BKPM: Manufaktur Tak Terdampak China-AFTA Karena Glodok

id BKPM: Manufaktur Tak Terdampak China-AFTA Karena Glodok

Jakarta, (Antara) - Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Chatib Basri mengatakan sektor manufaktur tidak terdampak area pasar bebas China ASEAN (China-AFTA) meskipun perdagangan Indonesia-China mengalami defisit karena sebelumnya sudah beredar barang-barang ilegal di Glodok. "Dengan berlakunya China-AFTA, barang-barang ilegal di Glodok menjadi legal. Akibatnya, perdagangan Indonesia-China menjadi tercatat defisit. Padahal sebenarnya juga sudah defisit sebelumnya," kata Chatib Basri di Jakarta, Kamis. Chatib Basri menjadi pembicara kunci dalam Seminar Gambaran Ekonomi dan Politik Indonesia 2013 "Lanskap Prapemilu: Tantangan dan Kesempatan" yang diadakan Citi Indonesia di Jakarta. Ia mengatakan pascapemberlakuan China-AFTA, defisit perdagangan Indonesia-China mengalami kenaikan. Anehnya, sektor manufaktur juga mengalami kenaikan. "Logikanya, perdagangan mengalami defisit apabila sektor manufaktur mengalami penurunan. Namun, hal itu tidak terjadi karena barang-barang selundupan dari China di Glodok menjadi legal," tuturnya. Sebelumnya, importir menyelundupkan barang-barang dari China ke Indonesia karena tingginya bea masuk. Dengan berlakunya China-AFTA, barang-barang dari China tidak lagi dikenai bea masuk sehingga importir tidak perlu lagi menyelundupkan. Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015, Chatib mengatakan investor masih tetap mempertimbangkan posisi Indonesia. Sebab, perekonomian Indonesia menyumbang 40 persen terhadap perekonomian ASEAN. "Namun, masalah infrastruktur masih menjadi ganjalan, salah satunya mengenai pengadaan tanah. Saat ini akuisisi tanah di Indonesia masih sulit dilakukan. Namun, dengan aturan baru yang akan diberlakukan, akuisisi tanah akan semakin mudah," katanya. Seminar Gambaran Ekonomi dan Politik Indonesia merupakan seminar tahunan yang diadakan Citi Indonesia bagi klien-klien perusahaan dan ritelnya. Selain Chatib Basri, pembicara lainnya adalah Kepala Biro Perekonomian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Adi Ariantara, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta Komaruddin Hidayat dan Kepala Analisis Pasar dan Ekonomi Asia Pasifik Citigroup Global Market Asia Johanna Chua. (*/sun)