Padang (ANTARA) - Kota Padang, Sumatera Barat diselimuti kabut asap kiriman akibat kebakaran hutan dan lahan yang semakin pekat dengan jarak pandang hanya mencapai dua sampai tiga kilometer dibandingkan sebelumnya enam kilometer.
Menurut Kepala Seksi Observasi dan Informasi BMKG Minangkabau Yudha Nugraha saat dihubungi dari Padang, Rabu, asap kiriman berasal dari titik api yang berada di wilayah Jambi dan Sumatera Selatan.
Berdasarkan pantauan BMKG, asap di wilayah tersebut tersebar ke wilayah Riau, Jambi, Bengkulu, Sumatera Barat, Sumatera Selatan dan menyebar ke Barat Laut.
Selain itu, menurut Kepala Stasiun Pemantau Atmosfer Global (SPAG/GAW) Bukit Kototabang Wan Dayantolis dikonfirmasi dari Padang kualitas udara di Sumbar menyentuh level di atas baku mutu.
Berdasarkan pengukuran pm10 di GAW Kototabang, kualitas udara pada pagi ini sejak pukul 06.00 WIB sudah terpantau berada di atas baku mutu.
"Adapun parameter Aerosol Optical Depth (AOD) sejak kemarin pada nilai >1, yang berarti kondisi udara secara umum telah terkontaminasi partikulat padat seperti debu dan partikel asap kebakaran," sambung dia.
Berdasarkan prediksi model terdapat potensi penurunan kualitas udara ke level sedang, secara meluas akan mencapai puncak pada 16 Oktober 2019, pagi hingga malam hari ini.
"Secara umum dampak yang terasa ialah penurunan pada jarak pandang," ujar dia.
Selain itu, biasanya juga berdampak kurang baik pada kelompok rentan seperti anak-anak dan lansia serta kelompok yang memang memiliki riwayat gangguan saluran pernafasan.
"Pada kelompok tersebut supaya dapat mengurangi aktivitas di luar ruangan," katanya.
Selain itu, karena berpotensi pada pengurangan jarak pandang yang kurang dari lima kilometer, sebaiknya pengendara kendaraan bermotor menyalakan lampu utama pada sepeda motor dan lampu senja pada kendaraan roda empat.
Ia juga menganjurkan jika berada di luar ruangan sebaiknya menggunakan masker untuk mengantisipasi gangguan kesehatan.