Bukittinggi (ANTARA) - Tungku untuk memasak makanan khas Karupuak (Kerupuk) Sanjai di Bukittinggi, Sumatera Barat yang telah menjadi usaha turun temurun di kota wisata itu, kini tetap berproduksi di tengah pandemi COVID-19 dan dipasarkan melalui beragam cara penjualan termasuk usaha online yang disebar melalui media sosial.
Salah seorang warga pengusaha Sanjai Sinta Rastiti (30) di Bukittinggi, Selasa, menyebutkan dirinya mulai mengakali penjualan usahanya dengan berjualan online sejak wabah COVID-19 ikut mempengaruhi daya jual beli masyarakat.
"Saya dan keluarga merupakan generasi penerus pengusaha Sanjai yang masih bertahan di kampung kami, disaat ini kami harus berpandai-pandai berjualan termasuk dengan cara jualan online," katanya.
Sinta menyatakan dengan memanfaatkan media sosial, pengusaha Sanjai menyebar foto foto menarik produknya hingga akhirnya dipesan dari berbagai daerah.
"Alhamdulillah sampai saat ini tungku karupuak kami masih menyala dan pelanggan media sosial itu ada yang memesan dari Lampung," tambahnya.
Dalam situasi normal, pengusaha Sanjai mampu memasak kerupuk hingga dua atau tiga kali seminggu, tambahnya.
Menurutnya, sebaliknya disaat wabah COVID-19 menyerang sejak Maret 2020, usaha ini ikut mengalami penurunan drastis permintaan.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Pengusaha Kerupuk Sanjai Bukittinggi, Zil Andri mengatakan usaha karupuk sanjai di kota Bukittinggi mengalami penurunan permintaan hampir 60 persen sejak pandemi COVID-19 berlangsung hingga kini.
Ia berharap dipertengahan Ramadhan hingga satu bulan sesudah lebaran 2021 permintaan kembali naik seperti tahun-tahun sebelumnya.
Usaha kerupuk Sanjai berasal dari daerah Sanjai yang dulunya meliputi kawasan di Simpang Limau, Sanjai Dalam, Bantodarano hingga Guguak Bulek.
Kerupuk ini kini telah diproduksi tidak saja dari Bukittinggi tetapi sampai di Payakumbuh dan Kota Padang.