSBK di Mandalika menunjukkan bahwa pemerintah tidak main-main dalam membangun pariwisata di kawasan ini.
Menurut data Bappeda Provinsi NTB, KEK Mandalika diharapkan dapat mengakselerasi sektor pariwisata di NTB. Saat beroperasi penuh pada 2025, KEK ini diperkirakan akan menarik kunjungan 2 juta wisatawan mancanegara per tahun.
Dengan investasi pembangunan sebesar Rp2,2 triliun dan investasi pelaku usaha sebesar Rp28,6 triliun, KEK Mandalika diproyeksikan mampu menyumbang devisa per tahun sebesar Rp7,5 triliun serta memberikan kontribusi terhadap PDB sektor pariwisata Indonesia sebesar Rp16,96 triliun.
Efek berganda
Keberadaan sirkuit Mandalika tentunya dapat memberikan efek berganda bagi ekonomi dan pariwisata khususnya di provinsi Nusa Tenggara Barat. Secara sederhana, efek berganda dalam teori ekonomi menjelaskan bahwa pengeluaran atau investasi yang dilakukan oleh pemerintah memberikan manfaat secara berlipat atau berganda di masa yang mendatang.
Hal ini seperti yang disampaikan oleh Anggota Komisi X DPR Andreas Hugo Pareira bahwa Mandalika diharapkan menjadi suatu kawasan yang selain eksklusif, juga sekaligus inklusif untuk kepentingan membangun masyarakat di sekitar kawasan.
Dalam arti, ada aspek multiplier effect bagi kepentingan kesejahteraan masyarakat, khususnya Lombok dan sekitarnya.
Dampak ekonomi dari kegiatan pariwisata dapat dikelompokkan pada tiga kategori, yaitu dampak langsung (direct), dampak tidak langsung (indirect), dan dampak lanjutan (induced).
Pada kasus ajang WSBK ini misalnya, dampak langsung dapat ditimbulkan dari pengeluaran wisatawan secara langsung, seperti pengeluaran pada restoran, penginapan, transportasi lokal dan lainnya.
Selain itu, unit usaha yang menerima dampak langsung ini tentunya akan membutuhkan input (bahan baku dan tenaga kerja) dari sektor lain, dan hal ini akan memberikan dampak tidak langsung (indirect).
Selanjutnya jika pada sektor tersebut mempekerjakan tenaga kerja lokal, pengeluaran dari tenaga kerja lokal akan menimbulkan dampak lanjutan (induced) di lokasi wisata tersebut.
Berdasarkan perhitungan Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) multiplier effect yang akan diperoleh antara lain, nilai ekonomi yang dibangkitkan dari satu saja kegiatan dari WSBK maupun MotoGP mencapai tidak kurang dari Rp500 miliar.
Kegiatan WSBK dan MotoGP juga melibatkan kurang lebih 7.945 orang tenaga kerja serta dapat meningkatkan kunjungan pariwisata ke Lombok hingga 19 persen, belum lagi peningkatan produk UMKM dengan menambahkan tenaga kerja sebanyak paling tidak 3.000 orang.
Branding Pariwisata
Ajang WSBK di sirkuit Mandalika semakin mengukuhkan bahwa kawasan ekonomi khusus Mandalika merupakan kawasan wisata kelas dunia.
Dari sisi kualitas infrastruktur, sirkuit Mandalika dengan panjang lintasan 4,31 km dan 17 tikungan ini dibangun mendatangkan aspal khusus yang didatangkan dari Inggris untuk lapisan paling atas trek. Aspal ini merupakan Stone Mastic Asphalt (SMA) yang digadang-gadang merupakan yang terbaik di dunia.
Kehadiran WSBK di sirkuit Mandalika juga semakin menguatkan branding destinasi Mandalika sebagai sport tourism destination.
“Kami berharap kegiatan ini dapat semakin meneguhkan dan memperkuat brand image The Mandalika sebagai Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) dengan konsep Sport Tourism Destination.” ujar Direktur ITDC Nugdha Achadie.
Gelaran World Superbike ini memegang peranan penting bagi sektor parekraf (pariwisata dan ekonomi kreatif) Indonesia, khususnya provinsi NTB. Terlebih, kawasan Mandalika merupakan salah satu dari lima destinasi super prioritas di Indonesia.
Dengan demikian diharapkan, perekonomian lokal dapat memperoleh limpahan peningkatan omset dan kesejahteraan, terbukanya lapangan kerja bagi masyarakat terutama di sekitar Mandalika.
Karena itu diharapkan perhelatan internasional ini menjadi momentum promosi parekraf Indonesia, terutama wilayah NTB. Sekaligus juga menarik minat wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Indonesia, mengingat penerbangan internasional telah dibuka.
Tantangan
Tentunya, ke depan masih banyak pekerjaan rumah dan tantangan yang perlu dihadapi dalam pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus Mandalika dan sirkuitnya.
Pertama, terkait dengan partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan KEK Mandalika. Masyarakat lokal sebagai pihak yang terdampak langsung dari pengembangan KEK Mandalika dan sirkuitnya perlu tetap diperhatikan.
Misalnya, dalam pengembangan dan pengelolaannya, pemerintah dan PT Indonesia Tourism Development Corporation (ITDC) perlu memprioritaskan masyarakat lokal dalam hal suplai tenaga kerja, mulai dari tenaga kerja teknis, non teknis, ataupun buruh kasar.
Konsep community based tourism (CBT), atau pariwisata berbasis masyarakat dapat menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan partisipasi masyarakat lokal dalam pengembangan KEK Mandalika.
Pada pendekatan CBT ini, sesungguhnya memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mengembangkan kemampuannya dan mengelola kawasan wisata sesuai dengan kearifan lokalnya.
Kedua, tourism carrying capacity dalam pengembangan kawasan ini juga perlu diperhatikan. Sirkuit Mandalika dapat dikatakan sebagai salah satu sirkuit balap terindah di dunia dengan bentangan alam yang luar biasa dan berada di pinggir pantai.
Aspek lingkungan juga perlu terus dipantau dan diperhatikan agar pengembangan pariwisata di kawasan ini tidak melebihi carrying capacity dari lingkungan tersebut.
Dua tantangan di atas perlu menjadi perhatian, bukan hanya pemerintah, namun juga kita sebagai masyarakat Indonesia. Upaya pengembangan KEK Mandalika dengan berbagai potensinya tetap harus mengedepankan cita-cita untuk tetap berdampak positif bagi bangsa dan negara.
*) Faris Budiman Annas adalah Peneliti dan Akademisi Universitas Paramadina