London, (ANTARA) - Inggris pada Senin (24/5) mengatakan sulit untuk percaya bahwa Rusia tidak terlibat, setidaknya dengan persetujuan, dalam insiden jet di wilayah udara Belarus, tetapi London mengaku belum memiliki bukti yang jelas tentang keterlibatan Moskow.
Otoritas Belarus mengerahkan jet tempur dan menyebut apa yang ternyata merupakan peringatan bom palsu untuk memaksa pesawat Ryanair mendarat pada Minggu (23/5) dan kemudian menahan seorang jurnalis yang mendukung oposisi yang berada di dalam pesawat. Peristiwa itu menuai kecaman dari Eropa dan Amerika Serikat.
Saat ditanya di parlemen oleh seorang anggota parlemen tentang kemungkinan keterlibatan Rusia dalam insiden itu, Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan: "Kami tidak memiliki rincian yang jelas tentang itu.
"Saya akan berhati-hati dengan apa yang saya katakan saat ini, karena seperti yang dia katakan, sangat sulit untuk percaya bahwa tindakan semacam ini dapat dilakukan tanpa setidaknya persetujuan dari pihak berwenang di Moskow, tetapi seperti yang saya katakan, masih belum jelas."
Rusia pada Senin menuduh Barat munafik dalam tanggapannya yang marah atas peristiwa pengalihan sebuah pesawat ke ibu kota Belarus, Minsk. Belum ada bukti yang diterbitkan untuk menunjukkan keterlibatan Rusia dalam insiden tersebut.
Raab mengatakan Inggris sedang bekerja dengan sekutu dalam tanggapan terkoordinasi termasuk sanksi lebih lanjut terhadap Belarus yang telah dipimpin oleh Presiden Alexander Lukashenko sejak 1994.
Inggris memanggil duta besar Belarus untuk London atas peristiwa penangkapan jurnalis pembangkang Roman Protasevich.
Raab juga mengatakan Inggris mengeluarkan pemberitahuan untuk menyarankan maskapai penerbangan Inggris menghentikan penerbangan di atas wilayah udara Belarus dan akan menangguhkan izin udara untuk maskapai Belarus Belavia dengan segera.
"Rezim Lukashenko harus dimintai pertanggungjawaban atas perilaku sembrono dan berbahaya tersebut," kata Raab kepada parlemen.
"Skenario seperti yang dilaporkan adalah serangan mengejutkan terhadap penerbangan sipil dan serangan terhadap hukum internasional. Ini merupakan bahaya bagi penerbangan sipil di mana pun."
Sumber: Reuters