Membidik wisatawan Malaysia jaga momentum pariwisata Sumbar

id pariwisata sumbar,wisatawan malaysia,jam gadang,pantai padang

Membidik wisatawan Malaysia jaga momentum pariwisata Sumbar

Sejumlah kendaraan antre di atas jembatan Siti Nurbaya, Padang, Sumatera Barat. (Antara/Iggoy El Fitra)

Padang (ANTARA) - Kenaikan harga tiket pesawat reguler sejak awal Januari 2019 membuat sektor pariwisata di Sumatera Barat terkena imbasnya karena berdampak pada penurunan kunjungan wisatawan domestik.

Jika sebelumnya harga tiket pesawat rute Jakarta-Padang kelas ekonomi maskapai berbiaya murah hanya Rp700 ribu, sejak Januari 2019 meningkat pada kisaran Rp1 juta hingga Rp1,3 juta.

Kenaikan tersebut membuat wisatawan Nusantara yang hendak berpelesiran ke Ranah Minang berpikir ulang karena kenaikan yang cukup signifikan.

Pada triwulan pertama 2019 kenaikan harga tiket pesawat membuat jumlah penumpang pengguna jasa angkutan udara di Bandara Internasional Minangkabau di Padang Pariaman berkurang hingga 3.000 orang per hari berdasarkan data yang dihimpun dari PT Angkasa Pura II selaku pengelola bandara.

Berdasarkan data Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Sumatera Barat, kunjungan wisatawan domestik ke Sumbar turun drastis akibat kenaikan harga tiket pesawat sejak awal tahun 2019.

"Kenaikan harga tiket pesawat amat berdampak pada kunjungan wisatawan, penurunan kunjungan mencapai 50 persen sampai 60 persen," kata Ketua Asita Sumbar Ian Hanafiah.

Menurut dia dibandingkan wisatawan asing, kunjungan pelancong domestik paling banyak ke Sumbar selama ini dan lebih berdampak bagi ekonomi masyarakat.

"Pada 2018 amat baik, begitu Januari 2019 harga tiket naik, kunjungan wisatawan domestik langsung terjun payung," katanya.

Ia juga telah melakukan pengecekan kepada hotel dan berdasarkan keterangan yang diperoleh jumlah tamu turun dan hanya didominasi oleh kunjungan dinas.

Saat ini pesawat udara isinya didominasi oleh ASN yang melakukan perjalanan dinas, Anggota DPRD kunjungan kerja dan jarang ada orang yang hendak berwisata.

Sepinya kunjungan wisatawan domestik tersebut juga berdampak pada UMKM, restoran dan hotel.

Berdasarkan penelusuran di Bandara Internasional Minangkabau, salah satu restoran yang biasanya bisa mengantongi omzet hingga Rp7 juta sehari kini anjlok menjadi hanya Rp3 juta saja.

Penyedia jasa kendaraan yakni taksi juga terkena imbas berupa sepinya penumpang. Informasi dari penjaga konter taksi bandara, biasanya dalam sehari bisa mendapatkan pesanan 200 taksi namun kini paling banyak hanya 100 pesanan saja sehingga mobil lebih banyak berada di pool.

Demikian juga bus pengangkut penumpang menuju stasiun kereta api di bandara tak banyak penumpang yang hendak menggunakan kereta yang bisa diangkut.

Para porter juga kini pun lebih banyak santai karena minimnya penumpang yang akan dilayani.

Dampak kenaikan tiket juga dirasakan pemiliki toko oleh-oleh karena wisatawan asing cenderung hanya bersenang-senang, dan yang banyak belanja itu wisatawan domestik.

Ian bertanya kepada restoran yang biasanya ramai kunjungan dan ternyata terjadi penurunan drastis omzet hingga 30 persen dibandingkan tahun 2018.

Bidik Malaysia

Karena harga tiket pesawat yang terbilang tinggi, salah satu solusi yang bisa dilakukan Sumatera Barat agar kunjungan wisatawan tetap terjaga adalah dengan membidik wisatawan asal Malaysia yang kedatangannya tetap tinggi karena harga tiket penerbangan ke luar negeri tidak naik.

Dalam hal ini Asita Sumatera Barat mengingatkan pemerintah daerah agar melakukan promosi objek wisata dengan tepat sehingga target kunjungan wisatawan bisa tercapai.

"Promosi pariwisata itu perlu, namun harus dilakukan dengan tepat, untuk Sumbar pasar wisatawan asingnya Malaysia maka promosinya ke sana, jangan jauh-jauh nanti target tidak tercapai sementara uang sudah habis," kata Ketua Asita Sumbar Ian Hanafiah.

Menurut dia, kunjungan wisatawan asing terbanyak ke Sumbar berasal dari Malaysia dan ini didukung oleh adanya penerbangan langsung dari Kuala Lumpur ke Padang.

"Apalagi saat ini harga tiket penerbangan domestik mahal sementara penerbangan keluar negeri tetap murah sehingga orang lebih memilih berwisata keluar negeri ketimbang dalam negeri," katanya.

Ia menyatakan sekarang yang harus difokuskan adalah bagaimana bisa mendatangkan wisatawan Malaysia ke Sumbar sebanyak-banyaknya. "Salah satunya dengan menggelar pameran dan sosialisasi di Malaysia secara besar-besaran," kata dia.

Kemudian salah satu terobosan yang bisa digagas adalah mengemas konsep wisata menelusuri jejak leluhur karena di Malaysia cukup banyak warga setempat yang memiliki hubungan pertalian dengan Suku Minangkabau.

Tidak hanya itu dengan adanya kegiatan balap sepeda Tour de Singkarak bisa menjadi peluang baru yaitu wisata bersepeda.

Pada sisi lain ia menyampaikan dengan adanya kenaikan harga tiket pesawat domestik menyebabkan warga Sumbar lebih banyak yang berwisata ke Malaysia.

"Berdasarkan keterangan agen di Malaysia yang biasa mengelola perjalanan 10 grup per bulan sekarang bisa mencapai 40 grup," ujarnya.

Modal Kuat

Sebagai salah satu daerah yang berada di pesisir barat Pulau Sumatera, Sumbar memiliki modal kuat untuk mengembangkan pariwisata sebagai salah satu sumber pertumbuhan ekonomi di provinsi itu.

"Ini dibuktikan dari berbagai penghargaan yang diraih di tingkat internasional seperti World Best Halal Culinary Destination dan Best Halal Destianation," kata Kepala Bank Indonesia Kantor Perwakilan Sumbar Wahyu Purnama.

Menurut dia, pesona alam Ranah Minang yang masih asri dengan nilai budaya yang kenal juga menjadi daya tarik kuat di kalangan wisatawan domestik maupun mancanegara.

"Selain itu didukung oleh kuliner lezat yang juga terkenal seperti rendang," kata dia.

Tidak hanya itu, di Mentawai ombaknya dikenal sebagai terbaik untuk berselancar di kalangan wisatawan asing.

Kemudian untuk infrastruktur secara umum kondisi jalan 82 persen masuk kategori baik dan saat ini sedang dilakukan pembenahan infrastruktur penunjang lainnya, kata dia.

Ia menyampaikan saat ini sedang dibangun kembali Pasar Atas Bukittinggi, pedesterian di Padang hingga perluasan ruang tunggu di Bandara Minangkabau.

Akan tetapi ia menyarankan agar modal tersebut perlu dioptimalkan melalui sinergi dan kerja sama yang kuat. Pertama harus ada peta jalan pengembangan pariwisata Sumbar.

Kemudian terkait dengan tingginya kunjungan wisatawan asal Malaysia perlu dicari tahu apa kebutuhan mereka dan disediakan sebaik mungkin.

Kemudian karena ada label wisata halal objek wisata perlu memperhatikan kebersihan, menyediakan tempat shalat yang nyaman.