Pustaka Steva, tentang buku, perpustakaan dan ruang literasi

id Perpustakaan, steva

Pustaka Steva, tentang buku, perpustakaan dan ruang literasi

Pustaka Steva. (ANTARA/ist)

Padang (ANTARA) - Berapa banyak jumlah perpustakaan yang dapat diakses masyarakat umum di Kota Padang? Barangkali tidak banyak. Selain perpustakaan milik Pemerintah Daerah yang tentu saja hanya satu-satunya, sangat sulit menemukan perpustakaan yang bisa diakes semua orang.

Kemudian karena kondisi itu lapak-lapak baca, ruang-ruang literasi, komunitas-komunitas buku muncul di sana-sini. Seiring waktu, dengan segala keterbatasannya, ruang-ruang alternatif itu tumbuh dan mati. Lalu bagaimana dengan perpustakaan?

Sabtu malam, 20 Februari, sebuah perpustakaan baru dibuka di Siteba, Nanggalo, Padang. Pustaka Steva, Perpustakaan dan Arsip, sebuah wadah independen yang digagas dengan cita-cita sederhana, untuk mendekatkan bacaan dengan masyarakat dalam pergaulan sehari-hari. Fatris MF, penggagas perpustakaan ini mengatakan orang-orang terdidik selalu mengeluh tentang minat baca masyarakat yang rendah. Namun menutup mata soal sulitnya akses pada bacaan yang berkualitas. Apakah anda bisa meminjam buku di Gramedia? Tentu saja tidak. Disitulah fungsi perpustakaan. Namun perpustakaan, kata Fatris, selalu indentik dengan gambaran sebuah ruangan dingin, senyap dan membosankan.

“Banyak teman dan mahasiswa yang mengaku pergi ke perpustakaan daerah mencari buku adalah hal yang membosankan. Di perpustakaan anda dilarang berisik, tidak boleh mengobrol, bahkan tentang buku sekalipun,”ujar Fatris.

Fatris mengatakan Pustaka Steva dimunculkan sebagai ruang yang diniatkan untuk memudahkan siapa saja mengakses bacaan. Pada langkah awal ini Pustaka Steva boleh disebut sebagai pustaka alternatif. Namun dengan dukungan masyarakat yang menghidupinya tentu saja, pustaka ini bisa tumbuh menjadi pilihan utama, tidak lagi sebagai alternatif semata atau pilihan kesekian.

“Perpustakaan di sudut kampung di kecamatan terpadat di Kota Padang, saya kira cukup mendekatkan buku dengan generasi muda. Sebuah ruang untuk berbincang, diskusi, berdebat apa saja tentang buku dan pengetahuan. Namun tidak melulu serius. Bisa jadi tempat nonton film, ngobrol, ngopi-ngopi dan sebagainya,” kata Fatris.

Sebagaimana perpustakaan umumnya, kata Fatris, siapa saja bisa datang, membaca buku atau meminjamnya untuk dibawa pulang. Tentu saja dengan kesepakatan yang telah disetujui dengan pustakawan. Jika tertarik pengunjung juga bisa membeli buku yang mereka inginkan.

Pustaka Steva juga menyediakan layanan berupa akses terhadap arsip. Maksudnya, pengunjung bisa mendapatkan akses pada arsip atau bahan bacaan tertentu yang mereka butuhkan. “Misalnya, anda membutuhkan referensi tertentu, catatan lama, dan arsip, laporan dan data lainnya tentang suatu tema spesifik, Pustaka Steva bisa menyiapkannya,” ujar Fatris.

Pengunjung pustaka juga bisa saling berbagai bacaan atau arsip pribadi yang mereka anggap menarik. Tentu hal ini bisa dilakukan dengan sukarela semata. Pengunjung pustaka bisa menitipkan bacaan atau arsip pribadi di Pustaka Steva. Nantinya bacaan atau asrip itu akan dikurasi oleh pustakawan. Jika dinilai layak, bacaan atau arsip tersebut akan disediakan di pustaka untuk bisa diakses oleh pengunjung pustaka. “Ini hanya bentuk lain dari upaya berbagi bacaan," kata Fatris.(ril)