110 tahun bangun negeri, membumikan sejarah Semen Padang di tanah kelahiran

id Semen Padang, seharah, karang putih, indarung, padang, sumatera barat

110 tahun bangun negeri, membumikan sejarah Semen Padang di tanah kelahiran

Catatan Sejarah Semen Padang (Ist)

Padang (ANTARA) - PT. Semen Padang terus bertumbuh dan berkembang dalam dinamika dan persoalan dihadapinya. Usia yang dilewati perusahaan semen warisan Belanda itu sudah satu abad lebih. Genap pada 110 tahun (18 Maret 1910 - 18 Maret 2020).

Perjalanan panjang dan masih membuat perusahaan semen ini tetap eksis dan memadukan kebanggaan daerah dan semangat nasionalisme. Akan tetapi jangan sampai lupa, generasi hari ini dan masa mendatang perlukah tahu tentang sejarah perjalanan industri semen tertua ini? Perusahaan semen yang didirikan seorang perwira Belanda berkebangsaan Jerman bernama Carl Christophus Lau.

Dengan masa yang begitu panjang dilalui Semen Padang tak bisa hanya melihat pada sisi sebagai industri dan entitas bisnis semata. Yang berproduksi, dapat laba terkadang naik dan turun, perusahaan plat merah. Kemudian menghadapi persaingan bisnis, membagi dana Coorporate Sosial Responsbiliti (CSR) dan bertabur reward yang diraih.

Namun jangan diabaikan pula pasang surut dan dinamika dalam perjalanan sejarah Semen Padang yang sarat nilai historis, kultural dan sosiologis dengan perkembangan masyarakat Sumatera Barat. Tentulah penting ada wadah yang disiapkan untuk mengenali dan mendalami sejarah Semen Padang, agar bisa membumikan untuk generasi sekarang dan masa mendatang di tanah kelahiran perusahaan tertua di bumi pertiwi ini.

Sejarawan Sumatera Barat Prof. Dr. Gusti Asnan berpandangan PT Semen Padang sudah selayaknya membangun museum mini untuk mewadahi benda dan non benda bersejarah di perusahaan itu.

"Kalau Semen Padang punya museum mini sehingga generasi muda dapat mengenal dan mengetahui perjalanan sejarah industri semen tertua itu," kata Gusti Asnan di Padang ketika diminta pandangannya pada momentum 110 tahun Semen Padang bangun negeri.

Semen Padang bukan saja sebatas industri semen yang bisa bertahan hingga 110 tahun, tetapi perusahaan itu suatu yang penting dan merupakan aset sejarah. Perjalanan panjang yang telah dilewati, tentunya dengan ada museum mini atau semacam history corner yang diisi dengan benda-benda tua atau non benda sehingga dapat diketahui banyak orang.

"Melalui wadah museum mini itu, masyarakat umum bahkan secara luas bisa mengetahui perjalanan sejarah perusahaan warisan Belanda itu," ujarnya. Sebab, sejarah Semen Padang amat penting karena banyak anak muda atau masyarakat yang tidak tahu bagaimana sebenarnya perkembangan sejak jaman penjajahan tersebut.

Menurutnya, museum mini atau pojok sejarah bila dibuat oleh manajemen PT Semen Padang, tentu dapat dijadikan wadah edukasi dan pengetahuan bagi generasi muda. Selain itu, bisa pula menjadi obyek wisata sejarah industri persemenan yang bisa dikunjungi mahasiswa atau pelajar.

Ia mengatakan, satu waktu pernah meminta mahasiswa Fakultas Sejarah Unand untuk mencari referensi tentang sejarah Semen Padang, namun hasil yang didapat tidak terlalu banyak ditemui referensi mengenai perjalanan sejarah Semen Padang.

Sebenarnya, tambah Gusti, sudah ada buku tentang perjalanan sejarah PT Semen Padang yang cukup lengkap dan bagus ditulis oleh Prof. Dr. Mestika Zet (Alm), Hasril Chaniago dan Khairul Jasmi.

"Sayangnya buku tersebut tidak banyak beredar secara luas. Mungkin saja dicetak ketika itu jumlahnya terbatas," katanya.

Jadi, salah satu upaya memperkenalkan sejarah Semen Padang, perlu buku berjudul "Indarung tonggak sejarah industri Semen Indonesia" itu dicetak ulang dalam jumlah banyak. Hal itu, salah satu cara untuk mengenalkan sejarah pabrik semen tertua di Tanah Air yang terlahir di Ranah Minang itu. Apalagi, beberapa tahun belakangan publikasi tentang Semen Padang relatif terbatas. Kenapa hal itu bisa terjadi?, tidak jelas juga penyebabnya.

"Awal reformasi begitu menyita perhatian terhadap Semen Padang, tapi setelah itu makin kurang publikasinya," ujarnya.

Kebanggaan dan Nasionalisme

Mengenal dan mengetahui sejarah Semen Padang, dipandang penting untuk semua elemen dan bukan hanya bagi generasi melineal saja. Karena sejak masa lalu sudah menjadi kebanggaan daerah karena diwarnai hubungan historis dan emosional masyarakat Sumatera Barat. Mulai dari logo perusahaan Semen Padang sejak awal sudah melekatkan spirit Ranah Minang karena backgroundnya ada gonjong rumah gadang.

Pernah pada logo awalnya gambar kerbau. Sampai saat ini tetap ada tanduk kerbau dengan latar gonjong rumah gadang. Logo itu bukan hanya sekadar dicantolkan, lalu didesain dengan apik dan menarik. Namun ditentukan syarat makna yang terkandung dari logo yang dijadikan PT. Semen Padang.

Penyempurnaan logo beberapa kali terjadi seiring dengan pergantian nama perusahaan ini. Pada 1910 nama pertama adalah Nederlandsch Indische Portland Cement. Sejalan dengan berganti penguasaan perusahaan itu berganti pula namanya, ungkap Gusti (Baca: Kamus Sejarah Minangkabau).

Begitu juga dalam perjalanan sejarah pabrik Semen Padang, luar biasa banyak muatan nilai-nilai perjuangan. Berkaitan harga diri, komitmen menggerakan pembangunan secara nasional dan perekonomian daerah.

Kemudian begitu kuat dan kentalnya darah para pendahulu untuk pertahankan harga diri kedaerahan tanpa mengabaikan semangat nasionalisme yang tetap melekat. Sekilas mengungkap dalam catatan sejarah, Hamdi Gafar yang disingkirkan dari posisi direksi karena menentang rencana Semen Padang dijual.

Bagaimana Harun Zain sang gubernur mempertahankan dengan sekuat upaya kepada pemerintah pusat agar industri semen ini tidak dilego ke perusahaan Prancis, Cicofrance pada 1968. Harun Zain bersama dengan sejumlah tokoh ketika tidak hendak mengusai atau mengambilnya, tapi demi melancarkan program pembangunan secara nasional dan menjadi nadi penggerak ekonomi daerah.

Begitu pula Mayor Ir. Azwar Anas rela meninggalkan posisi nyaman sebagai Direktur Utama perusahaan Perindustri Angkatan Darat (Pindad) demi ingin membangun kampung kelahiran melalui industri semen itu sekitar 1970-an. Terciptanya kolaborasi semua elemen di Sumatera Barat untuk bersama-sama agar Semen Padang tidak beralih penguasaan sahamnya pada awal terbukanya keran reformasi.

Menurut seorang penulis buku sejarah PT. Semen Padang Hasril Chaniago, semestinya tidak hanya bagi generasi muda harus tahu sejarah Semen Padang, tetapi semua elemen dan pemangku kepentingan di Sumatera Barat. Bagaimana perjalanan sejarah Semen Padang dan melihat perusahaan itu, dengan kondisi saat ini.

Sejarahnya sudah berubah?, katanya, karena Semen Padang sejak sistem holding atau diberlakukan, telah berdampak terhadap banyak hal baik internal perusahaan maupun pergerakkan ekonomi daerah.

Semen Padang sebagai industri dan BUMN memang ada, beroperasi dan berproduksi. Tapi kalau melihat dalam memberi dampak terhadap ekonomi Sumatera Barat sangat kecil belakangan ini. Sudah menjadi rahasia umum, dimana tentang pengadaannya saja tidak lagi berada di Semen Padang atau menjadi kewenangan penuh manajemennya.

"Kondisi Semen Padang hari ini hanya sebagai unit produksi dan penentu puncak atau kendalinya berada di Semen Indonesia," katanya.

Padahal, kalau pengadaan berada di daerah, artinya menjadi kewenangan manajemen Semen Padang secara otonom tentulah akan menggerakan ekonomi masyarakat Sumatera Barat. Namun, sejak digabungkan dalam satu grup maka yang mendapatkan peluang lebih besar dalam pengadaan adalah pengusaha-pengusaha di ibukota negara.

"Jika melihat beberapa tahun terakhir, Semen Padang tidak terlihat berkontribusi signifikan dalam menggerakan perekonomian Sumbar. Tapi pemerintah daerah juga diam, mestinya kondisi ini harus disadari," katanya.

Menurut dia, pemerintah daerah dalam hal ini gubernur mesti bicara kepada Menteri BUMN dan pemerintah, bahwa sejarah Semen Padang telah berubah dari sebagaimana dalam perjanjian masa lampau.

Semestinya disampaikan kepada pemerintah pusat agar Semen Padang kembali menjadi BUMN yang otonom supaya ruang gerak lebih luas, bahkan bisa ekspor sendiri. Sebab, sejarahnya empat serangkai penggerak ekonomi Sumbar diwariskan Belanda, pabrik batu bara Ombilin, Teluk Bayur, Kereta Api dan Semen Padang.

Perusahaan ombolin sudah lama tak beroperasi, kereta api demikian pula kondisinya dan pelabuhan Teluk Bayur. Yang menjadi harapan adalah PT. Semen Padang, memang telah dirasakan daerah tetapi kini hanya sebagai unit produksi saja, kata wartawan senior itu.

Buktinya Direktur pemasarannya saja tidak ada dan berbeda dengan Semen Tonasa yang masih ada dalam struktur manajemennya Direktur Pemasaran, tambahnya.

Justru itu, menurut dia, siapapun pemimpin daerah harus memberikan perhatian terhadap persoalan ini sehingga tidak hanya sekadar dapat namanya saja daerah ini, tetapi yang menikmati di luar daerah. Namun, kembali lagi kepada kemauan dari pemerintah daerah dan para pemangku kepentingan ke depan. Selamat 110 tahun Semen Padang Membangun Negeri, semoga bisa berkembang terus..!!!***