Padang (ANTARA) - Awal Agustus 2021 kita kembali mendapatkan berita positif yang membangkitkan optimisme. Setelah berita membanggakan terkait torehan prestasi para atlit jawara Indonesia di kancah Olimpiade, Badan Pusat Statistik melalui relis berita statistik menyampaikan pula berita gembira lainnya yakni pada Triwulan II 2021 pertumbuhan ekonomi Indonesia mencatatkan angka pertumbuhan 7,07 persen (YoY) atau 3,3 persen (Q to Q). Berita yang sangat menggugah optimisme di tengah hiruk pikuk pemberitaan penyebaran varian delta COVID-19 yang dua bulan terakhir cukup menguras atensi publik yang terus dihantui kekhawatiran dan kecemasan akan potensi lonjakan kasus penularan. Setelah empat triwulan berturut-turut Produk Domestik Bruto (PDB)Indonesia mengalami kontraksi pertumbuhan di zona minus yakni mulai triwulan II 2020 hingga triwulan I 2021 sehingga perekonomian masuk ke jurang resesi, maka capaian positif di triwulan II 2021 yang sangat impresif membuat perekonomian kembali bullish keluar dari jebakan resesi berkepanjangan. Capaian pertumbuhan triwulan II 2021 ini sesuai dengan proyeksi Kementerian Keuangan yakni tumbuh di kisaran 7,1 persen .
Laporan BPS mencatat kontribusi terbesar terhadap PDB Triwulan II 2021 menurut lapangan usaha adalah dari sektor industri, pertanian, perdagangan, konstruksi dan pertambangan yakni sebesar 64,85 persen . Sedangkan dari sisi pengeluaran kontribusi terbesar yakni dari konsumsi rumah tangga dan investasi yakni 84,93 persen .
Relaksasi mobilitas masyarakat sepanjang Semester I 2021 seiring dengan menurunnya kasus penularan COVID-19 dan peningkatan cakupan vaksinasi yang diharapkan menjadi game changer penanganan pandemi khususnya di triwulan II telah mendorong peningkatan aktivitas ekonomi. Hal ini tercermin dari kontribusi sektor transportasi dan pergudangan yang tumbuh sebesar 25,1 persen dan akomodasi dan makan minum sebesar 21,58 persen . Pertumbuhan sektor transportasi menunjukkan meningkatnya mobilitas masyarakat untuk bepergian dengan menggunakan berbagai pilihan moda transportasi umum sedangkan sektor akomodasi dan makan minum menunjukkan peningkatan aktivitas kunjungan wisatawan domestik di berbagai daerah destinasi wisata yang berimbas pada peningkatan keterisian kamar hotel dan aktivitas kuliner.
Peningkatan aktivitas perdagangan internasional seiring dengan pulihnya kondisi perekonomian negara-negara yang menjadi mitra dagang utama Indonesia juga turut mendorong pertumbuhan PDB Indonesia di triwulan II. Catatan Bank Indonesia, neraca perdagangan Indonesia pada Januari-Juni 2021 secara keseluruhan mencatat surplus 11,86 miliar dolar AS, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan capaian pada semester pertama 2020 sebesar 5,43 miliar dolar AS. Peningkatan demand berbagai komoditas unggulan dari negara mitra dagang utama yakni Amerika Serikat, China, Uni Eropa, Singapura, Vietnam, Hongkong dan Korea Selatan seiring dengan membaiknya harga komoditas produk pertanian/perkebunan (gandum, kelapa sawit, kedelai) dan hasil tambang (timah, aluminium dan tembaga) mendorong peningkatan nilai kontribusi ekspor sebesar 31,78 persen . Adapun dari sisi impor kontribusi terhadap PDB adalah sebesar 31,22 persen. Komoditas impor yang mengalami peningkatan adalah impor produk konsumsi, bahan baku/penolong, dan impor barang modal yang memperkuat pembentukan modal tetap bruto (PMTB).
Peran Krusial APBN
Pertumbuhan ekonomi yang mengesankan pada triwulan II 2021 juga mencatat fenomena peran krusial APBN dalam mendorong environment pertumbuhan. Ketidakpastian tinggi akibat pandemi yang masih membayangi perekonomian di tahun 2021, membutuhkan peran APBN sebagai instrumen counter cyclical yang handal untuk melakukan ekspansi fiskal dalam upaya penanganan pandemi, membiayai pemulihan ekonomi sekaligus memperkuat ketahanan ekonomi. Bauran kebijakan disisi pendapatan dan belanja pemerintah untuk penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (PC-PEN) melalui dukungan sistem kesehatan dalam penanganan pandemi, penanganan program prioritas, perkuatan pada sisi demand melalui berbagai skema perlindungan sosial dan perkuatan di sisi supply melalui berbagai skema dukungan terhadap UMKM dan korporasi termasuk insentif kepada dunia usaha terbukti berkontribusi signifikan terhadap capaian pertumbuhan ekonomi Triwulan II. Secara aggregat kebijakan ekspansi belanja pemerintah tercermin dari andil konsumsi pemerintah sebesar 8,06 persen terhadap pertumbuhan triwulan II yang didorong oleh realisasi belanja pegawai tumbuh 19,79%, belanja barang tumbuh 82,1 persen dan belanja modal tumbuh 45,56 persen dibandingkan triwulan I 2021. Skema insentif perpajakan, insentif bea masuk dan diskon tarif listrik untuk membantu dunia usaha juga berkontribusi terhadap pertumbuhan sektor industri pengolahan seperti industri otomotif yang mampu tumbuh 45,7 persen sebagai dampak insentif pajak penjualan atas barang mewah (PPnBM), industri kimia, farmasi dan obat-obatan yang tumbuh 9,15 persen didorong peningkatan produksi obat-obatan untuk penanganan COVID-19 juga sektor kontsruksi yang tumbuh 4,42% akibat realisasi belanja modal pemerintah untuk konstruksi. Realisasi belanja pemerintah telah mendorong peningkatan investasi dan konsumsi di masyarakat.
Upaya Menjaga Momentum
Capaian kinerja ekonomi pada triwulan II telah membangkitkan optimisme arah pertumbuhan ekonomi yang kembali on track pada jalur yang benar. Upaya mengentaskan perekonomian dari jerembab resesi berkepanjangan dan mencapai optimisme pertumbuhan sebagaimana ditargetkan dalam APBN 2021 yakni pada kisaran 4,5 persen sampai 5,5 persen telah menemukan momentum yang perlu untuk terus dijaga pada triwulan selanjutnya. Kerja keras pemerintah melalui instrumen APBN, sinergi dengan dunia usaha dan berbagai pemangku kepentingan terkait termasuk dukungan masyarakat perlu lebih difokuskan dalam beberapa hal sebagai berikut :
1. Upaya penanganan pandemi utamanya pengendalian penyebaran varian delta melalui kebijakan PPKM yang efektif, terukur dan berbasis data scientific
2. Percepatan upaya vaksinasi, penguatan upaya tracing, testing, treatment dan penguatan dukungan fasillitas kesehatan
3. Peningkatan disiplin dan kesadaran masyarakat untuk mematuhi protokol kesehatan 5 M
4. Meningkatkan akselerasi belanja pemerintah baik pemerintah pusat maupun daerah termasuk belanja PC-PEN yang dialokasikan pada APBN dan APBD
5. Perluasan program perlindungan sosial untuk menekan pertambahan angka kemiskinan dan mempertahankan daya beli masyarakat terdampak pandemi
6. Melanjutkan berbagai skema insentif perpajakan dan diskon tarif listrik untuk UMKM dan korporasi pada sektor yang berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi, termasuk insentif bea masuk obat-obatan/alkes penanganan COVID-19 dan bahan baku penolong produk berorientasi ekspor.
Penulis merupakan Kakanwil Ditjen Perbendaharaan Sumbar