Padang (ANTARA) - Kue singgang hadir sebagai makanan khas Minangkabau dengan memanfaatkan bahan alami dan alat yang sederhana, sehingga sampai saat ini masih banyak diminati. Semerbak bau kelapa, tepung beras, kelapa muda parut, tape singkong, dan santan berbaur dengan aroma daun waru yang di bakar, menggelitik lidah siapapun untuk mencicipinya.
Pemilik kue singgang di perempatan By Pass Lubuk Begalung, Padang Yusa mengatakan kue singgang memiliki keunikan dengan proses pengolahan yang dibakar, sehingga menghasilkan sembarut warna kekuningan dengan rasa yang menggugah selera.
"Ini merupakan usaha dari nenek moyang kita yang mengembangkan ide dan kemampuan untuk mengolah bahan makanan yang sederhana menjadi cita rasa enak, alami dan sehat, sehingga harus kita lestarikan bersama agar tetap ada, " ujar Yusa.
Dalam sehari Yusa dapat menghasilkan hingga 100-150 cetak kue singgang yang dijual dengan harga Rp1000 per butirnya. Selain sebagai cemilan, kue singgang ini juga sering dipesan untuk arisan atau acara keluarga oleh sebagian orang.
Seorang pembeli Annisa menyebutkan kue yang juga dikenal dengan nama bika ini harus dilestarikan sebagai bukti bahwa adanya kue tradisional yang memiliki rasa unik dengan proses pembuatan yang masih sederhana.
"Kue ini kan sudah lama ada, jadi harus sama-sama kita lestarikan agar kue ini tidak hilang dan tergeser oleh kue-kue baru yang banyak dijual di pasaran saat ini," ujar Annisa.
Proses dalam pembuatan kue singgang yang tidak rumit yaitu denagn hanya mengaduk semua bahan hingga kental, kemudian dibakar dengan oven atau batok kelapa menjadikan kue ini memiliki rasa tersendiri yang tidak ditemui pada kue-kue tradisional lain.
Penulis merupakan mahasiswa magang di portal www.sumbar.antaranews.com
Baca juga: Dukung Pariwisata Indonesia, Universitas Prasetya Mulia hadirkan S1 "Hospitality Business"
Baca juga: Satpol PP Padang amankan empat remaja diduga berbuat mesum, 1 wanita dan 3 pria
Baca juga: UNP : Program studi doktor ilmu lingkungan segera terakreditasi