Festival Kapujan ajang mempertahankan budaya dan tradisi

id Warsi, solok, kapujan hutan nagari

Festival Kapujan ajang mempertahankan budaya dan tradisi

Perhelatan anak nagari dalam festival kapujan, Kabupaten Solok. (Ist)

Solok (ANTARA) - Ada satu permukiman penduduk yang sangat eksotis dikelilingi oleh kawasan hutan yang masih terlihat sangat asridiapit perbukitan yang menjulang, perkampungan itu bernama Jorong Kapujan, Nagari Rangkiang Luluih, Kecamatan TigoLurah, Kabupaten Solok, SumateraBarat.

Memang secara lokasi permukiman penduduk ini sangat jauh dari pusat Kabupaten Solok, butuh waktu hampir tiga jam dengan akses jalan yang masih sangat minim.

Apalagi dari Kota Padang ibukota Provinsi Sumatera Barat, butuh waktu hampir 4 jam untuk menjangkau jorong Kapujan.

Namun dibalik keheningan dan hijau dedaunan pepohonan di hutan, Jorong Kapujan, tidak lepas dari detak zaman.

Meskipun masih minim akses informasi dan telekomunikasi serta infrastruktur jalan yang masih terbatas, tapi masyarakatnya tidak kehilangan daya kreativitas.

Buktinya sekelompok pemuda yang masih memiliki tanggung jawab moral untuk mengenalkan Kapujan ke luar. Upaya tetap mempertahankan eksistensi budaya dan kearifan lokal.

Penuh semangat untuk tetap berupaya membangun kreativitas melalui berbagai pageralaran kesenian dan budaya lokal.

Mereka inilah yang kemudian menghimpun diri dalam Ikatan Pemuda Pelajar Kapujan (IP2K).

Terobosan besar yang mereka sumbangkan untuk Kapujan adalah mengangkatkan satu even budaya dengan mengusung tema "Festival Kapujan."

Festival ini diadakan satu hari penuh. Kegiatan pada Kamis, 5 Desember 2019, yang dipusatkan disebuah lapangan di Jorong Kapujan.

Festival ini dihadiri oleh Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Solok, perwakilan KKI Warsi serta dukungan dana kegiatan dari Badan Pelestarian Nilai Budaya Sumbar.

Ketika memasuki lokasi acara, alunan bunyi saluang dan rombongan sudah hiruk saling bersahut-sahut. Seakan menyambut siapapun yang datang berkunjung.

"Festival Kapujan merupakan yang perdana, dengan mengambil tema Membangkitkan budaya Minangkabau di Tanah Kapujan. Tujuan festival ini diadakan agar masyarakat kembali pada kesenian dan budaya lama di nagari Rangkiang Luluih, terutama kaum muda. Supaya minat kaum muda kembali untuk memahami dan menumbuhkan rasa kecintaan akan budaya menjadi meningkat," kata Ketua Pelaksana Festival Kapujan Dori Herdianto.

Ada beberapa pagelaran kesenian tradisional Kapujan yang ditampilkan. Semuanya khas dan identik dengan budaya Kapujan. Hanya saja selama ini di kelompok pemuda, kesenian tradisional tidak lagi menarik untuk dipelajari. Kesenian tradisional seakan terlupakan.

"Kesenian tradisional yang ditampilkan berupa Randai Kapujan, ombongan (alat pukul-alat musik pukul, seperti gong, dan khas kapujan), Silek dengan pedang, talempong kayu, tari piring, shalawek dulang-rebana dan dilagukan, saluang dangdut. Ada 14 orang anak muda yang terlibat pada penampilan Randai Kapujan, serta 6 orang yang memainkan ombongan. Mereka semua adalah pemuda asli kapujan," jelasnya.

Dori juga mengatakan tidak butuh waktu lama bagi pemuda ini untuk berlatih. "Mereka membutuhkan waktu seminggu untuk proses latihan. Pelatihnya adalah langsung dari tuo kampung Kapujan," tutur Dori.

Selain atraksi kesenian, masyarakat juga disuguhkan kuliner-kuliner khas Kapujan yang barangkali sudah jarang disuguhkan, kecuali pada momen tertentu.

"Ada lamang lunto (lamang dengan tekstur lebih lunak), samba kieh pisang mudo, onde-onde sipuluik hitam, dan sikunik. Kuliner dipersiapkan oleh kelompok ibu-ibu di jorong Kapujan, juga dilibatkan para pemudi, agar keberlangsungan kuliner tetap terjaga," terang Dori.

Ia bahkan tak menyangka di gelaran perdana Festival Kapujan, akan mampu menarik antuasiasme masyarakat. Semua unsur masyarakat yang ada di Kapujan turut serta untuk menyukseskan acara.

"Masyarakat terutama di Jorong Kapujan terlibat sepenuhnya, dari kelompok ibu-ibu, anak-anak, apalagi pemuda. Kami juga mengundang masyarakat Kecamatan Tigo Lurah hadir untuk mengikuti seluruh pagelaran di Festival Kapujan, bahkan masyarakat dari nagari Batu Bajanjang turut menyemarakkan festival yang berlangunsung sehari penuh ini," tambah Dori.

Perhelatan anak nagari dalam festival kapujan, Kabupaten Solok. (Ist)

Bukan Sekadar Festival

Festival Kapujan bukan hanya sekadar pergelaran yang sarat dengan penampilan budaya dan kuliner tradisional sebagai upaya merawat tradisi leluhur ditengah gempuran modernisasi di kalangan kaum muda.

Ada banyak nilai filosofis terkait upaya untuk menjaga serta melindungi kawasan alam yang masih sangat asri di Jorong Kapujan.

"Kami memikirkan dengan sangat detail untuk persiapan acara. Kami memanfaatkan potensi yang ada di alam, seperti bambu untuk bahan dasar tenda dan dekorasi panggung festival. Ada penegasan bahwasanya antara masyarakat dan alam adalah dua hal yang tidak terpisahkan satu sama lain," terang Dori.

Kondisi ini didukung pula oleh usulan hutan nagari Rangkiang Luluih yang saat tengah proses verifikasi di KLHK.

Berdasarkan Permen LHK Nomor P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 tentang Perhutanan Sosial, dijelaskan bahwa dalam pemanfaatan hutan desa diakomodir juga terkait pemanfaatan jasa lingkungan.

Bentuk dari pemanfaatan jasa lingkungan salah satunya berupa pengembangan potensi ekowisata, termasuk Festival Kapujan.

"Di Jorong Kapujan, KKI Warsi aktif untuk melakukan pemberdayaan dalam konteks pengembangan potensi hutan dan Sumber Daya Alam. Pada gelaran Festival Kapujan, Warsi ikut serta berkolaborasi membangun peran aktif pemuda dan bagaimana potensi budaya yang ada bisa di kembangkan dan di promosikan ke pihak luar," kata Fasilitator Komunitas KKI Warsi Beni Dahna.

Ia menambahkan bahwa andil Warsi lebih pada membangun sinergi dengan pemuda Kapujan untuk mengekspos potensi ekowisata, etnowisata, serta eduwisata melalui pelbagai media yang ada.

Kedepannya, diharapkan, Festival Kapujan bisa menjadi agenda tahunan di nagari dan didukung sepenuhnya oleh pemangku kebijakan dari tingkat nagari hingga level provinsi.

"Mimpi besar kami adalah Festival Kapujan bukan hanya dikenal di tingkat nagari atau kecamatan tigo lurah saja, tapi meluas hingga setidaknya tingkat Kabupaten Solok," tutup Dori.

Perhelatan anak nagari dalam festival kapujan, Kabupaten Solok. (Ist)