Padang Panjang (ANTARA) - Pondok Pesantren Thawalib Gunung di Kota Padang Panjang, Sumatera Barat siapkan protokol kesehatan menyambut kedatangan santri baru di masa normal baru dan menyiapkan satu kelas untuk karantina.
"Pondok pesantren di Padang Panjang melakukan persiapan itu. Kami juga menerapkan hal sama penyambutan dengan protokol kesehatan untuk langkah awal pencegahan penularan COVID-19," kata Pimpinan Pondok Pesantren Thawalib Gunung Muhammad Mahfuz Mustia di Padang Panjang, Senin.
Kedatangan santri ke pondok pesantren saat normal baru dilakukan dalam empat gelombang agar kondisi keramaian dapat terkendali dan mengurangi risiko penyebaran virus.
Di tahun ajaran baru yang akan dimulai pada 13 Juli 2020, kedatangan dibagi berdasarkan jenjang pendidikan, daerah asal dan santri baru.
Kedatangan pertama pada 13 Juli 2020 untuk santri aliyah yang lama, selanjutnya pada 16 Juli 2020 untuk santri tsanawiyah dari luar Padang Panjang, Batipuh dan Sapuluah Koto.
Kemudian pada 18 Juli 2020 untuk kedatangan santri di tingkat tsanawiyah dan aliyah serta terakhir pada 20 Juli 2020 untuk kedatangan santri tsanawiyah dari Padang Panjang.
Dalam pelaksanaan kegiatan belajar mengajar saat normal baru, sesuai arahan kepala daerah setempat santri tidak diizinkan keluar pesantren saat akhir pekan.
Ketika belajar di kelas, santri tetap masuk seperti biasa atau tidak menerapkan ketentuan dua shif seperti sekolah biasa.
"Karena kami akan tinggal di satu komunitas jadi polanya seperti itu. Yang akan diperketat adalah saat para santri akan masuk kembali ke dalam lingkungan pesantren," katanya.
Saat menyambut kedatangan para santri pihak pondok pesantren menggandeng lembaga pemberdayaan masyarakat (LPM) Sigando dan Palang Merah Indonesia (PMI) setempat untuk membantu melakukan pengecekan kesehatan para santri.
"Bila ada yang terdeteksi seperti suhu tubuhnya tinggi, segera diarahkan ke Puskesmas. Kami juga siapkan ruang kelas untuk keperluan karantina," katanya.
Ia mengatakan pendaftaran santri jenjang tsanawiya dan aliyah di pondok pesantren tersebut di tahun ajaran kali ini mengalami penurunan diperkirakan karena wabah COVID-19 berdampak pada ekonomi keluarga.
"Tahun ini aliyah hanya 17 orang, tahun sebelumnya ada 40 santri. Di tsanawiyah tahun ini ada 44 orang sementara tahun lalu 60 orang. Mungkin karena faktor ekonomi akibat wabah COVID-19 sehingga orangtua kesulitan menyekolahkan anak," katanya.
