Padang (ANTARA) - Siapa menyangka, tahun 2020 akan menjadi tahun berat bagi sektor pariwisata. Sebelumnya manis sekali pariwisata di Sumbar dari tahun ke tahun, tiap akhir pekan macet hampir merata dari Kabupaten Limapuluh Kota hingga Pesisir Selatan.
Bus dan mobil pribadi nomor polisi dari luar bertebaran, kendaraan lokal dengan penumpang wisatawan pun banyak. Musim anggau (kepiting di Mentawai) adalah musimnya para bule datang, berebut ombak di tengah badai.
Pengalaman penulis saat ke Mentawai pada masa ini, jalanan Tua Pejat ramai sekali kepiting. Kalau waktu itu bawa peralatan kompor, langsung ditangkap dan dibuat kepiting saus tiram.
Apa daya, semua terpukul karena COVID-19. Kunjungan turun drastis, BPS sumbar merilis nol persen kunjungan wisatawan mancanegara ke Sumbar di April 2020, sebelum PSBB Gubernur menyambut kedatangan rombongan wisatawan dari Cina. Kamanga wak lai?.
Momen wabah bagi saya sebenarnya momen berbenah, membenahi regulasi dan teknis di lapangan serta saatnya mengeveluasi yang selama ini dilakukan.
Di pemerintahan misalnya, saya sarankan untuk memperbarui konten website dengan mengedepankan Digital Friendly. Saya mengambil contoh website www.sumbar.travel. Saatnya gunakan sistem keamanan https di website, apalagi website menggunakan Content Mangement System (CMS) Wordpress. Bisa pakai plug in Really Simple SSL kalo tak ingin repot.
Dari sisi tampilan, saatnya ganti wajah, beli saja theme lain, sekarang menggunakan rara theme, bisa gunakan yang lebih fresh, kalau bisa setiap tahun ganti wajah tentu akan memberi penyegaran ke pengunjung
Yang lebih penting adalah saatnya pariwisata Sumatera Barat lebih Digital Friendly. Apa itu?
Digital friendly penulis ambil dari dua suku kata bahasa Inggris, diigital dan friendly. Friendly sendiri bisa di terjemahkan secara bebas dengan ramah . Jadi digital friendly bagi saya adalah yang ramah dengan gaya hidup digital.
Misal saat seseorang membaca tentang lomba pacu jawi di Tanah Datar, website sebaiknya tak hanya menampilkan teks kegiatan lalu d tambah foto dan video. Tapi tampilkan juga titik koordinatnya yang bisa tersambung ke petunjuk arahnya google.
Android adalah platform terbanyak di pakai orang Indonesia. Jadi saat mereka mengujungi website, mereka bisa langsung klik titik lokasi dan goolge maps akan mengarahkan pengunjung untuk mengunjungi lokasi.
Ini berlaku untuk semua titik destinasi wisata di sumatera barat, di jadikan standar operasional prosedur bagi setiap dinas pariwisata.
Dengan demikian setiap pengunjung yang membuka di handphone mereka dengan mudah menemukan lokasi tujuan.
Apakah harus dibuatkan pula aplikasi khusus android atau iOS nya, yang penting website mobile friendly, sudah cukup. Tak membuat repot orang harus install dulu di HP nya. Tingga google, cari, buka, klik petunjuk arah, maka otomatis keluar google maps dan klik rute. Selesai.
Komunitas pariwisata digital
Saatnya pemerintah menyediakan ruang bagi siapa saja orang Sumatera Barat yang ingin mendokumentasikan daerah sekitarnya dengan video yang tentu dengan standar tertentu agar seragam dan tak berserakan.
Misal saat saya ingin mengupload matahari terbenam yang terlihat indah di pantai Gandoriah kota Pariaman, maka video tadi saya upload ke youtube dan URL nya saya kirim ke website sumbar.travel atau website dinas pariwisata lainnya.
Tentu dengan menyertakan informasi-informasi tambahan termasuk titik koordinat lokasi. Nah admin websitelah yang menampilkannya di website dan membuat kategori komunitas dan footage, tetap menampilkan link youtube saya. Sulit? Ndak sulit tu, ndak pula makan ruang harddisk hosting yang besar, paling 1 mb jika ditambah gambar thumbnail.
Selain memudahkan orang untuk mengunjungi lokasi yang sama, tentu akan membuat saya bangga bahwa channel youtube saya dimuat oleh website pariwisata sumatra barat.
Jika satu dua orang melakukan itu dan merasakan yang sama dengan saya, saya yakin akan terbentuk komunitas pariwisata yang bukan dari pelatihan atau seminar, tapi dari semangat ingin membangun kampung yang terdigitalisasi.
Digitalisasi Sektor Privat
Perhotelan adalah penunjang sektor pariwisata, memang orang akan mudah menemukan hotel- hotel di satu tempat dengan menggunakan aplikasi seperti traveloka, tiket.com, booking.com dan lainnya.
Tapi mestinya setiap hotel punya website, tidak sekadar menampilkan informasi dan harga kamar. Juga menampilkan destinasi wisata sekitar sampai pada titik koordinat tadi.
Jangan lupa, siapkan virtual tour room dan fasilitas ke pengunjung website. Pastikan bahwa tim marketing anda juga punya kemampuan digital, berikan porsi ini ke anak-anak muda. Setiap pertanyaan yang masuk dapat di respon, setidaknya bisa dengan bahasa Indonesia atau Inggris.
Jika belum punya sosial media, buat segera, ini momennya. Perbarui kontennya dengan menarik, foto dan video kondisi hotel. Kalau perlu untuk konten awal gunakan tenaga profesional agar video terlihat menarik dan foto tampak menggiurkan.
Sehingga masa pandemi bukan waktu bermenung-menung. Ada hal positif yang akan jadi cerita nanti saat pariwisata sudah membaik.
Berlaku juga untuk restoran, kafe, tempat-tempat nongkrong, tour operator, museum, masjid, dan lainnya. Semua bisa pakai google maps dan google memasukanya dalam direktori pencarian sehingga sangat memudahkan bagi orang –orang yang akan berkunjung atau sekadar mencari informasi
Kirim data ke website Dinas Pariwisata agar terdata dan resmi, kirimkan alamat website dan alamat sosial media. Kalo hotel dan restoran,wajib ada instgram. Kadang orang pergi ke restoran tak sekedar makan, pai bafoto wak nah. Itu kadang taglinenya.
Buatlah virtual tour
Virtual tour adalah kegiatan tour secara virtual, orang melihat video tour yang dilakukan oleh operator, yang melihat bisa dari mana saja.
Pemerintah bisa membuat video tour di setiap spot wisata. Misal Pantai Padang, buatlah video dengan cara berjalan kaki dari Muaro sampai ke belakang pool bus NPM. Buatlah versi bolak balik dan berseberangan, buat juga versi berjalannya di trotoar dan persis di tepi air. Buat juga versi menggunakan sepeda atau kendarana bermotor.
Pengunjung yang rindu Pantai Padang pasti akan merefresh memorinya tentang Pantai Padang saat melihat video tadi. Tampakan juga air laut yang menyentuh kaki di video, seakan-akan pengunjung merasakannya karena adanya suara ombak. Untuk apa gunanya buat video?
Inilah caranya agar orang datang kembali dengan segera, mereka mengulang kembali ingatan mereka. Bagi yang belum pernah datang, melihat di video itu jadi menantang dirinya untuk berkunjung.
Seperti Pantai Gandoriah Pariaman, tampilkan juga adegan membeli langkitang atau pensi, sambil memakannya bunyi menghisap makanan tadi. Video seperti ini sebaiknya dibuat oleh instansi, jangan. Sehingga kualitasnya bisa dibuat sama.
Sediakan juga marketplace untuk para umkm bisa berjualan, dikelola oleh pemerintah sangat baik sekali. Banyak yang mampu membuat website dengan pola marketplace, bisa libatkan juga kampus- kampus.
Susah ? Sangat tidak susah. Tinggal mau tidak ?
Penulis adalah praktisi IT